Cowok dengan kalung salib membuka pintu dengan pelan tanganya sakit habis dibanting dia terkejut melihat ruanganya berantakan dengan bekas peluru dimana-mana.
"Watshap bro." Sapa Fera riang.
"Apakah?" Tanya Zaidan bernada dia juga sama-sama terkejut.
"Wis ini baru Queen kita." Bisma menghampir Fera lalu bertos ria.
"Gimana keren gak."
Bisma mengganguk "kalo bukan Lo kita udah kalah ya gak Fin?"
Fino hanya mengangguk sudut bibirnya luka tidak bisa bicara.
Fera menjawil hidungnya dengan ekspresi sombong.
"Kalian gak papa?" Tanya Fera setelah duduk disofa bersama dengan yang lain.
"Gak papa." Jawab Langit, yah luka mereka memang tidak ada yang serius tapi cukup menyakitkan.
"Sakit bang?" Gavin menoleh pipinya membiru sudut bibir nya masih berdarah.
Gavin menggeleng lalu Fera mengambil kapas dan alkohol di kotak p3k membantu membersihkan luka nya.
"Selesai." Fera memasangkan plester dengan motif dino. "Sini yang lain gue bantu." Dan jadi lah Fera menjadi dokter dadakan.
"Gak pulang Queen?" Tanya Bumi.
Sontak Fera melihat jam mata nya membola saat jarum sudah diangka duabelas.
Buru-buru dia mencari ponsel di tas nya dan ada puluhan panggilan tak terjawab dari mommy dan daddy.
"Gawat. Gue lupa." Fera menyambar jaket dan menjinjing sepatunya sudah tidak sempat untuk dipakai.
Tapi dia masih sedikit bersyukur Azka belum menelpon sepertinya dia belum tau.
"Gue duluan jangan bilang ke Azka awas kalian gue gibeng satu-satu." Ancam Fera dengan mata melotot.
"Paman Ed" teriakan Fera masih terdengar padahal dia sudah keluar dari ruangan.
"Lucu banget jodoh orang." Celtuk El entah kepada siapa.
"Jodoh orang bukan jodoh Lo." Sahut Bisma.
"Hati-hati bro sekarang musim pebinor." Ucap Asep bijak.
"Kalo modelan Azka gue mundur, seri aja kagak mungkin apa lagi menang." Untuk itu mereka setuju.
•••••
"Cepat paman." Desak Fera dari tadi ponsel nya terus bergetar dia semakin panik.
"Ke mansion Laudrez aja." Edward juga sama paniknya jika tuan nya tau dia tidak mungkin selamat.
Sampai di halaman Fera langsung berlari masuk pelayan yang berderet menyambutnya tidak dihiraukan sekarang hidup nya lebih penting.
Dia masuk kemar mandi mencuci muka dan berganti pakaian lalu melompat kekasur.
Fera berdehem sebentar lalu mengangkat telpon. "Halo?" Sapa nya dengan suara serak
"Astaga kamu kemana aja? Ini udah tengah malam kamu gak pulang mommy telponin dari tadi gak diangkat. Kamu baik-baik aja kan?"
Fera meringis dalam hati "maaf mommy Fera ketiduran di mansion." Lirihnya.
Terdengar hembusan napas lega dari sana "syukur deh kamu gak papa."
"Maaf mom udah bikin khawatir."
"Permintaan maaf tidak diterima besok kamu harus ngedate dengan daddy baru dimaafkan." Suara daddy Bram terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FERAZKA
أدب المراهقينBukankah itu kejam, hidup seperti marionette Namun, hidup sebagai orang lain itu jauh lebih sakit Apa yang harus dilakukan? Menyerah? Tidak semudah itu bajingan Lalu, berjuang? Tubuh rapuh ini sudah cukup berjuang sendiri $ "Akan ku balas semua perb...