23. Hidden Story

73.8K 5.4K 143
                                    

Terima kasih karena sudah memberi lebih dari yang aku minta <3

***

Bibir Flora menganga seketika. Matanya bergerak dari atas hingga bawah, memindai penampilan sang suami yang sedikit nyentrik dari biasanya. Lalu, pandangannya bertemu dengan Madhava. Lelaki itu justru menatap Flora dengan dahi berkerut, seakan bingung mengapa istrinya bisa begitu bingung.

"Mas, yakin mau pergi pakai baju kayak gini?"

"Yakin. Memangnya kenapa?" Madhava balik bertanya.

"Oh, enggak. Aku cuma mau mastiin aja, takutnya kamu lagi gak sadar. Soalnya ini bukan gaya kamu banget." Flora tersenyum tipis.

"Tapi, aku cocok dengan pakaian seperti ini?"

Flora diam, kembali memperhatikan penampilan Madhava. Lelaki itu mengenakan kaus oblong putih yang dibalut dengan jaket denim. Tidak ada sabuk berbahan kulit yang biasanya Madhava pakai-entah saat pergi bekerja atau kencan. Turun sedikit, celana jins lelaki itu robek di bagian lutut. Inilah yang membuat Flora menanyakan keyakinan Madhava dengan pakaiannya hari ini.

Celana robek seperti bukan hal yang aneh bagi masyarakat Indonesia. Justru terlihat cocok-cocok saja dengan kaki jenjang Madhava. Apalagi lelaki itu memiliki wajah yang tampan dan tubuh yang bagus, pakaian seperti apa pun akan terlihat fashionable.

"Sedikit gak cocok, sih. Soalnya aku baru pertama kali lihat Mas berpakaian kayak gini. Tapi, bagus, kok," jawab Flora pada akhirnya.

Madhava mengangguk puas. "Kita berangkat sekarang?"

"Yuk. Bryan juga udah nunggu di teras dari tadi. Kelihatan gak sabar banget, pengen cepet jalan."

Keduanya pun berjalan beriringan, menuju halaman di depan. Ternyata, Bryan sudah lebih dahulu naik mobil, dibantu oleh kakeknya. Setelah berpamitan, Flora dan Madhava pun meninggalkan pekarangan rumah, meluncur menuju Ancol.

Ya, Madhava memang sengaja berpakaian seperti anak muda. Ia tidak pernah lagi mengenakan kemeja putih, setelan jas, juga sepatu pantofel saat berkencan dengan Flora. Tidak ingin orang lain mengira mereka kakak adik, apalagi paman dan keponakan. Madhava selalu menyiapkan pakaiannya sehari sebelum jalan. Dia ingin mengumumkan pada dunia bahwa Flora adalah pasangannya, istrinya.

"Kak Flo, nanti kita foto yang banyak, ya. Aku mau kasih lihat ke mami papi," ucap Bryan dengan nada riangnya.

"Boleh, Sayang."

"Nanti Om Madha aja yang foto. Ya, Om?"

Sontak Madhava melirik keponakannya itu dari kaca spion tengah. "Iya," singkatnya, seraya kembali fokus pada jalanan.

Pokoknya, jika Flora sudah bertemu Bryan, Madhava merasa menjadi anak tiri. Semua perhatian Flora tertuju pada anak lima tahun itu. Waktunya pun lebih banyak dihabiskan bersama Bryan dibandingkan Madhava, yang berstatus sebagai suaminya. Bahkan, Flora juga sampai rela mengikuti les memasak kue demi menyenangkan Bryan. Katanya, ia sudah punya janji untuk membuatkan kue yang enak, menggantikan neneknya Bryan.

"Tante," cetus Madhava seketika. "Kamu harus belajar memanggil istri Om ini dengan sebutan 'tante', Bryan."

"Enggak, ah. Kakak aja. Kan, Kak Flora masih sekolah," tolak Bryan, tanpa memerlukan waktu untuk berpikir barang sedetik pun.

"Tapi, Tante Flora sudah punya suami. Om suaminya."

"Tapi Kak Flora cantik. Gemes juga, kayak Shizuka."

"Om juga mirip Nobita," timpal Madhava lagi. "Atau begini saja. Mulai sekarang, kamu panggil Om Madha dengan sebutan 'kakak' saja. Bagaimana?"

Saat itu juga, suasana berubah hening. Flora refleks melirik suaminya dari sudut mata. Tatapan sengit Bryan semakin tajam, menembus kaca spion tengah. Sedangkan Madhava menatap keduanya dengan polos, bingung mengapa mereka mendadak diam.

Emergency Wedding [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang