13. Cross the Line

89.9K 7.1K 116
                                    

Flora tersenyum puas melihat penampilan dirinya dari pantulan cermin. Rambut sudah disisir rapi, minyak di wajah sudah disingkirkan, bibir tampak lebih segar dengan bantuan lip tint. Ia sudah siap untuk bertemu Madhava di tempat jemput biasa, mini market dekat kampus. Merasa tidak ada yang perlu diperbaiki lagi, gadis itu pun segera keluar dari toilet.

Namun, suasana di luar tampak berbeda dari sebelumnya. Flora menengok ke kanan kiri, memastikan perasaannya benar atau salah. Ada begitu banyak pasang mata yang memperhatikannya saat ini. Ketika Flora membalas tatapan tajam yang ditujukan padanya, mereka semua memberikan respons yang kurang menyenangkan. Ada yang geleng-geleng kepala, tersenyum mengejek, juga membuang muka seraya melontarkan perkataan menyakitkan.

"Bukannya dia anak hakim, ya? Kok, bisa-bisanya ngelakuin sesuatu yang hina banget?"

"Gue kira cewek baik, ternyata ayam kampus juga."

"Kenapa cewek cantik suka pada gatel, sih? Parahnya, ini gatel sama dosen!"

Napas Flora semakin tercekat seiring masuknya ucapan-ucapan tajam ke gendang telinga. Dadanya terasa sesak ketika sadar yang menjadi objek tatapan meremehkan semua orang memang dirinya. Flora kira, kedatangan Naumi akan membuat perasaannya lebih baik, ternyata malah sebaliknya.

"Flo, gawat!" cetus gadis itu ketika sampai di hadapan Flora. Napas Naumi terengah-engah, ia berlari dari kantin dengan kecepatan ekstra.

Susah payah Flora menelam salivanya. "Gawat kenapa, Nau?"

Naumi menyerahkan ponselnya. "Lo harus lihat ini."

Kendatipun ketakutan semakin menggerogoti, mau tidak mau, Flora tetap mengambil ponsel Naumi demi menuntaskan rasa penasaran. Detik selanjutnya, Flora tidak bisa lagi berpikiran jernih.

Di hadapannya, terpampang nyata foto kebersamannya dengan Madhava, diunggah di akun gosip Kampus Adiwidya sekitar lima menit lalu. Ada ketika Flora turun dari mobil Madhava, ketika mereka memasuki lobi Basunjaya Hotel, juga saat makan di luar semalam. Yang paling Flora benci adalah keterangan foto itu yang sangat memprovokasi.

Flora Aristiana, mahasiswi Hukum semester 4, berusaha mendekati dosen kita. Angka, harta, atau memang cinta? Entah apa yang menjadi motif Flora menganggu laki-laki yang sudah memiliki pacar.

"Gue harus gimana, Nau?" cicit Flora dengan suara yang bergetar.

Naumi segera berdiri di samping Flora dan merangkul bahunya. "Lo yang tenang dulu, ya, Flo. Pasti ada jalan keluarnya, kok."

"Tapi sekarang semua orang mikir yang enggak-enggak tentang gue. Mereka ngira gue cewek murahan yang gatel sama dosen."

"Ssuut ... jangan ngomong gitu, Flo. Mereka gak tahu apa-apa. Mereka mikir begitu karena gak tahu kalau kalian udan nikah," ujar Naumi, berusaha menenangkan. "Gimana kalau kita minta bantuan Pak Madha aja? Pasti masalah ini bisa cepet selesai. Kita bisa cari tahu admin akun gosip kampus sekaligus menindak orang yang udah foto kalian secara diam-diam. Gue ngerasa ini perbuatan orang yang berbeda."

"Emang gak akan ngerepotin kalau gue minta bantuan Mas ...." Flora menghentikan ucapannya. "Maksud gue ... Pak Madha."

"Enggak, lah. Gimanapun juga, Pak Madha berhak tahu masalah ini. Dia harus ikut campur karena ini menyangkut nama baiknya sebagai dosen juga."

Flora menatap Naumi dengan gamang. Situasi ini langsung menghabisi keberaniannya, tetapi Flora tidak tega jika harus menambah beban pikiran Madhava.

Belum sempat Flora selesai dengan kebingungannya, datang seorang tamu yang tak diundang. Windy berdiri di hadapan Flora sembari tersenyum mencemooh. Ia melipat tangan di depan dada serta mengangkat dagu tinggi-tinggi, merasa puas dengan keputusasaan yang sedang menguasai Flora.

Emergency Wedding [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang