0.6

912 109 4
                                    

Yang sekarat
belum tentu pergi duluan.
-Hanan Rasi Gentala-
______________________________________
•••••

Setelah mengirimkan pesan pada Javan, tiba-tiba ponsel Hanan mati total, sepertinya kehabisan daya.
Kalau begini, bagaimana dia bisa tau Javan membaca pesannya atau tidak.

Setengah jam berlalu, dan masih belum ada yang mendatanginya. Bagaimana kalau Javan tidak membaca pesannya? Tidak mungkin dong dia pulang dengan taxi, pasti supir taxi akan menanyakan tujuannya kemana kan? Dia harus menjawab apa? Tidak mungkin dia menjawab 'saya lupa alamat saya pak' oh tidak..tidak, memikirkannya saja sudah memalukan baginya, apa lagi kalau sungguhan.

Saat sedang asik berjongkok dipinggir jalan memikirkan nasibnya, tiba-tiba dia dikejutkan Dengan suara seseorang yang dia kenal.

"Hanan!"

"Kenapa? Kenapa bisa lupa?" Tanya orang tersebut pada Hanan.
Saat Hanan mendongak dia Melihat Javan yang sudah berdiri dihadapannya dengan wajah yang sedikit pucat.

Dengan spontan Hanan berdiri sambil memeluk tubuh Javan dengan erat karna terlalu senang, Hanan kira kembarannya itu tidak membaca pesannya karna tak kunjung datang.

"Kenapa bisa lupa nan?" Tanya nya lagi karna tak mendapatkan jawaban dari Hanan.

"Gw... Gw ngga tau, gw mendadak lupa. Lo sendiri kenapa jemput gw pake baju rumah sakit?" Jawab Hanan dengan diakhiri pertanyaan.

"Lo lupa nan?" Bukannya menjawab Javan justru memberikan pertanyaan pada Hanan.

"Lupa apa? Perasaan hari ini gw ngga ada lupa sesuatu kecuali lupa jalan pulang sama alamat rumah, atau ada hal lain yang gw lupa Van?" Ucap Hanan, dia merasa telah melupakan banyak hal hari ini.

Sedangkan Javan semakin dibuat heran dengan Hanan, tidak biasanya Hanan melupakan sesuatu yang penting, apalagi Vano sudah memberi tau Hanan tentang dirinya yang mengharuskannya menginap sementara di rumah sakit.

"Ah.. ngga, ngga ada apa-apa, tadi gw cuman asal ngomong aja, mending sekarang kita pulang" jawab Javan.
"Dan soal baju ini, Lo ngga usah pikirin, ini piyama yang baru gw beli" lanjutnya sambil mengusap kepala  Hanan dan memandangi wajah Hanan dengan lekat.
Dia merasa sudah sangat lama tidak pernah melihat wajah saudaranya sedekat ini, terakhir kali mungkin sebelum semuanya berubah.

"Ini piala siapa?" Tanya Javan saat matanya tak sengaja melihat piala di Vespa milik Hanan.

"Punya gw sama anak-anak, gimana menurut Lo?" Jawab Hanan dengan wajah yang ceria, sedangkan Javan hanya tersenyum tipis sambil mengelus ujung piala itu.

"Bagus nan, seperti biasa Lo ngga pernah mengecewakan klo soal beginian" ucap Javan dengan senyum tipisnya.

'lo anak baik,tapi sayangnya takdir ngga baik sama lo' lanjutnya dalam hati.

"Udah ayo pulang, gw udah ngantuk" ucap Hanan, setelah itu mereka pergi meninggalkan jalanan yang mulai sepi.

......

Saat sampai dirumah, Javan melihat mobilnya yang terparkir di garasi.
Pasti mereka sudah pulang, pikirnya.
Dan benar saja, saat mereka masuk, mereka berdua disambut dengan wajah khawatir sang bunda, lebih tepatnya hanya Javan.
Sedangkan Hanan, dia mematung ditempatnya, dia terkejut saat melihat orang tuanya ada dirumah, bukankah kata Vano orang tuanya ada urusan bisnis dan baru kembali bulan depan?
Entahlah, mungkin selesai lebih cepat.

"Javan... Kamu dari mana nak? Bunda udah bilang jangan kemana mana, kamu bikin ayah sama bunda khawatir tau" ujar bunda sambil memeluk dan mengusap kepala Javan dengan penuh kasih sayang.
Hanan hanya dapat melihat interaksi ibu dan anak didepannya dengan tatapan sendu.

Empat Sudut[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang