[ Warning mention of d**d, be kind mungil yaah! Tapi enggak seberat itu kok ]Tidak ada yang lebih mendebarkan dari hari dimana interview magang nya telah selesai. Hari ini mendung semakin tersamarkan dengan polusi udara kota metropolitan.
Berbulan sudah Ghiyar habiskan untuk mengasah ilmu di kota dan suasana baru. Sudah mulai bisa beradaptasi Tanpa teman temannya semasa kuliah segalanya memang berubah dan ini adalah bukti nyata fase kehidupan.
"Udah selesai Ghi?"
"Beres Mas, Makasih"
"Semoga nanti bisa di kontrak disini ya, Kerjaan lo nya bagus soalnya"
Ghiyar hanya terkekeh, sambil mencoba menyalakan ponsel yang ia matikan sejak semalam.
Rentetan pesan tidak biasa memenuhi bar lockscreen, panggilan tak terjawab, dm instagram.
Setiap notifikasi yang muncul membawa hawa berat dan pening bagi Ghiyar.
'Pulang Ghiyar. Yasa butuh lo'
Tak lama sebuah panggilan masuk memenuhi layar ponselnya. Tanpa Ragu ia menggeser ikon hijau untuk memastikan, sekedar memastikan.
'Ghi, ayo sini pulang ke Bandung. Kita kebumikan Yasa bareng bareng'
Bukan ini yang Ghiyar ingin dengar
'Ghi, kita nunggu lo kok. Yasa gamau pulang sendiri'
Sakit, Yasa sakit becanda seperti itu.
'Maksud lo apa Januㅡ'
'Ayo Ghi, Yasa udah cape. Cepet' bukan Janu yang menyahut, Tapi Tama.
Ah teman temannya kalo becanda suka kelewatan.
"Ghiyar? Ini Coffeshop yang lo olah di Bandung kan ya? Kebakaran, Ghi!"
Ucapan Mas Zilan membuat kepala Ghiyar di hantam habis habisan. "Lo liat, Ghi. Ancur" bahkan sang empu pandangannya sudah mengabur.
'Ghi! Pulang bangsat! Semua nungguin lo!'
Bahkan suara di ponselnya masih beradu, disertai tangisan yang saling menyahut.
'setelah autopsi Yasa di bawa ke rumah, di rumah ga lama karena udah di mandikan di rs, jangan ngebut Ghi, drive safe'
4 Jam perjalanan rasanya seperti 4 hari, Ghiyar tidak menyetir. Mas Zilan mengantarnya ke Bandung yang lagi lagi menorehkan luka.
Bangunan yang selalu memberikan tumpangan hangat kala itu terasa dingin, bendera kuning dengan sombongnya mengibar di sisi pagar hitam yang sangat kontras dengan rumah putih itu.
Yasa adalah sahabat pertamanya, yang membuat Ghiyar yakin ingin menceritakan seperempat kisah hidup kepadanya. Namun ia sangat bodoh untuk mencoba bermain Api dengan Yasa, Bodohnya Ghiyar terlena.
Biasanya saat menapaki rumah ini si tuan selalu berteriak atau tertawa sekarang taakan ada.
"Yasaㅡ Gue pulang"
Sekarang ia ambruk di sisi peti sahabatnya, mengusap dengan halus seakan enggan menganggu sang empu yang sedang tidur di dalam.
"Sakit ya, Sa? Maafin gue ya" Tak lama suara tawa kecil keluar dari mulutnya yang sejak tadi bergetar "lo kan mau nikah, katanya Pre-wedding nya di kedai. Lo juga katanya mau jadi Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifemovies : Ghiyar
RomanceTidak ada seorang pun yang tidak pernah tenggelam dalam kenangan. Soal rasa adalah bagaimana si tuan nahkoda menyetir arah hidupnya akan kemana, lantas bagaimana jika seseorang tetap menariknya tenggelam dan tenggelam sampai bernafas untuk hidup ras...