Ch 0 : Prolog

13 1 0
                                    

Di sebuah kedalaman yang sunyi dan tak bernama, tersembunyi sebuah goa raksasa yang terletak di tempat tak terjamah. Goa itu, dengan diameter sekitar 20 meter, tampak seperti luka gelap yang menganga di dinding jurang. Aura mencekam mengelilinginya, menyiratkan bahwa tempat ini tidak hanya sekadar formasi alam.

Lorong gelapnya, yang sama besarnya dengan mulut goa, terasa seperti tenggorokan raksasa yang menuntun siapa saja menuju kehampaan. Setiap langkah ke dalam membawa kesan seolah ruang itu sendiri menolak kehadiran manusia.

Semakin jauh ke dalam, lorong itu akhirnya terbuka ke sebuah ruangan besar berbentuk lingkaran, berdiameter 50 meter dan setinggi 40 meter. Dindingnya tidak mulus, tetapi dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno dan formula misterius yang berpendar samar di kegelapan. Jelas, ruangan ini bukanlah hasil karya alam.

Di ujung ruangan itu, berdiri sebuah batu persegi besar dengan ukiran simbol-simbol yang sulit dipahami. Simbol-simbol itu tampak seperti serpihan ingatan dari zaman yang telah lama terkubur dalam sejarah. Aura misterius yang menyelimuti ruangan seolah berpusat pada batu tersebut.

Ruangan itu tidak kosong. Di hadapan batu tersebut, berdiri sesosok makhluk berjubah hitam dengan tepi berlapis emas. Tudung jubahnya menutupi wajahnya, menyembunyikan identitasnya dalam bayangan. Sosok itu tidak bergerak, hanya berdiri diam, memandangi batu ukir dengan intensitas yang menggetarkan.

Dengan gerakan lambat, makhluk itu menundukkan kepala, mengucapkan mantra yang begitu pelan hingga suaranya lenyap di udara. Setelah beberapa saat, ia mengangkat tangan ke arah batu, dan simbol-simbol di permukaannya mulai menyala. Cahaya abu-abu gelap memancar, membentuk pola-pola yang terus bergabung hingga menjadi sebuah gambar.

Gambar itu adalah wujud dari makhluk bersayap enam, dengan cahaya bundar bersinar di dadanya dan sebuah halo melayang di atas kepalanya. Simbol kemegahan dan kehancuran terjalin dalam gambaran itu, melambangkan sesuatu yang berada di luar batas pemahaman.

Sosok berjubah itu diam, tak bergerak, hanya menatap gambar tersebut. Sebuah kerutan tipis muncul didahinya dibalik bayangan tudung, mulutnya hendak mengatakan sesuatu namun diurungkannya.

Seluruh tempat tiba tiba bergetar hebat, mengganggu lamunannya. Dia menoleh ke luar gua, dan merasakan kehadiran beberapa makhluk lainnya. Itu hanya berlangsung selama beberapa waktu, sebelum getaran dan tekanan menghilang seolah tidak pernah ada.

Beberapa suara terdengar dari luar, namun suara suara tersebut terdengar seperti pemfliteran yang terjadi ketika kaset rusak.

Sosok berjubah menepuk tangannya, dan seketika semuanya menjadi sunyi. Setelah beberapa saat, ia berbalik tanpa suara, berjalan kembali ke dalam kegelapan lorong goa. Jejak langkahnya meninggalkan tanda berbentuk bintang, berpendar sebentar sebelum lenyap menjadi serpihan bintang-bintang fajar.

Saat sosok itu menghilang sepenuhnya, ruangan tersebut mulai memudar, seolah tak pernah ada. Bekas jejaknya hanyalah serpihan cahaya, menyisakan bisikan terakhir di udara:

"Aliquid finit, aliquid incipit."
(Sesuatu berakhir, sesuatu dimulai.)

Unknown HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang