JALAN-JALAN MALAM

269 18 9
                                    

"Kakak"

Haechan menepuk pundak Mark disaat suami tampannya itu sedang memainkan ponselnya.

"Udah selesai?" Mark memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, ia sedang berbalas pesan tadi sambil menunggu belahan jiwanya selesai bersiap-siap.

"Udah, ayo berangkat"

"Loh kok pakai baju pendek sih?" seruan itu langsung lolos dari mulut Mark ketika melihat penampilan suami manisnya.

"Adek pengen pakai baju ini"

Mark menghela nafasnya.

"Bawa jaket juga ya, kedinginan nanti kalau kamu cuma pakai baju lengan pendek gini"

"Enggak apa-apa kakak, adek okey kok pakai ini. Lagian anginnya juga sejuk, adek gak akan kedinginan"

Mark berdecak, bebal sekali si manis ini.

"Kakak gak mau kamu masuk angin, kita pergi naik motor soalnya" dan Mark tetap kukuh pada ucapannya.

Sedangkan Haechan sudah cemberut, bibir berbentuk hati itu sudah maju beberapa senti. Tapi mau tak mau ia tetap menurut dengan perintah Mark. Badannya berbalik kembali menuju kamar untuk mengambil jaketnya.

Kekesalan Haechan tentu saja bisa dipahami oleh Mark. Ia memilih mengekori belahan jiwanya itu masuk kedalam kamar mereka.

Terlihat Haechan yang membuka lemari, sebenarnya ia sudah nyaman dengan baju yang ia pakai tapi Mark menyuruhnya untuk memakai jaket juga. Dan akhirnya pilihannya jatuh kepada jaket berwarna abu-abu miliknya.

"Kesel sama kakak heum?" Mark bertanya lembut, sembari memperhatikan si manis yang sedang memakai jaketnya.

"Enggak" jawab Haechan singkat.

Setelah selesai Haechan langsung menghampiri Mark, namun wajahnya masih saja terlihat datar, tidak seceria saat tadi sebelum Mark menyuruhnya untuk memakai jaket.

"Angin malam gak baik buat tubuh, kakak gak mau kamu masuk angin nanti"

"Iya iya"

"Kalau masih kesel sama kakak kita gak jadi berangkat aja, mood kamu jelek soalnya"

Final Mark, sesekali memang harus tegas. Apalagi menyangkut si manis, Mark bahkan tidak bisa mengabaikan hal yang mungkin bagi orang lain sepele seperti ini.

Haechan mencoba mengatur nafasnya, kalau ditanya kesal jujur ia sedikit kesal tadi. Tapi ia mencoba menahan egonya disini dan berfikir positif dengan keputusan suaminya.

"Peluk dulu" Haechan meminta.

Dengan senang hati Mark mengabulkannya, ia tarik tubuh si mungil agar masuk kedalam pelukannya, tak lupa ia kecupi juga pucuk kepala suaminya ini.

"Maaf ya bikin adek kesel, karena kakak harus peduli sama adek"

"Iya adek ngerti, makasih udah ingatkan adek"

"Sama-sama sayang, kita harus saling mengingatkan ya?"

"Iya kakak"

Mark lepaskan pelukan mereka lalu menatap wajah Haechan.

"Moodnya udah baik?"

Haechan mengangguk, tidak lupa dengan senyum manisnya agar meyakinkan Mark.

"Udah kok, kita berangkat sekarang biar gak pulang kemalaman"

"Oke let's go"

Mark menggandeng tangan Haechan. Rencananya malam ini mereka ingin keluar untuk jalan-jalan. Sebenarnya Haechan yang meminta, karena mereka memang jarang menghabiskan waktu bersama diluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RANDOM STORY[MAHAE VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang