1. Penguasa Muda.

90 8 0
                                    

Perusahaan yang telah berdiri sejak dua belas tahun itu mau tak mau harus Hardi relakan. Jika tidak, nasib tiga ribu karyawan yang bergantung padanya akan luluh lantah dalam hitungan bulan. Perusahaan yang berkembang pada bidang kontruksi ini mengalami kerugian besar, penipuan dan korupsi yang dilakukan oleh orang kepercayaan Hardi adalah masalahnya, jika lelaki yang nyaris paruh baya itu tidak segera mendapatkan solusi hancur sudah perjuangannya selama ini. Entah beruntung atau justru sebaliknya, setelah datang malapetaka seseorang hadir mengulurkan tangan padanya. Tentu saja tidak secara cuma-cuma. Ada harga yang sangat mahal yang harus dibayar oleh Hardi.

"Terima kasih atas kerjasamanya Pak Hardi. Sesuai kesepakatan, anda tetap akan menjadi salah satu direktur di perusahaan ini. Jadi anda tidak perlu terlalu khawatir." Ucap seorang lelaki dengan mata sipit, dia berpakaian necis dengan senyum manis di wajah orientalnya.

"Tentu saja, saya sangat berterima kasih untuk itu." Meskipun Hardi tak lagi memiliki saham sedikitpun di perusahaannya sendiri, setidaknya dia tidak lantas diusir dari rumahnya sendiri.

"Kenapa Pak Xander tidak datang, bukankah kemarin dia mengatakan akan ikut melihat proses akuisisi ini?" Tanya Hardi cukup heran.

Laki-laki berkacamata itu tampak menghela napas sebelum menjawab. "CEO sekaligus Direktur utama kita tiba-tiba memiliki janji yang tidak bisa diundur, karena itu hanya saya yang bisa datang."

Dari nada bicaranya sepertinya pengacara sekaligus teman dari Sang Direktur tersebut juga kesulitan menghadapi tingkah orang itu. Hardi memberinya tatapan prihatin.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri. Sekali lagi terima kasih sudah mau bekerja sama dengan sangat baik, dan selamat datang di keluarga kami. Semoga kita bisa memiliki hubungan yang baik ke depannya." laki-laki itu berdiri sambil mengulurkan tangannya, tidak lupa wajahnya yang tersenyum.

Dengan berat hati Hardi pun menjabat tangan itu. "Seharusnya saya yang berterima kasih, Pak Antonio. Jika Sanders Corp tidak menawarkan bantuannya, mungkin perusahaan ini hanya tinggal sejarah. Tolong sampaikan ucapan terima kasih saya pada Tuan Xander."

"Pasti. Kalau begitu, saya permisi." ucap Antonio dan menghilang di balik pintu.

Saat keluar dari ruangan Hardi, Antonio menghela napasnya panjang sebelum mengirim pesan pada Xander- atau yang Antonio kenal sebagai Alex. Memberitahunya jika pengambilalihan atas perusahaan Hardi sudah selesai. Tidak ada balasan dari Alex, tapi dia sudah membaca pesannya. Lagi-lagi Antonio menghela napas panjang.

Danuarta Alexander. Di dunia bisnis tidak ada yang tidak mengenal sosoknya. Orang-orang mengenal Alex sebagai seseorang yang angkuh, dingin dan sulit didekati. Tapi walaupun memiliki segudang sikap tidak menyenangkan, Alex tetap disegani oleh banyak rekan bisnisnya bahkan mereka yang usianya di atas Alex.

Seseorang yang berhasil membangun perusahaan besar dalam waktu sepuluh tahun memang pantas mendapat penghormatan.

Tapi tetap saja, jika Antonio boleh memilih Alex yang sukses atau Alex sepuluh tahun yang lalu. Dia akan memilih yang kedua. Walaupun Alex belum sesukses sekarang dan semua orang tidak menghormatinya, Alex yang dulu jauh lebih baik dari yang sekarang.

***

Seorang laki-laki berperawakan tinggi meletakan ponselnya di atas meja setelah melihat sebuah pesan masuk, dia meninggalkan gawai itu tanpa berniat membalas pesan tersebut. Tubuh atasnya polos, memperlihatkan dadanya yang bidang dan otot perutnya yang terbentuk, celana hitam berbahan katun menggantung di pinggangnya yang ramping. Langkahnya yang tanpa suara mendekati partisi bening yang memperlihatkan pemandangan kota dari lantai dua puluh.

Hari ini pun langit terlihat cerah, mobil-mobil yang berlalu-lalang di bawah sana terlihat seperti semut yang berbaris. Matanya yang secoklat tanah menelusuri bagian kota yang bisa dijangkaunya. Saat itu tanpa bisa dicegah otaknya berpikir, mungkinkah dia bersembunyi di suatu tempat disana. Mungkin di gedung itu, atau di susunan rumah itu? Atau mungkin, mereka tak lagi menghirup udara di tempat yang sama?

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang