1.0

1.2K 131 10
                                    

It's okay...
Berubah itu ngga harus kayak power ranger yang sat set sat set.
Pelan-pelan aja, karna semuanya butuh proses.
-Hanan Rasi Gentala-

______________________________________
•••••

Hanan sudah berada di tempat perlombaan.
Perlombaan hanya akan dilakukan tiga sesi saja, sesi pertama pengujian, sesi kedua tahap lanjutan dan sesi ketiga final, saat ini Hanan sudah berada di  tahap lanjutan menuju final karna sesi pengujian sudah Hanan lakukan waktu itu, dan di sesi kedua ini, semua peserta akan berlomba untuk menuju final yang akan diadakan di Singapura.
Hanan berharap, dia bisa berhasil sampai final nantinya.

"Nan, Abang bakal nunggu dan liat kamu di kursi penonton di sana, kamu semangat okay, jangan nyerah, jangan pikirin hal lain, cukup pikirin tujuan kamu mengikuti perlombaan ini, semangatt!" Ucap Louis memberi semangat sambil memegang bahu hanan.

Hanan hanya dapat tersenyum mendapati kalimat semangat dari Louis, dengan semangat, dia berjalan menuju panggung yang berada ditengah tengah penonton.

Dan setelah itu perlombaan pun dimulai, saat pertanyaan pertanyaan dibacakan, tangan Hanan dengan lincah menekan tombol yang ada di depannya.

Hingga sampai pertanyaan terakhir di bacakan Hanan merasa badannya mulai tidak beres, dia merasa ada sesuatu yang janggal, awalnya dia hanya merasakan lengannya yang gatal, tapi lama kelamaan nafasnya mulai memberat, dia mencoba memfokuskan diri agar bisa bertahan sampai perlombaan selesai.

"Berapa banyak solusi yang persamaannya sin (π/2 cos x) = cos (π/2 sin x) miliki dalam interval tertutup [0, π] ?"

Hanan dengan fokus yang tersisa sedikit pun dengan cepat menekan tombol didepannya.

"Ya! Peserta nomer enam, apa jawabannya"

"Jawabannya C, Dua!" Jawab Hanan

"Benar!!"

Sontak saja suara tepuk tangan menggema di ruangan itu, Hanan yang telah menyelesaikan perlombaannya pun langsung berlari kebelakang panggung dengan terseok-seok.

Louis yang sedari tadi berdiri sambil bertepuk tangan pun berhenti saat melihat Hanan pergi, tanpa pikir panjang dia bergegas menyusul langkah Hanan.

Hanan Yang saat ini sudah berada di lorong hanya  mampu menahan berat badannya sambil berpegangan pada dinding, langkahnya mulai tertatih, nafasnya juga mulai tersendat.

Dia tak tau apa yang terjadi pada dirinya, dia merasa tidak asing dengan keadaan saat ini, dia seperti pernah mengalaminya tapi dia tak ingat.

Sampai akhirnya tubuhnya tersungkur kelantai, tidak ada siapapun yang dapat menolongnya saat ini, sampai dimana dia merasa jantungnya ditarik secara paksa dan nafasnya yang mulai hilang timbul dengan tubuh yang mengejang hebat, samar samar dia mendengar seseorang meneriaki namanya, dan terakhir sebelum ia menutup matanya ia sempat merasakan ada yang menangis sambil memeluk dirinya, setelah itu pandangannya menggelap.

......

Suara sirine ambulan membelah jalanan, Renja yang berada di dalamnya hanya dapat menangis sambil menggenggam erat tangan saudaranya.

Dia terkejut saat mendapati tubuh saudaranya yang tergeletak tak sadarkan diri dilantai tadi.

"Bisakah lebih cepat! Detak jantungnya melemah!" Ucap tenaga medis.

Renja yang mendengar itu semakin mengeratkan genggamannya.

......

Louis terus mondar mandir di depan ruang UGD, dia sama sekali tak tenang, dia sudah berusaha mengabari keluarga Hanan, tapi tak satupun dari mereka yang mengangkat panggilan darinya,
Sampai akhirnya dokter yang menangani Hanan keluar

Empat Sudut[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang