Seseorang tampak begitu tenang dalam duduknya, meski sesekali ia menoleh pada pintu utama yang kerap terbuka. Memantau setiap orang yang bergantian masuk dan keluar, ia sengaja memilih tempat duduk yang tak jauh dari sana agar jika seseorang yang ia tunggu tiba, orang itu dapat langsung menyadari keberadaannya.
Ia kembali menunduk melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 11.00 siang, dan ia sudah menghabiskan cangkir kedua kopi yang ia pesan di kafe ini.
Hufh, harusnya aku tak terburu-buru - ia bergumam setelah mengehela nafas pelan
Masih ada waktu 15 menit menuju janji temu yang ditentukan, dan seseorang itu sudah mulai lelah. Salahnya sendiri, entah terlalu bersemangat atau apa, sejak pukul 10.00 ia sudah tiba disana.
Satu jam!
Seseorang membuang satu jam waktunya yang berharga, hanya untuk bertemu gadis yang konon akan dijodohkan dengannya. Benar, seseorang itu adalah Liam Manoban yang tengah menanti bakal calon istrinya. Jennie Kim.
Ting!
Bel pintu berdenting, Liam kembali menoleh ke pintu utama dan seketika pandangannya terpaku. Seorang gadis memasuki ruangan, ia mengenakan gaun putih one piece selutut, rambut yang digerai bebas, dan sedikit riasan di wajah membuatnya nampak bersinar. Liam nyaris ternganga, gadis itu nampak berbeda. Hari ini, Jennie nampak lebih mempesona.
Yup. Liam sudah mengetahui jika bakal calon istri yang dipilih oleh Haraboji dan Halmoni adalah Jennie, anak dari kenalan lama mereka yang juga sekaligus anak buahnya di kantor.
Benarkah hanya sebuah kebetulan biasa ?"Ekhem.." dehaman Jennie menyadarkan Liam yang termenung
Gadis itu sudah berada di depan mejanya, berdiri dengan canggung. Liam menebak, gadis itu gugup bertemu dengannya di luar jam kerja. Batin pria itu tersenyum gemas meski wajahnya tak berekspresi, ia segera bangkit melangkah mendekat dan memasang senyum ramahnya.
"Kau tiba lebih awal" Kalimat pertama yang ia lontarkan
Liam lekas menarik kursi untuk Jennie sambil berkata
"Silakan, nona"
Jennie mengangguk sebagai jawaban dan mulai duduk, Liam masih berada dibelakangnya. Sesaat kemudian pria itu telah kembali ke tempatnya, kini mereka duduk berhadapan.
"Ku pikir anda juga belum akan tiba" ucap Jennie mencoba berbasa-basi
"Aku bahkan datang jauh lebih awal, tentu saja aku tak akan membiarkan wanita menunggu" balas Liam dengan senyumnya
Jennie agak tertegun, Liam hari ini cukup berbeda dari yang biasanya ia lihat di kantor. Mungkin karena diluar pekerjaan? Pikirnya
"T-terimakasih" gugup Jennie
"Tak perlu sungkan, nona. Kita sedang tidak berada di perusahaan" tutur Liam lembut
Mereka memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum melanjutkan pada pembicaraan serius, setelah memberikan pesanan pada pramusaji mereka kembali sibuk dengan isi kepala masing-masing. Liam nampak jauh lebih tenang dengan sesekali mencuri pandang pada gadis di depannya, sementara Jennie hanya diam menunduk dengan perasaan tak karuan sebab sadar ia diperhatikan. Ia benar-benar gugup.
Tak lama makanan yang mereka pesan tiba di depan mata, keduanya hanya saling melempar senyum tipis dan memulai makan siang dengan khidmat diiringi dentingan alat makan keduanya.
"Ku dengar ini adalah menu terbaik disini, kau menyukainya nona Kim?" Liam memecah hening, membuat Jennie mendongak
"Ya.. ini sangat enak. Aku menyukainya" balas Jennie jujur, ia bahkan tersenyum penuh. Memang, makanan enak adalah obat paling manjur untuk wanita!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Wedding
FanfictionLight story. Boleh langsung aja. Terimakasih untuk kesediaan baca, beri vote dan komen :) kalo berkenan tolong baca cerita yang lainnya juga ya.. hehe