#3 PDKT

6 0 0
                                    

Ternyata mendekati Nadia jauh lebih susah daripada ngajak cewek itu kenalan. Nadia cenderung dingin dan susah diajak ngobrol. Ia jarang menceritakan dirinya sendiri sehingga lebih banyak Chandra yang cerita ngalor ngidul. Tapi Chandra tidak keberatan sama sekali, karena ekspresi Nadia tiap kali mendengar ceritanya selalu lucu.

Nadia selalu terlihat tidak peduli, tapi ketika Chandra menceritakan cerita lucu, Chandra bisa melihat raut wajah Nadia terlihat menahan tawa. Ketika Chandra bercerita tentang harinya yang mengesalkan di sekolah, wajah Nadia akan ikut merengut karena ikut sebal. Chandra jadi merasa terhibur walaupun Nadia lebih banyak diam daripada terlihat antusias mendengarkan ceritanya.

Sampai di suatu sore, Chandra memutuskan dia harus bergerak lebih banyak daripada sekedar mengajak Nadia ngobrol tiap mereka ketemu di dojang. Chandra bertekad untuk mengetahui rumah dan sekolah Nadia. Pokoknya Chandra harus tahu lebih banyak tentang Nadia hari ini, tekadnya.

"Nad,"

"Hm?"

"Sekolah lo dimana sih?"

"Rahasia,"

"Semuanya aja rahasia," sungut Chandra. Nadia menghela nafas, "Emang kalo gue kasitau lo mau ngapain?"

"Mau jemput lo dari sekolah terus anterin lo pulang ke rumah,"

Nadia mengernyitkan dahinya, "Untuk apa? Gue bisa pulang sendiri,"

"Ya ngga papa pengen aja, biar bisa lebih banyak ngobrol bareng lo,"

"Kenapa lo pengen banyak ngobrol sama gue?"

"Karena gue pengen lebih kenal sama lo,"

"Kenapa-"

"Duhh banyak tanya deh, emang kenapa kalo gue pengen lebih kenal sama lo? lo ngga mau nambah temen apa? lo ngga mau deket sama gue??"

Nadia termangu mendengar perkataan Chandra, "Lo mau deket sama gue?"

"Iyalah, masih nanya,"

"Tapi kenapa?"

"Tuh kan kenapa kenapa terus, ya emang kalo mau deket harus ada alasannya ya?"

Nadia terdiam, bingung bagaimana harus menanggapi pertanyaan Chandra.

"Tuh kan, lo ngga punya alasan untuk gue ngga bisa kenal lo lebih deket. Udah deh pokoknya mulai sekarang ngga ada lagi pertanyaan kenapa kenapa dan kenapa. Intinya gue mau lebih kenal sama lo dan itu artinya lo harus ngasitau gue dimana sekolah lo dan rumah lo,"

"Harus banget?"

"Astaga, lo sekolah di Hogwarts atau gimana deh sampai ragu-ragu banget ngasitau sekolah lo dimana,"

"Ngga sih... cuma aneh aja..."

"Aneh kenapa?"

"Gue... Sejak SMP gue ngga punya temen... gue dianggap aneh... jadi... jadi aneh aja ada orang yang mau kenal dan lebih deket sama gue..."

Kini giliran Chandra yang terdiam mendengar pengakuan tiba-tiba Nadia, pengakuan tadi seperti menjawab tingkah laku Nadia yang cenderung pendiam dan menjaga jarak ketika bersama dengan Chandra. Chandra paham sekarang, Nadia bukannya ketus ataupun dingin. Nadia cuma ngga tau gimana caranya bersikap, karena cewek itu sudah terlalu lama sendirian.

Chandra berdehem, berusaha membersihkan tenggorokannya yang terasa tercekat, "Yang aneh tuh orang yang nganggap lo aneh, bisa-bisanya cewek secantik lo dibilang aneh. Udah sekarang buruan kasitau sekolah lo," ucap Chandra akhirnya.

"Gue sekolah di SMANSA,"

"Deket berarti sama sekolah gue! Okedeh, mulai besok kalo gue ngga ada ekskul atau kelas tambahan kita pulang bareng ya. Kalo rumah lo dimana?"

"Di Perumahan Graha Estika"

"Oke!" Setelah mendengar informasi sekolah dan rumah Nadia, Chandra langsung mengambil ranselnya lalu menepuk bahu Nadia pelan, "Kalo gitu gue pulang dulu ya, sampe ketemu besok di sekolah lo, Nadiaa" ucap Chandra riang lalu pergi meninggalkan Nadia yang masih sibuk menahan perasaan aneh di dadanya. 

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang