Dewa Samudra Bumantara adalah dokter muda berusia 29 tahun yang masih betah menjomblo di saat kakak kembarnya Raga Samudra Bumantara telah menikah bahkan adik kecilnya Ranina pun kini telah cukup lama bersuami.
Raga dan Nina telah berkeluarga dan t...
Dewa duduk di sofa ruang tamu dengan wajah sedikit kusut, akibat lelah seharian menangani urusan rumah sakit dan perusahaan. Bulan, yang sudah memasuki usia kehamilan enam bulan, dengan perut yang semakin besar, menghampiri suaminya yang terlihat menggosok-gosok punggungnya sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Mas, capek ya?” Bulan bertanya sambil menatap lembut.
Dewa mengangguk lemah, “Iya, pegel banget punggungnya, Sayang. Seharian ini meeting sama dokter-dokter di rumah sakit, terus ke kantor lagi buat rapat sama klien.”
Bulan tersenyum, meski dia sendiri merasa pegal karena kehamilannya, ia tetap ingin memanjakan suaminya. “Sini, aku pijitin lagi. Mas butuh relaksasi biar nggak terlalu capek.”
Tanpa menunggu jawaban, Bulan duduk di belakang Dewa dan mulai mengurut pundak suaminya dengan lembut namun mantap. “Aduh, enak banget, Sayang…,” Dewa mulai mengerang pelan, merasakan otot-ototnya perlahan-lahan melonggar.
“Mas kayaknya butuh pijatan di pinggang juga nih, kelihatan tegang,” Bulan berujar dengan nada menggoda. Dewa langsung mengangguk, wajahnya sudah memelas meminta perhatian lebih dari istrinya.
Dengan hati-hati, Bulan mengganti posisinya. Ia mulai menekan pinggang Dewa, mengurut perlahan dengan kepalan tangannya yang kuat. Setiap sentuhan membawa gelombang kenyamanan bagi Dewa, yang sudah setengah tertidur. “Emmhh… Pegel banget, tapi enak, Sayang…” Dewa menggeram pelan setiap kali Bulan menemukan titik yang paling sakit.
Dewa sesekali meringis ketika pijatan Bulan mengenai bagian pinggang yang terasa kaku. “Aduh… shhh, itu pas banget, di situ. Terus, Sayang, kuatin dikit,” Dewa minta dengan mata yang terpejam, sepenuhnya menikmati momen ini.
Bulan menambahkan pijatan dengan tumitnya seperti yang biasa mereka lakukan. “Mas siap diinjak nih?”
Dewa hanya mengangguk, menikmati sensasi pijatan yang lebih dalam ketika Bulan menggunakan tumitnya. Dengan gerakan pelan tapi pasti, Bulan menekan bagian paling tegang di pinggang Dewa. “Aduh… shhh… pegel banget, tapi nikmat juga,” Dewa mengeluh sambil merasakan tubuhnya lebih rileks. Bunyi “krek” terdengar samar dari tulang punggung Dewa saat tekanan tumit Bulan menyesuaikan posisi.
“Uh, krek! Nah, itu, enak banget…,” Dewa setengah tertawa, setengah mengeluh. Sensasi lega yang luar biasa menyeruak di pinggangnya. Dewa merasa sangat puas dan nyaman, seolah semua kelelahan hilang.
Setelah selesai dengan pijatan, Bulan duduk di samping Dewa, tersenyum manis melihat suaminya yang kini tampak lebih rileks. “Gimana Mas, udah mendingan kan?”
Dewa memeluk Bulan erat-erat, mencium puncak kepalanya dengan penuh cinta. “Makasih, Sayang. Kamu nggak cuma istri terbaik, tapi juga tukang pijat paling hebat,” Dewa berkata sambil terkekeh, matanya penuh dengan kasih sayang dan kekaguman untuk Bulan yang selalu memanjakannya.
...
Setelah pijatan yang diberikan Bulan, malam itu gantian Dewa yang mengambil peran sebagai pemijat setia. Setiap malam, ia selalu meluangkan waktu untuk memastikan Bulan merasa nyaman sebelum tidur, terutama karena kini tubuh istrinya yang semakin berisi dengan kehamilan enam bulan.
Bulan tengah berbaring di tempat tidur, perutnya yang semakin besar terlihat dari posisi tidur miring yang membuatnya lebih nyaman. Dewa duduk di sampingnya, memandang lembut istrinya yang tampak lelah setelah seharian beraktivitas.
“Nah, sekarang giliran aku yang pijitin kamu, Sayang,” kata Dewa sambil mengoleskan minyak pijat ke telapak tangannya, menggosok-gosokkan kedua tangan agar hangat.
Bulan hanya tersenyum kecil, matanya sudah setengah tertutup. “Mas nggak capek, kan?” tanyanya lirih.
Dewa menggeleng. “Nggak ada yang lebih penting daripada bikin kamu nyaman. Apalagi kamu udah kerja keras bawa anak kita, jadi Mas harus lebih perhatian.”
Dewa mulai dengan perlahan memijat bahu Bulan yang terlihat tegang. “Kamu pasti pegel di bagian ini, kan?” tanyanya sambil mengusap lembut. Bulan hanya mengangguk pelan, membiarkan Dewa bekerja. Setiap tekanan dari tangan Dewa terasa lembut tapi kuat, cukup untuk melemaskan otot-otot yang kaku di punggung dan bahu Bulan.
Bulan menghela napas panjang, matanya tertutup rapat, meresapi pijatan suaminya. “Hmmm... enak banget, Mas,” gumamnya.
Dewa melanjutkan pijatannya turun ke punggung bagian bawah, tempat yang sering terasa tegang bagi Bulan akhir-akhir ini. “Aku tahu di sini sering sakit kan, Sayang?” katanya sambil memberikan tekanan yang pas. Setiap kali tangannya melingkar ke sekitar punggung Bulan, dia memastikan gerakannya lembut, mengingat kondisi kehamilan istrinya.
Bulan mulai merasakan kelegaan di seluruh tubuhnya. “Ya ampun, Mas... ini nyaman banget. Tiap malam kayak gini aku bisa tidur nyenyak,” ujarnya sambil tersenyum kecil.
Dewa tersenyum sambil terus bekerja, menekan otot-otot yang terasa kaku dan memberikan pijatan panjang dan lembut di sepanjang punggung hingga ke kaki Bulan. “Mas seneng banget kalau kamu bisa istirahat dengan baik,” katanya, sambil sesekali memberikan kecupan kecil di bahu Bulan.
Setelah selesai dengan punggung, Dewa beralih ke kaki Bulan, yang kini mulai sering terasa bengkak karena kehamilan. Ia mengurut lembut kaki istrinya, mengusap telapak dan betis yang lelah. “Kaki kamu pasti pegal banget ya, sekarang lebih bengkak,” Dewa berkomentar sambil terus memijat dengan penuh perhatian.
Bulan mengangguk kecil, menikmati setiap gerakan suaminya. “Iya, pegel sih, tapi kamu selalu bikin aku merasa lebih baik. Makasih ya, Mas,” bisiknya pelan, matanya mulai berat karena rasa nyaman.
Dewa mencium punggung tangan Bulan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku akan selalu ada buat kamu, Sayang,” ucapnya lembut.
Malam itu, setelah pijatan selesai, Bulan benar-benar merasa rileks dan tertidur di pelukan Dewa. Sang suami merapikan selimut di atas tubuh istrinya yang kini sudah tertidur pulas, memastikan ia benar-benar nyaman sebelum memeluk Bulan dengan erat. Dewa merasa bahagia karena bisa merawat istrinya, memastikan ia selalu dalam keadaan terbaik menjelang kelahiran anak mereka.