six

377 47 0
                                    


🌻🌻🌻

Pulang sekolah rencana nya jemmy akan mengajak rafa dan hidan untuk main di rumahnya. Tapi dengan cepat rafa menolak tawaran nya,

"Hehe sorry jem bukanya gamau, tapi hari ini gue ada agenda" cengirnya.

"Agenda apa nih?" tanyanya penasaran.

"Nemenin abang belajar" sahutnya santai.

"Yahhh..." jemmy pura-pura kecewa, "ga bisa di cancel raf?" Rafa menggeleng.

"Sorry jem, gue beneran gabisa abang gue baru aja sembuh, dan hari ini dia harus kerkom jadi harus tetep gue pantau."

"Buset dipantau lo pikir bang marka buronan raf?" jemmy tak habis pikir dengan ucapan rafa.

Rafa tertawa kencang, "emang boleh se buronan itu?"

Jemmy mengangkat bahunya, "emang boleh se di pantau itu?" Keduanya lantas tertawa.

Memang keduanya memiliki humor yang sama. Jadi tak heran melihat mereka seperti ini.

Jemmy menghentikan tawanya,

"Gue balik dulu raf" tangannya menepuk pundak rafa.

"Yoo hati-hati jem, next time gue bakal ikut"

Jemmy mengangkat jempolnya dan berlalu pergi, mencari hidan yang katanya sudah menunggu di gerbang sekolah.

"Ga ikut tuh bocil?"

jemmy menggeleng.

"Ck! Pasti mau ngintilin kak marka" tebak hidan.

"Emang" jawabnya acuh.

"Kan sudah gue dugong" matanya memutar malas.

***

"Adek jadi ikut?" Tanya marka, memastikan kembali. Rafa mengangguk cepat.

"Jadi!" ujarnya semangat.

"Sini biar rafa aja yang bawa tas nya, abang kan baru sembuh takut ga kuat" ucapnya polos. Marka tertawa renyah, tangannya mengusap pipi chuby rafa.

Tangan mungil itu mengambil tas marka, tapi dengan cepat marka menarik tas nya lalu mengendong nya di punggung.

"Abangg ih sini biar rafa aja yang bawa" rengeknya.

"Apasih dek, udah ayok kata nya mau ikut" ucapnya sambil menarik lembut tangan rafa. Rafa mencebikkan bibirnya.

"Yaudah ayoo, kalo tas nya berat gantian ya bang" kekeuhnya.

"Hmmm"

Kedua nya berjalan kearah motor yang terparkir di depan rumahnya.

"Pegangan dek" rafa menurut. Ia memeluk marka erat.

"Nanti pulang kerkom, jajan seblak dulu ya" sambil memasangkan helm ke kepalanya.

"Siapp"

"Sekalian beli ice cream"

"Siapp"

Selama perjalanan ke cafe tempat marka kerkom, tak henti-henti nya rafa berceloteh. Marka tersenyum dibalik helm nya, selama ini rafa tidak pernah ditinggal sendirian, lebih tepatnya tidak mau ditinggal. Jadi kemanapun marka pergi rafa selalu berusaha untuk berada disisinya.

Seperti anak itik yang mengikuti induknya.

***

"Gue masih ga nyangka kalo orangtua mereka bakal cerai" jemmy duduk disebelah hidan yang sedang memainkan gitar. Keduanya menjadi lebih akrab dan berteman baik. Bahkan sudah bersahabat.

Hidan mengangguk, tangan nya berhenti memainkan gitar. Keduanya berada di balkon kamar jemmy.

"Rafa gimana ya?" gumamnya. Yang masih bisa didengar oleh jemmy.

"Gue harap dia baik-baik aja" hidan mengangguk.

Pandangan nya menerawang, pada saat mereka menemukan rafa di kosan kecil yang sengaja rafa sewa se waktu-waktu dirinya ingin menenangkan diri.

Flashback on

Malam itu tepat dua hari pasca perceraian orangtuanya, rafa bergegas menuju kosan kecil miliknya. Kebetulan hanya jemmy dan hidan yang tau tempat ini.

Rafa memarkirkan motornya, ia berjalan memasuki kosan itu dengan air mata yang sudah menetes, rafa menjerit dan menghancurkan semua barang yang ada disana lalu berjongkok dan memeluk lututnya.  Rafa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, yang jelas hatinya terasa marah, kecewa, sakit dan sesak secara bersamaan.

"Hiks.." tangis itu semakin menjadi. Tangan nya menjambak rambutnya dengan kuat. Ingatan nya berputar pada kejadian dua hari yang lalu.

Rafa melihat bagaimana kedua orangtuanya yang terus diam bahkan menatap sinis saat marka menangis dan memohon-mohon pada mereka untuk tidak berpisah.

Sakit, melihat orang yang disayangi menangis dihadapannya. Rafa hanya bisa diam tanpa melakukan apapun, ia berbohong pada dirinya seolah meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Hatinya kembali sakit saat melihat perubahan marka pasca kejadian itu, marka yang tadinya ceria menjadi lebih diam, sering menghabiskan waktunya untuk belajar bahkan mengurung dirinya di kamar. Rafa tidak tau apa yang harus ia lakukan jadi rafa memilih untuk berada disampingnya, berusah kuat untuk sang kakak.

"Perasan gue ga enak" ucap hidan pada jemmy, entah kenapa perasaan tak enak nya tertuju pada rafa, jadi hidan mencoba menghubungi rafa tapi panggilan itu tidak terjawab. 

"Please angkat raf" hidan dan jemmy begitu khawatir dengan kondisi rafa yang dua hari ini selalu murung dikelas, ditambah anak itu tidak ada dirumah nya saat keduanya berkunjung, sedangkan marka ia masih dirumah luky mengerjakan tugas sekolah.

Rafa anak itu tidak akan cerita, mau ditanya pun percuma ia akan menjawab 'gwenchana, gapapa, its okay' jawaban klasik. Jadi keduanya sepakat untuk mencaritahu sendiri.

"Ck! Kita ke kosan!" Final jemmy, keduanya begegas ke kosan rafa.

Dan benar saja saat tiba disana motor rafa sudah terparkir didepannya. Buru-buru keduanya masuk dan menemukan rafa yang hampir melukai tangannya.

"Rafaa" teriakan keduanya, membuat rafa terkejut dan sedikit lengah. Dengan cepat jemmy mengambil cutter itu lalu membuang nya. Sedangkan hidan anak itu langsung memeluk rafa dengan erat.

"Lepasin gue!"teriaknya matanya menatap tajam kearah mereka. Rafa memberontak, berusaha melepaskan pelukan hidan namun sayang tenaga nya tidak cukup. Keduanya berusaha menenangkan rafa dengan mengelus punggung nya. Perlahan-lahan tubuh itu melemas, seiring dengan isakan yang keluar dari bibirnya. Bukan hanya rafa yang menangis tapi juga kedua sahabatnya. Mereka tentu saja terkejut dengan apa yang mereka lihat hari ini.

Malam itu untuk pertama kali nya rafa memperlihatkan sisi lemahnya dan menceritakan semuanya kepada mereka.

Flashback off

tbc.

Spoiler : dikit lagi end 😌

Clingy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang