17. Ego friction

1.6K 112 8
                                    


"Heup yaa pinter Adek"

Setelah merangkak dengan kecepatan super sekarang Sankara sudah mulai ke tahap ingin berdiri sendiri, menggapai benda tinggi untuk menarik dirinya atau sekedar mengabsen dinding untuk menuntun langkahnya.

Ivy sibuk mengabadikan moment Sankara di umur nya yang ke sebelas bulan itu, berkali kali memekik senang dan haru. Jemarinya dengan lincah mengirimkan aksi si bocah pada keluarganya maupun Ghiyar yang nampaknya sedang di jam istirahat.

Sebenarnya tidak ada hubungan darah intens dengan Sankara baik Ghiyar maupun keluarganya, tapi Sankara adalah hal mutlak yang harus di rawat sebaik mungkin seperti darah daging sendiri.

Dititik tumbuh besar seperti ini sudah Ivy bandingkan garis wajah Sankara dengan Yasa si Papa kandung yang sama di bagian mulut, mata nya persis Una sang mama. Ah pantas suaminya betah menatap mata teduh balita ini.

Celotehan Sankara di mulai saat jam menunjukan angka 7 pagi, sampai 8 malam bahkan masih terdengar hangat di sahuti oleh heboh nya Ivy yang menjadi pendengar antusias mendalami bahasa bayi. Rumah sepi mungkin karena balita itu sudah terlelap.

"Bu, Ncus udah masakin MPASI Adek"

"Udah yuk Dino nya ngantuk, ini jerapah nya juga laper. Adek harus isi bensin"

Sankara masih sibuk merangkak mengikuti dua mainan kesayangannya yang bergerak disertai suara naungan dan lampu kerlap kerlip.

"Udah waktunya makan siang Adek" seruan ceria si Bunda tertangkap pendengaran Sankara, sekarang ia malah berbalik melebarkan tawanya dengan 2 gigi di gusi bawah, lengannya di rentangkan serius ingin di gendong "Wah Bunda jadi terharu kalo Adek nurut gini" Ivy menarik Sankara ke atas lalu di dudukan di set makannya.

"Kalo makannya habis, kita beli mainan lagi oke? Bebek kuning di kolam udah Ayah buang dua! Adek terima gak mainan Adek di buang?" Tanya Ivy membara.

"Noo?"

"Bukan Dino! Ini bebek loh yang di kolam ikan Ayah, ayo kita beli yang banyak mending penuhin kolam ikannya nanti"

"Itan?"

"Ikannya gaakan mati, palingan Ayah ngomel. Gapapa kalo di marahin kita hadapi berdua oke?"

"Tee!"

"Adek itu pinter banget tau, umurnya sebentar lagi segini tapi udah pinter bicara dan mau jalan ya?" Ivy mengembangkan kedua telunjuk nya yang langsung di tangkap Sankara. "Kado ulang tahunnya mau apa? Kalo camping di habitat dino dan jerapah no, no! Belum Bunda izinin"

Rutinitas sebelum tidur nya adalah diperlihatkan buku bacaan binatang kesukaan Sankara pembawaan Ivy dalam bercerita jelas lebih menarik di banding Ghiyar yang kadang tidak jelas, pria itu hanya mengucapkan apa yang ada di otaknya asalkan si anak cepat tidur.

"Oh iya, kita dapat 2 voucher time zone dari Ompapasam loh. Kata Ayah boleh berangkat"

Percakapan yang terkesan monolog tapi tak apa semua ibu pasti sering seperti itu, dan suapan terakhir sudah mendarat di mulut kecil Sankara membawa desiran menyenangkan di hati Ivy.

"Bu, di luar ada bapak"

Ivy menatap heran sus wina, "Ghiyar?"

"Iya Bu, katanya Ibu suruh keluar ikut bapak pergi sebentar"

"Ini kan Sankara lagi makan?"

"Katanya Bapak gaada waktu cepet, gapapa Ibu dressan gini tetep cakep"

"Ghiyar yang bilang?"

"Saya yang bilang"

Ivy cemberut, Sus Wina ini kadang kidding. Padahal Ivy sering melayang karena perhatian kecil Ghiyar akhir akhir ini.

Lifemovies : Ghiyar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang