Tidak Apa-apa, Semuanya Baik-baik Saja

34 6 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Jaehyun sedari-tadi bolak-balik di depan ranjang tidurnya yang di tempati Sejeong di sana yang masih terpejam damai, bahkan Jaehyun tetap di kamarnya sejak kejadian beberapa jam lalu yang membuat kekasihnya tak sadarkan diri karena tangisnya.

ia beralih menatap Sejeong, lalu duduk di tepi ranjang, mengusap lembut rambut halus Sejeong sayang, lalu tersenyum simpul.

"Mungkin benar, kamu belum sepenuhnya mencintaiku, Sejeong. saya tidak pernah mengerti jalan pikiranmu, saya mencoba untuk tetap berfikir bahwa kamu hanyalah wanita biasa yang saya cintai, tapi sepertinya di dirimu terlalu banyak kejutan yang saya tidak mengerti. ku mohon tetap jadi anak baik, Kim." monolog Jaehyun sendu, lalu mengecup kening Sejeong sedikit lama, dan pergi dari kamarnya begitu saja.

Sejeong membuka matanya menatap pintu yang baru saja tertutup, ia mendengar semua perkataan Jaehyun untuknya. Sejeong mendudukan dirinya di ranjang sembari menyender pada sandaran ranjang untuk menopang tubuhnya yang masih sedikit lemah.

ia menghela nafas panjang sembari mendongak menatap atap kamar Jaehyun, lalu memejamkan kedua matanya perlahan.
"sudah selesai, Yuta."

"Apa yang sudah selesai?" tanya Jaehyun yang datang dari ambang pintu, ia membawa nampan berisi makanan dan air putih di sana.

Sejeong langsung membuka mata, dan membenarkan duduknya.
"bukan apa-apa, lupakan saja."

Jaehyun tidak bertanya lagi, ia duduk di tepi ranjang, dan menaruh nampan itu di atas nakas lalu mengambil piring berisi makanan sehat untuk Sejeong.

"Ingin ku suapi, atau makan sendiri?"

"Aku bisa makan sendiri, berikan padaku." Sejeong dengan cepat mengambil piring yang berada di tangan Jaehyun, dan memakan makanan yang Jaehyun bawakan untuknya dengan perlahan, sebenarnya ia sangat lapar walau pikirannya masih sangat kacau, akhir-akhir ini nafsu makannya berkurang membuat ia terlihat kurus karena turun berat badan.

"Kenapa kamu lakukan itu?"

"Jangan mengajak ku bicara, aku sedang makan."

Jaehyun hanya menghela nafas kasar dengan jawaban Sejeong, tiba-tiba Jaehyun merebut piring yang Sejeong pegang, membuat Sejeong mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Biar saya yang menyuapimu."
Sejeong merotasikan kedua bola matanya malas, tadi bukankah dia yang menanyainya untuk makan sendiri atau tidak, mengapa dia berubah pikiran, benar-benar tidak bisa berpegang teguh pada perkataannya.

beberapa menit berlalu, dan makanan Sejeong sudah habis sempurna, setelahnya ia di berikan minum oleh Jaehyun.

Jaehyun menaruh piring kosong itu di atas nakas, sedangkan Sejeong masih asik meminum air putihnya.

"Jelaskan padaku." Jaehyun menatap Sejeong dalam. Sejeong saat menatap kedua manik legam Jaehyun langsung menutuskan pandangannya, berpura-pura meminum airnya lagi, padahal gelas itu terlihat jelas sudah tidak ada air di dalam sana.

Jaehyun mengambil gelas yang di genggam Sejeong, dan menaruhnya di nakas dengan cepat.
"jelaskan, Sejeong. saya tidak ingin bermain-main lagi, jelaskan semuanya."

Sejeong berdecak kesal, lalu menatap balik Jaehyun yang sedari-tadi menatapnya.
"kau kira aku takut padamu?" ucap Sejeong meremehkan.

tiba-tiba Jaehyun mendekatkan wajahnya ke arah Sejeong, membuat ia memundurkan kepalanya karena terkejut, lalu menatap horor ke arah Jaehyun.

"Jelaskan padaku."

"Iya, iya.. aku akan jelaskan.." Sejeong mendorong pundak Jaehyun agar menjauh darinya, lalu ia membenarkan duduknya.
"tadinya aku ingin membunuh mu! sungguh! tapi..." Sejeong tertunduk sembari memainkan jari-jari kuku tangannya di bawah sana.
"aku tidak bisa. aku tidak bisa membunuh lelaki yang ku cintai." Sejeong melengkungkan bibirnya kesal, Jaehyun sedari-tadi sudah menahan kekehanya yang bisa keluar kapan saja, karena penjelasan Sejeong.

"Jadi kamu tidak melayangkan pisau itu pada saya karena kamu mencintai saya, begitu?"

"Bukan!" Sejeong menatap kesal Jaehyun yang seperti sedang mengolok-oloknya.
"aku hampir membencimu, kalau saja aku tidak melihat kejujuran di matamu saat kamu mengatakan kamu bukan putra Jung Jessi, mungkin aku sudah melayangkan pedang padamu bukan pisau itu. aku tidak akan pernah memaafkan suami Nyonya Jessi, tapi aku juga tidak akan pernah menghancurkan keluarga ini, yang bahkan tidak bersalah. aku.. aku tidak akan pernah memaafkannya, tidak akan pernah." isak tangis Sejeong kembali pecah saat mengingat Ayah dan Ibu nya kembali, Jaehyun dengan sigap memeluk Sejeong untuk menenangkannya.

"Sudah jangan menangis, saya akan selalu ada di sisimu, saya berjanji padamu." Jaehyun melepas dekapannya, lalu menghapus jejak air mata di pipi Sejeong yang sedikit menirus.
"dan, kenapa kamu munusuk Wonyoung?" tanya Jaehyun lembut, agar Sejeong tidak salah faham akan pertanyaannya.

"Dia memang harus mendapatkannya." datar Sejeong, membuat Jaehyun yang masih memegang kedua lengan atas Sejeong mengerutkan keningnya bingung.
"dia pembunuh Tuan Yuta, tidak percaya? tidak apa, aku juga tidak butuh kepercayaan darimu. pergilah aku ingin istirahat." Sejeong melepaskan kedua tangan Jaehyun yang masih berada di lengan atasnya, lalu merebahkan tubuhnya di ranjang kekasihnya itu, dan memunggunginya lalu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Jaehyun menunduk lalu mengecup kepala Sejeong yang terbalut selimut, lalu tersenyum.
"saya percaya padamu. istirahatlah, saya akan segera kembali." Jaehyun mengambil nampan dan menaruh gelas kosong itu di atas piring kosong, membawanya ke luar bersamanya.

Sejeong mengibaskan selimutnya saat mendengar pintu yang tertutup, menoleh ke pintu kamar Jaehyun yang sudah tertutup rapat, tiba-tiba Sejeong mengembangkan senyum sembari memegang puncuk kepalanya yang habis di kecup singkat oleh tunangannya.
ia dengan cepat menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut saat merasakan semburat merah di pipinya mulai terlihat jelas kalau saja ada seseorang yang melihatnya, pasti sudah di kira ia sedang memakai memakai blush on yang cukup tebal.








To Be Continued

EVORY {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang