𝘿. 𝙊. - 𝙇𝙤𝙨𝙩
______"Angkat dong Xavier!"
Tersambung. Tapi tak ada tanda-tanda Xavier akan mengangkat teleponnya. Ruby mulai kesal tapi dirinya mencoba lagi menekan tombol dial untuk menghubungi lelaki itu. Ada yang harus dirinya pastikan.
Dan Ruby melempar kesal ponselnya ke sofa. Begitu ponselnya yang bersuara adalah operator. Lalu duduk dengan wajah yang menekuk kesal dan tangan yang terlipat di dada.
"Hp gak guna! Ditelpon tapi kagak di angkat. Jual aja tuh, hp lo Xavier." Ruby mengomel kesal. Suaranya bahkan bergema di ruang tamu yang sepi ini.
Javier sudah pergi hampir satu jam yang lalu. Pria itu akhirnya enyah setelah Ruby bisa berkelit dari pertanyaan yang menjebak itu. Ruby bodoh hampir saja membeberkan faktanya. Bisa-bisanya dirinya menyebut kakaknya di depan salah satu sepupu Zafran.
Jika diingat mungkin wajah Ruby sudah seperti keledai yang siap dibodohi.
"Lo bilang apa tadi? Berlian? Lo kenal?"
"Hah?" otak Ruby mendadak blank dengan pertanyaan Javier.
Kebiasaan. Mulutnya pasti asal jeplak seenaknya. Ruby harus bisa berkelit. Agar pertanyaan dirinya mengenal Berlian gak terus ditanyain sama si kakak Xavier ini.
Ayo otak! Bekerja keras!
"Ha-hahaha. Emang ada orang yang namanya Berlian? Lagian gue bilang Berlian karena jepitannya ada berlian-nya kan?"
Bagus. Ngeles yang sempurna Ruby.
"Sianying. Lo aja namanya nyontek batu merah ruby. Lagian nama Berlian emang langka. Tapi, orang yang gue kenal dengan nama Berlian yang tersemat, cantiknya one and only tak tertandingi. Dah lah males juga gue ngejelasin. Bye."
Lelaki itu pergi dan Ruby bisa menghela nafas lega. Tapi sedikit geli ada manusia yang begitu bucin dengan kakaknya.
Sial! Ruby baru sadar kakaknya itu ternyata punya seseorang di masa lalu yang begitu mencintainya. Dan kenapa bisa dirinya tidak tau hal ini?
Javier mengaku pacarnya Berlian? Lalu Zafran? Bagaimana nasibnya? Berakhir ditinggalkan kah karena kakaknya kembali pada masa lalunya. Lagipula dari kacamatanya sepertinya Javier akan merebut apa yang harus jadi miliknya.
Dan inilah alasan dirinya menelpon Xavier. Ada yang harus dirinya tanyakan pada lelaki itu. Sepertinya dirinya juga harus berkata jujur. Soal dirinya sebagai adiknya Berlian. Mungkin Xavier bisa di ajak kong kalingkong untuk menutup rapat soal rahasianya. Semoga saja.
Tapi, tu orang ditelpon juga kagak diangkat. Pasti sibuk sama bule aussie sana. Atau bisa jadi karena di sana sudah dini hari. Dimana lagi nyenyak-nyenyaknya tidur.
Ya, Ruby harus bisa berpikir positif.
Mulai memejamkan mata. Ruby menjernihkan otaknya dahulu. Meredakan rasa kesalnya sebelum bertemu kasur.
Hampir saja dirinya terlelap sampai bunyi bel terdengar. Dengan gontai Ruby berjalan ke arah pintu masuk tanpa curiga siapa yang bertamu malam hari. Mengingat dirinya bukan pemilik asli apartemen ini. Malahan Ruby bersembunyi disini.
Jika pun ada tamu pasti itu bermaksud pada Xavier. Tapi, Ruby yang setengah linglung itu malah membuka pintunya. Menampilkan pria tinggi dengan tampang datar dan setelan kantor yang masih melekat di tubuhnya.
"Benar dugaan saya. Kalian pasti tinggal bersama."
Ruby mengerjapkan matanya. Melihat dengan jelas siapa pria di hadapannya sekarang. Membuat jantungnya terasa berhenti berdetak. Kaget. O-om Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End)
FanfictionBerlian terpaksa menjadi pengantin pengganti atas kaburnya adik kandungnya tepat di malam sebelum pernikahan itu terjadi. Tak ingin membuat dua keluarga tambah malu dirinya harus rela menjadi istri lelaki yang tadinya akan jadi suami adiknya. Harusn...