two

514 71 0
                                    


🌻🌻🌻

Setelah guru killer itu keluar, rafa buru-buru merapihkan alat tulis nya lalu memasukannya ke dalam tas.

"Sialan lama banget tuh aki-aki" gerutunya

"Kantin nyok" ajaknya pada hidan sahabat sekaligus teman sebangku nya. "Hayu lah." Sahutnya, keduanya langsung meninggalkan kelas, dengan langkah lebar rafa berhasil berjalan lebih dulu, sedangkan hidan dibelakang dirinya. Berusaha menyalip.

"Etdah tungguan atuh raf, jangan ditinggalin," hidan sedikit mempercepat langkahnya.

Rafa menurut ia lebih memilih menunggu hidan agar bisa sampai kantin bareng, tapi sialnya saat hidan sudah sejajar dengan dirinya, hidan malah mengerjainya ia mengambil dompet rafa dan membawa nya kabur. Hal itu membuat rafa terkejut, seperti terkena sihir rafa baru ngeh kalo dompet nya diambil hidan, mau tak mau rafa juga berlari untuk mengejar hidan.

"HIDAN BALIKIN DOMPET GUE." Teriaknya, bisa bahaya jika isi dompet nya dibuka. Panik karena cuma uang recehan yang ada di dompet nya.

"Hidan sialand" gerutunya. Sambil terus mengejar hidan.

***

Sedangkan di kantin Marka dan luky tengah menunggu kedatangan adiknya.

"Tumben si rafa sama hidan belum kesini mark, biasanya mereka selau datang paling awal" heran luky, marka mengangkat bahunya, memang biasanya kedua sejoli itu yang selalu gesit datang ke kantin dan memesankan makanannya.

Baru saja akan menelpon sang adik tiba-tiba suara gebrakan meja mengagetkan dirinya. Dan pelaku nya adalah hidan, bocah itu langsung mendudukkan dirinya di kursi lalu meneguk habis minuman yang ada di depannya. Selang berapa detik rafa juga sampai di kantin, nafas nya masih terdengar memburu. Dengan cepat marka menarik sang adik untuk duduk di kursi kosong sebelahnya, mengambil segelas air untuk adiknya.

"Hahhh...." Rafa baru saja meneguk air itu hingga tandas.

"Kalian kenapa sih? Kok bisa lari-larian begini?" tanya luky.

"Biasa latihan maraton." ucapnya asal. Rafa segera mengambil dompet nya yang berada diatas meja.

"Lain kali jangan lari, kalo jatuh gimana?" Marka mengusap keringat di wajah rafa. "Salahin malika tuh, dia yang buat rafa lari-larian." Adunya pada marka.

"Enak aja, gue gak salah ya!" Sewotnya. Rafa mendelik tajam. "Abanggg" rengek nya. Mendengar rengekan rafa membuat hidan mendengus sebal.

"Kenapa hm?,"

"Mau seblak" bibir nya mengerucut ke depan.

Luky yang sedari tadi melihat interaksi kaka-beradik itu tidak terusik sama sekali, bukan hal aneh melihat sifat rafa yang kelewat manja pada marka, jika ia menjadi rafa mungkin ia juga akan bersikap demikian. Ia sudah tahu mengapa sifat rafa begitu clingy pada mark.

"Iya, tapi makan nasi dulu ya?" Suara marka yang kelewat lembut, mampu membuat rafa menganggukkan kepalanya. "Janji?." Kedua kelingking itu saling bertautan.

***

Sore harinya marka di ajak ke markas oleh bang dyo yang sudah marka anggap sebagai saudara begitu pun dengan sebaliknya, tadinya ia akan berangkat sendiri tapi hal itu mustahil karena rafa membuntutinya. Alhasil marka membawa adiknya, toh disana juga ada temannya rafa, lagi pula marka tak tega meninggalkan rafa sendirian dirumah.

"Apa kabar mark, rafa?" Sambutan pertama saat memasuki markas, oh ya marka sering kali dipanggil mark oleh teman-temannya.

"Baik bang." Mark mengangguk sopan, menggenggam tangan mungil rafa dan menarik nya untuk ikut duduk disamping dirinya.

Rafa mendengus, dirinya tak suka menjadi pusat perhatian. Rafa kira di markas hanya ada temannya dan teman kakaknya saja tapi ternyata diluar dugaan. Markas nya penuh. Rafa akan menjadi ceria dan cerewet hanya dengan orang terdekatnya, tapi dengan orang baru rafa akan menjadi dingin dan sedikit cuek.

"Oke karena udah kumpul semua, gue bakal kenalin anggota baru ke kalian."

Benar disana ada sekitar 10 orang asing, pantas saja marka tak mengenalinya. Mereka yang disini adalah anggota geng motor yang diketuai oleh dyo sendiri, marka diajak kesini bukan berati ia mengikuti geng motor, tapi karena dyo lah yang mengajak nya, mereka berteman sejak mark masih sd hingga sekarang. Tentu dyo juga berteman dengan rafa   karena bocah itu selalu mengikuti kemana pun marka pergi.

Perkenalan anggota baru terus berlanjut, rafa yang sedari tadi tidak nyaman memutuskan untuk keluar sebentar.

"Abangg rafa mau keluar." bisiknya, marka menoleh sekilas dan mengangguk. "Jangan jauh-jauh," ucapnya.

tbc.

Clingy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang