Rembulan Kamalani, gadis tinggi dengan rambut sebahu itu berjalan cepat memasuki mobil jemputan suruhan bosnya. Helaan nafas pelan berhembus setelah duduknya nyaman di belakang kursi kemudi. Masih merasa aneh, namun Bulan berhasil mengikuti ujian praktik memijat sore ini. Ia dinyatakan lolos dan telah mengantongi sertifikat setelah les privat selama satu minggu full.
Bulan bahkan terpaksa izin dari kuliahnya demi tugas aneh dari bosnya. Padahal dari awal ia melamar bekerja paruh waktu sebagai pembantu di rumah Bu Airi satu bulan yang lalu, tak disangka tugasnya adalah menjadi sus dari bayi besar bernama Dewa.
Bulan sempat bertanya-tanya mengapa Bu Airi dan Pak Haikal tidak pernah melihat atau memperlakukannya seperti seorang pembantu, namun ia mengerti setelah melihat sendiri bagaimana sikap majikannya kepada pekerja lain di rumah mereka. Ternyata keluarga ini memang sehangat itu. Lebih mengherankan lagi adalah mas Dewa, putra kedua dari majikannya ini benar-benar merakyat dan istimewa, mas Dewa bersikap seolah semua mbak dan bapak pekerja di rumahnya adalah kawan termasuk sikapnya kepada Bulan.
Hal ini tentu membuat Bulan tak perlu susah payah menahan malu dan canggung.
Bulan masih mencoba beradaptasi dan menjalani pekerjaannya, meskipun niatnya bekerja adalah karena gabut namun ia akan tetap menjalankan pekerjaan ini demi menambah pengalaman dan uang jajan karena masih ada tiga bulan ke depan uang jajannya di tahan sang papi setelah ia ketahuan di tilang polisi akibat bonceng tiga dengan temannya.
---
1 jam berlalu, Bulan bukan di bawa pulang ke rumah Bu Airi, tetapi mobil bosnya itu kini berhenti di rumah sakit tempat mas Dewa bekerja yang juga merupakan rumah sakit milik keluarga Bumantara.
"mba Bulan, tadi mas Dewa pesan supaya mba Bulan langsung ke ruangan beliau saja" ujar supir Dewa yang kini mengantar Bulan.
"Baik pak, makasih ya pak saya turun" pamit Bulan dan berlalu memasuki rumah sakit.
Baru pertama kali menyusul Dewa ke tempat kerjanya membuat Bulan terpaksa menanyakan ruangan Dewa ke bagian informasi.
"misi mba, ruang dokter Dewa dimana ya?" tanya Bulan sopan.
Seorang wanita yang terlihat lebih dewasa darinya menjawab dengan sopan, sementara wanita lain di sampingnya terlihat memandang Bulan kurang suka.
"ee-maaf saya asisten rumah tangga di rumah dokter Dewa" ujar Bulan sengaja bersuara seolah tengah menjawab rasa penasaran wanita itu.
Mendengar jawaban Bulan, membuat wanita tadi mengendurkan ekspresi wajahnya seolah lega dan kini berubah sopan.
Bulan memasuki ruangan pribadi Dewa setelah diberi tahu letaknya. Ruangan Dewa terlihat kosong, ia pun memutuskan untuk menunggu di sofa yang tersedia.
2 jam berlalu Bulan tetap sabar menunggu hingga pukul 20.00 pintu terbuka memperlihatkan siluet dokter Dewa dengan wajah kusutnya yang terlihat begitu lelah.
"Lo, udah lama?" suara berat Dewa menyambut pandangan mata Bulan yang kini terangkat.
"Sudah dari jam 6 tadi mas" balas Bulan sopan dan kembali menunduk, namun ekor matanya melirik pergerakkan kaki Dewa yang kini berjalan mendekatinya. Semakin dekat dan duduk tepat di sampingnya tanpa jarak.
"Hahhh" Dewa menghempaskan tubuh lelahnya di samping Bulan, perlahan ia sandarkan kepalanya di bagian belakang sofa, matanya terpejam seiring tangannya terangkat memijat pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantuku Tukang Pijatku
AléatoireDewa Samudra Bumantara adalah dokter muda berusia 29 tahun yang masih betah menjomblo di saat kakak kembarnya Raga Samudra Bumantara telah menikah bahkan adik kecilnya Ranina pun kini telah cukup lama bersuami. Raga dan Nina telah berkeluarga dan t...