Chapter 3: Mimpi atau Kenyataan

31 11 0
                                    

Saat malam berlanjut, makhluk-makhluk aneh tersebut mendekati mereka dan ingin mengatakan sesuatu. Yusuf tiba-tiba menyadari sesuatu yang mengejutkan. Dia mendapati dirinya terbangun dalam sebuah tenda bersama yang lainnya. Ini adalah saat mereka semua menyadari bahwa pertemuan dengan makhluk-makhluk itu adalah mimpi.

Semua orang merasa lega bahwa makhluk-makhluk itu tidak nyata, dan mereka hanya mengalami mimpi yang aneh. Tetapi, pertanyaan tentang bagaimana mereka bisa berada di dimensi ini dan bagaimana mereka bisa kembali ke rumah masih tetap menggantung di udara.

Mereka membahas mimpi-mimpi mereka dengan cermat, mencoba mencari petunjuk yang mungkin muncul dalam mimpinya. Beberapa dari mereka mengingat detail yang aneh dan tak terlupakan dari mimpi mereka, seperti pesan yang diucapkan oleh makhluk-makhluk itu.

Dalam percakapan tersebut, Andika, si seniman, mengungkapkan bahwa dalam mimpinya, dia merasa ada pesan atau makna yang tersembunyi dalam pertemuan dengan makhluk-makhluk itu. Dia mencoba menggambarkan simbol-simbol yang muncul dalam mimpinya kepada yang lainnya.

Saat mereka membandingkan catatan dari mimpi masing-masing, mereka menemukan pola yang menarik. Sambil terus melanjutkan perjalanan, simbol-simbol yang dijelaskan oleh Andika tampaknya cocok dengan tanda-tanda aneh yang ditemukan di pohon-pohon sebelumnya.

Ketika mereka menjelajah lebih dalam, mereka tiba-tiba mendapati diri mereka naik ke dataran tinggi yang terletak di tengah hutan. Dari puncak dataran, pandangan mereka terbuka, dan mereka melihat sesuatu yang sangat mengejutkan: sebuah perumahan yang tampak seperti desa terletak di lembah di bawah mereka.

Keheranan melanda kelompok ini. Mereka sebelumnya percaya bahwa mereka berada di hutan yang terpencil, jauh dari tanda-tanda kehidupan manusia. Namun, sekarang ada desa yang terlihat di bawah mereka, dan mereka mulai bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi.

Setelah berdiskusi sejenak, kelompok ini memutuskan untuk turun ke desa itu dan mencari tahu lebih lanjut. Mereka merasa bahwa ada kemungkinan mereka dapat menemukan petunjuk atau informasi yang berguna di desa tersebut.

Dengan hati-hati, mereka mulai menuruni gunung dan mendekati desa misterius itu. Saat mereka semakin mendekat, mereka melihat beberapa bangunan yang terbuat dari kayu dan batu, serta jalanan berdebu yang terlihat sepi.

Mereka merasa ketegangan dalam udara saat mereka melangkah masuk ke desa itu. Pertanyaan masih memenuhi pikiran mereka: siapa yang tinggal di desa ini, dan bagaimana desa ini bisa ada di tengah hutan yang begitu terpencil?

Tindakan mereka untuk pergi ke desa ini adalah langkah pertama dalam menyelidiki misteri yang semakin dalam dan mengerikan di dimensi baru yang mereka temui.

Ketika kelompok ini memasuki desa yang misterius itu, mereka merasakan keheningan yang aneh. Jalanan yang berdebu terlihat sepi, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia di sekitar mereka. Bangunan-bangunan kayu dan batu di sekitar mereka terlihat kosong dan terbengkalai.

Mereka mulai menjelajahi desa dengan hati-hati, mencari tahu apa yang sedang terjadi di tempat ini. Pohon-pohon tua melintangi jalan-jalan sempit, dan angin berbisik dengan suara aneh di antara bangunan yang sunyi.

Saat mereka mendekati pusat desa, mereka melihat sebuah bangunan besar yang tampak seperti sebuah kuil. Pintu-pintu kayu besar terbuka lebar, dan cahaya yang samar-samar menerangi interior bangunan tersebut.

Tiba-tiba, dari dalam bangunan itu, muncul seorang wanita tua dengan rambut putih panjang. Dia memandang mereka dengan tatapan tajam dan tersenyum dengan senyum yang aneh.

"Selamat datang," kata wanita tua itu dengan suara lembut namun menggema. "Kami telah menanti kedatangan kalian."

Anggota kelompok ini saling pandang, bingung oleh sambutan wanita tua ini. Mereka belum tahu apa yang harus mereka lakukan

Pintu ke Alam Kegelapan: Perjalanan Horor 17 Pemuda Ke Dimensi AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang