chapter 9

451 41 12
                                    

Matahari telah menyingsing sejak berjam-jam yang lalu, menyinari bumi dengan cerahnya seolah memerintah umat manusia untuk semangat memulai hari. Namun di salah satu kamar rumah itu suara dengkuran halus masih saling bersahutan, bahkan dekapan keduanya tak mengendur sama sekali sejak mereka terlelap. Antara benar-benar lelah setelah pesta pernikahan sehari sebelumnya, atau merasa nyaman dengan kehangatan satu sama lain, Jennie dan Liam benar-benar tidur pulas.

drrtt

drrttt

drrrttt

Salah satu ponsel di atas nakas berdering, entah milik siapa namun suara getarannya cukup mengusik indra pendengaran mereka.

"Eomma.. ponsel mu! Ish, mengganggu sekali! Nini masih mengantuk!" igau Jennie setengah merengek dengan suara serak khas bangun tidur, ia semakin mengubur kepala pada dada seseorang yang memeluknya.

"Eomma?" Liam membeo dengan suara tak kalah parau, namun terdengar begitu- urgh!

"Eoh, sekarang aku jadi ibu mu? Ck! Dasar bayi!" Liam terkekeh meski kesadarannya belum penuh, ikut mengabaikan deringan ponsel ia lebih memilih balas memeluk Jennie gemas.

Mendengar sahutan suara asing dan berat, rasa kantuk Jennie seketika lenyap. Ia langsung teringat jika ia tidur bukan dengan Eommanya, melainkan si pria yang baru menikahinya kemarin pagi.

"Ahjus-"

Dughh

"Awwh!"

Jennie mengaduh nyeri ketika keningnya membentur dagu pria itu sebab spontan mendongak karena terkejut, bukan hanya dirinya Liam pun meringis hingga ia refleks melepas pelukannya dan mengelus dagunya sendiri begitu menelentangkan tubuhnya.

"Appoo" lirih Jennie sambil menyentuh kening

"Ssshh" Liam mendesis

Sadar Liam juga kesakitan karena ulahnya, buru-buru ia bangkit memeriksa pria itu.

"Maaf, maafkan aku. Aku tak sengaja, sungguh" sesal Jennie

Ia menyentuh dagu Liam setelah menggeser tangan besar pria itu, mengelusnya halus. Liam mendadak bungkam, sorot matanya mengunci pandangan Jennie membuat mereka beradu tatap kembali.

"M-maaf.." Jennie mencicit

Ia lagi-lagi tak sadar jika kini posisi mereka kembali intim seperti semalam, hanya berbalik dan hal itu membuat Liam menyeringai dalam hati.

Liam menangkup tangan mungil Jennie di dagunya dan berkata

"Itu benar-benar sakit, tahu?"

Jennie diam, ia merasa bersalah. Ia benar-benar buruk dalam mengendalikan diri, mudah terkejut, terserang panik dan lambat.

Bodoh! - erangnya dalam hati

"Maafkan aku.. a-aku terkejut.. mianhae, ahjussi" cicitnya lagi

Liam berdecak.

"ahjusshi lagi, ahjussi lagi, dan tadi Eomma, selanjutnya apa?!" Ia menggerutu sambil memutar bola mata malas, membuat Jennie semakin tak enak

Liam melepas tangan gadis itu, ia hendak bangkit namun Jennie kembali mendorongnya membuat ia tertahan.

"Aaa ahjussi mianhaee" Jennie merengek hingga bibirnya terpaut lucu

Ia menghentakkan bahu Liam dengan kedua tangannya hingga membuat guncangan kecil pada pria itu, namun ada sesuatu yang lain yang benar terguncang di dalam sana. Hatinya.

Dream Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang