eight

413 37 0
                                    


🌻🌻🌻

Ini kedua kalinya marka melihat sosok rafa kambuh, pertama saat aksi pembullyan itu terjadi. Rafa dengan sengaja menjambak rambutnya kuat, bahkan menggigit tangan nya sampai berdarah dan yang kedua adalah yang sekarang.

Perasaan kalut tentang rafa masih menyelimuti dirinya.
Marka berdiri dengan gusar didepan ruang rawat adiknya, ia menggigit pelan bibir bawahnya, berharap bahwa semua akan baik-baik saja.

"Duduk dulu cu" kakek menepuk pundak marka, setelah berhasil membawa rafa ke rumah sakit, marka segera menghubungi kakek-neneknya.

Marka menurut ia mendudukkan dirinya kursi, nenek yang berada disampingnya mengelus punggung marka, "adek pasti baik-baik saja" ucapnya, marka tersenyum tipis.

"mama sama papa, udah dihubungi?"

Marka merubah raut wajahnya menjadi datar, "percuma, mereka ga akan peduli." jawabnya acuh.

"Abang cucu nenek yang paling ganteng, jangan gitu ya sayang mereka tetep orangtua abang sama adek"

"Tapi mereka jahat nek, mereka ga peduli sama kita bahkan mereka anggap rafa anak pembawa sial, mereka iblis!" Kesalnya.

"Sssttt.. udah sayang," nenek membawa marka ke pelukannya. Nenek paham marka masih kecewa dengan fakta tersebut.

'bodoh, kalian sudah gagal menjadi orangtua, kalian membuat cucuku menderita'

Tak lama seorang dokter keluar dari ruang rawat rafa. Marka dengan segera berdiri,

"Bagaimana keadaan cucu saya dok?"

"Baik-baik saja, pasien hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran"ucapnya ramah.

"Syukurlah" semuanya bernapas lega. "kami boleh menjenguknnya?"

"Silahkan pasien juga sudah sadar, sebelumnya apakah pasien sering melakukan hal itu?" 

"Self-harm?"

Dokter mengangguk, "saya sarankan agar pasien kembali menjalani terapi nya, saya hanya khawatir dengan kondisi pasien, kalo begitu saya permisi dulu."

Dokter itu membungkuk sopan dan berlalu pergi.

***

Ruangan ber cat putih dan bau obat-obatan membuat rafa menyadari bahwa dirinya tengah barada dirumah sakit. Rafa tidak ingat kenapa ia bisa sampai disini, yang ia ingat saat itu dirinya tengah melamun?

Pintu ruang rawat rafa terbuka lebar, menampilkan nenek, kakek, dan marka yang tengah tersenyum kearahnya.

"Ada yang sakit hm?" Marka mengelus rambut rafa, anak itu menggeleng pelan,

"h-haus"ucapnya lirih. Marka segera meraih gelas yang berada disampingnya, membantu rafa untuk duduk, rafa meneguk air itu hingga tandas. Tenggorokan nya benar-benar kering.

"Cucu kakek hebat, cepet sembuh ya sayang" kakek mencium kening rafa.

'maafkan kakek, kakek tak menyangka akan berakhir seperti ini karena keegoisan kakek yang menjodohkan orangtua kalian'

Rafa tersenyum manis, nenek memeluk rafa lalu mencium seluruh wajahnya.

"Ih nenek~" rengeknya. Nenek tertawa, mencubit pipi itu dengan gemas.

Marka sengaja mengajak luky, jemmy, dan hidan untuk menginap dirumah sakit menemani rafa, sementara kakek dan neneknya pulang karena marka tak mau mereka kelelahan.

"Jangan nakal lagi lo, liat nih tangan nya jadi jelek," sahut hidan, sambil menunjuk tangan rafa. Rafa mendengus sebal.

"Kalo ketahuan gitu lagi, gue sama hidan ga mau ngomong sama lo selama dua tahun dan persahabatan kita putus" jemmy ikut menimpali. Yang membuat rafa mengerucutkan bibirnya.

Clingy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang