Sama seperti Ghiyar menatap Sankara dalam kukungan petugas medis dan Pak Fandy yang menaruh kepercayaan dua orang tercintanya di tangan Jane dan Ivy. Dua moment itu saling bergesekan menyisakan kisah menyedihkan.
Bagi Ghiyar tidak pernah sedikitpun ia merasakan khawatir setinggi ini, Ibarat Sankara adalah benda yang harus ia jaga karena pemiliknya sudah pergi.
Sus Wina mendekat menenteng sepasang sendal jepit ke arah tuannya. "Pak, pakai dulu dingin" namun sang empu bergeming
Kekhawatiran mutlak baginya adalah Sankara, sekarang bocah itu meronta saat perawat berusaha memasangkan infus di tangannya.Dengan tangan bergetar ia mengetikan sesuatu untuk teman temannya, kalimat singkat yang cukup membuat mereka chaos bak permatanya tergores.
"Masih belum ada balasan Sus?" Sus Wina menggeleng takut. "Coba telfon nomor ini ya, ini Mamanya Ivy tanyain klinik yang suka di datangin Ivy dan contact person yang bisa di hubungi. Saya mau pangku Adek dulu"
"Contact person Apa pak? Ncus enggak ngerti" Sus wina menatap Ghiyar aneh
"Kontak yang bisa dihubungi di klinik"
"Oh iya pak"
Sekarang Ghiyar menyiapkan diri untuk kembali menggendong Sankara setelah lama kurang berinteraksi dengannya, karena biasanya anak itu jarang mau di gendong merasa asing dengan dekapan Ghiyar yang jarang ada di rumah.
"Ya.. yaya-ah~"
Syukurlah Sankara masih sudi memanggilnya meskipun ungkapan kata tolong seakan mengadukan rasa sakitnya pada sang Ayah.
•°•°•°•
Dengan wajah tertunduk Ivy dan Jane meminta maaf dengan dalam kepada Pak Fandy, Ini juga kekalahan pertama Ivy di dunia medis. Biasanya kisah haru selalu menyelimuti karena lahir nya si anggota keluarga baru.
"Anak Bapak Cantik, Tapi sayang nyawa Ibu Mega tidak bisa tertolong. Saya melihat rekaman medis sejak awal kehamilan juga bermasalah ya Pak?" Tanya Jane menatap pria yang linglung di hadapannya.
"Bapak yang tabah ya? Saya dan rekan sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdir tuhan berkata lain"
"Makasih Bu, saya izin lihat Jenazah istri saya dulu ya?"
"Anak bapak masih di bersihkan"
"Iya mau titip dulu, saya harus adzanin sambil senyum. Mau pamit dulu sama istri" Ivy mati matian menahan sedihnya. "Saya sama dia udah lama nungguin anak cewek di rumah cowok dua ya meskipun ekonomi belum stabil gapapa semoga jadi rezeki. Dokter Jane dan Dokter Kirani terimakasih ya?"
Ivy yakin pria di hadapannya juga sedang menahan tangis nya, Pak Fandy memang mendapatkan putrinya dengan harga mahal sebab harus rela istrinya dipanggil tuhan.
Sesampainya di ruangan Jane, Ivy tak segan lagi untuk menumpahkan tangisnya.
"Maaf ya Mbak kalo aku gak lama ambil keputusan mungkin masih bisa terselamatkan""Jangan bilang gitu! Ini udah takdir Vy, bukan kesalahan kita. Bukan gagal praktik juga. Makasih udah bantuin aku ya" Jane memeluk Ivy erat.
"Aku udah sering ngalamin kasus kaya gini, Mendingan kamu pulang temuin keluarga supaya hati lebih plong"
Ia meraih tas nya melepaskan jas medis lalu keluar setelah berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifemovies : Ghiyar
RomanceTidak ada seorang pun yang tidak pernah tenggelam dalam kenangan. Soal rasa adalah bagaimana si tuan nahkoda menyetir arah hidupnya akan kemana, lantas bagaimana jika seseorang tetap menariknya tenggelam dan tenggelam sampai bernafas untuk hidup ras...