Bab 14

1.8K 397 21
                                    

Setelah bertemu dengan Valentino, celoteh Kenzo menjadi lebih berwarna. Bukan hanya Tohpati yang muncul dari bibir mungilnya tapi diselingi nama Valentino. Bocah itu pamer pada semua orang yang ingin mendengar kalau dirinya punya papa dan kakek yang baik. Membelikannya mainan banyak dan juga permen yang enak. Bagi sebagian anak, mereka menerima informasi itu sambil tertawa tapi bagi anak-anak yang lebih besar itu mengesalkan. Entah apa yang membuat mereka kesal dan menganggap Kenzo membual.

"Mana ada papa! Ada juga ayah!" teriak salah seorang dari mereka.

"Nggak, Kenzo ada papa!" Kenzo menjawab tidak mau kalah.

"Papa bohongan! Yeaay, Kenzo tukang bohong!"

Diteriaki pembohong oleh beberapa anak yang lebih besar membuat Kenzo sedih. Berlari pulang dan menangis tersedu menangis pada sang mama. Nattaya memeluk anak anak dan berusaha menghiburnya, mengatakan kalau semua baik-baik saja. Tidak ada yang harus ditakutkan.

"Nggak apa-apa kalau mereka tidak percaya. Yang penting Kenzo nggak bohong, benar ada papa dan kakek."

"Mamaa, Kenzo ingin tinggal bersama Kakek. Mau tinggal di rumah Kakek."

Nattaya hanya menghela napas panjang mendengar rengekan anaknya.

"Kenzo mau tinggal bersama Kakek?"

"Mauaa, Kenzo mau di sana sama Mama. Ayo, kita ke rumah Kakek saja, Maa."

Melihat anaknya menangis, hati Nattaya teriris pedih. Sebenarnya ia tidak tega tapi dipaksa untuk tetap bersikap kejam. Tidak mungkin ia berani membuka semua rahasia sekarang. Kalau ia melakukan itu akan banyak hati terluka, dan sebuah rumah tangga bisa hancur karenanya. Ia akan menanggung sendiri semua penderitaan ini dan melewatinya waktu demi waktu bersama anaknya.

Meskipun hati kecilnya selalu merindukan Valentino, tapi tetap bersikap tahu diri. Pertemuan mereka yang terakhir kali berjalan sangat kacau, dan ia tidak mau terulang lagi. Sering Nattaya heran dengan diri sendiri karena tidak bisa menolak ajakan Valentino untuk bertemu. Keluar begitu saja dari rumah, meninggalkan anaknya yang terlelap, dan menemui laki-laki yang sedang mabuk. Ia merasa sangat sangat brengsek.

"Nattaya, kebetulan kamu di rumah. Aku ingin bicara."

Ihsan muncul membuyarkan lamunan Nattaya.

"Ada apa?"

Ihsan menatap Kenzo sekilas, mengusap puncak kepalanya dan tertawa. "Anak ayah tampan, ya?"

Kenzo mendongak, memamerkan giginya. "Ayaah."

Nattaya mengajak Ihsan bicara di teras, karena kebetulan ruang tamunya sedang berantakan oleh mainan Kenzo yang berserak.

"Mainan Kenzo banyak sekali dan mahal-mahal. Dapat dari mana?" tanya Ihsan keheranan.

"Pemberian orang," jawab Nattaya singkat.

"Siapa?"

Nattaya mengernyit. "Ihsan, kamu datang ada urusan apa? Tadi katanya mau bicara sesuatu yang penting?"

Ihsan terdiam, menghela napas panjang lalu menunduk. Untuk sesaat tidak bicara, membiarkan keheningan menyelimuti mereka.

"Kamu kerja di rumah orang kaya, Nat?"

"Ya, begitulah. Kenapa?"

"Tidaak, barang-barang Kenzo terlihat mahal. Jangan-jangan dari orang itu, maksudku tempatmu bekerja."

"Memang."

"Kamu rajin, pagi dagang, sore masih bersih-bersih rumah orang. Kadang aku mikir kapan waktunya kamu istirahat."

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang