seven

337 42 3
                                    


🌻🌻🌻

Rafa manusia mungil itu, tengah melamun memikirkan hal mungkin akan menjadi sangat berat untuknya dan juga marka. Keduanya barusaja menghadiri persidangan orangtuanya. Dirinya masih tak menyangka jika akhirnya akan menjadi seperti ini.

Orangtuanya resmi bercerai.

Air mata yang sedari dirinya tahan, runtuh seketika. Tubuhnya menyeluruh ke lantai, memeluk lututnya dengan erat, isak tangisnya terdengar begitu pilu. Rafa akui dirinya sangat egois atau bahkan bodoh karena sudah membiarkan orangtuanya pisah. Harusnya rafa bisa mencegah seperti marka, harusnya rafa berontak, meskipun pada akhirnya tetap sama. Tapi setidaknya rafa bisa mengutarakan apa yang menjadi pikirannya, bukan hanya bersikap biasa saja atau malah tidak peduli.

Sedari kecil rafa memang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik, kesehatan mentalnya sempat terganggu orang-orang banyak menghakiminya, bahkan mereka pernah bully rafa saat masih sekolah dasar. Dan mereka memfitnah rafa sebagai anak yang pembawa sial. Hal itu membuat rafa tertekan dan  sering menyalahkan diri sendiri. Bahkan rafa bisa menyakiti dirinya sendiri, hal yang paling dibenci rafa tapi ia juga menyukainya. Hal itu akan terjadi ketika rafa merasa banyak tekanan dan pikiran, sehingga ia nekat mencelakai dirinya.

Perihal rafa yang membenci orangtuanya, itu tidak sepenuhnya benar. Rafa hanya marah, kesal, dan kecewa karena disaat masa-masa sulitnya orangtuanya malah tidak peduli. Hanya marka, kakek dan nenek yang menjadi rumah untuknya.

"Maaf..." ucapnya, disela-sela tangisnya. Rafa kembali merasa bersalah, atas semua yang terjadi.

***
Sama halnya dengan rafa, kini marka juga tengah menangis bahkan tangisan nya lebih pilu dari rafa,

Marka baru saja menerima satu fakta tentang rafa dan orangtuanya setelah diberitahu oleh neneknya, marka menyesal karena baru tahu sekarang. Marka memang sudah tau jika dulu kedua orangtuanya dijodohkan demi kepentingan perusahaan, tapi yang membuat marka terkejut adalah rafa anak yang tidak diharapkan orangtuanya, mereka melakukannya pada saat mabuk, selain itu juga rafa hadir ditengah-tengah bisnis orangtua nya yang hampir bangkrut. Semenjak itu mereka sering bertengkar dan saling menyalahkan. Marka memang tidak tau tentang pertengkaran ini karena pada saat itu kakeknya membawa marka pergi bermain. Saat usia rafa menginjak 3 tahun nenek dan kakeknya membawa kedua cucunya ke malang dan bersekolah disana. Karena orangtuanya yang gila kerja.

Tentang masalah pembullyan terhadap rafa, marka juga tahu karena marka yang menyaksikan langsung. Anak itu tidak mungkin mau bicara, sebab marka tau rafa adalah tipe orang yang tertutup.

Melihat keadaan sang adik marka merasa prihatin dengan keadaan mentalnya. Nenek, kekek yang menyadari itu segera membawa rafa ke rumah sakit. Ternyata benar setelah kejadian itu rafa mengalami gangguan mental. Sebisanya  marka ingin menjadi rumah untuk mataharinya.

Marka mengusap cairan bening itu dengan kasar, ia bangkit dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar rafa, dirinya harus menjadi penguat rafa.

***

"Adek..." marka berlari kencang saat pecahan gelas terdengar nyaring dari kamar sang adik.

Pintu itu terbuka dengan lebar, napas nya masih memburu detak jantung nya kembali berdetak lebih cepat.

Melihat darah yang mengalir di tangan rafa, ketakutan marka mulai muncul. Marka segera  menyingkirkan pecahan itu dari genggaman rafa, meskipun sedikit sulit tapi marka berhasil menyingkirkan nya.

"abang maaf..." Mata indah itu mendongak menatap mata marka. Dengan cepat marka menarik rafa kedalam pelukannya. Pandangan rafa kembali kosong. Marka menurutuki kebodohan nya, harusnya ia tak pernah meninggalkan rafa sendirian apalagi dalam keadaan seperti ini.

"sssttt..tenang, abang disini" marka mengusap punggung rafa, air matanya kembali turun.

"Maaf... maaf..maaf" lirihnya.

Hanya kata maaf yang dapat rafa lontarkan. Marka menangis dalam diam, memeluk adiknya dengan erat. Isakan nya masih terdengar meskipun sangat lirih, tak lama tubuh itu jatuh sepenuhnya dalam dekapan marka.

"Adek?" Marka menggoyangkan tubuh rafa dengan pelan, namun tidak ada respon darinya. Dengan panik marka menggendong tubuh ringkih itu, membawanya ke rumah sakit.

'tolong bertahan' pintanya.















End?

















bercanda



tbc.
maaf lama
jangan lupa komen yang banyak yaww..

Clingy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang