0.8

915 91 0
                                    

Saat ini Hanan berada di dalam mobil bersama seseorang yang sudah membuatnya kesal, dia terus menekuk wajahnya sambil menghadap kearah kaca memandangi jalanan.

Flashback on.

'halo Hanan! Nice to meet you...

Hanan mematung ditempat, dia heran kenapa orang menyeramkan didepannya bisa tau namanya, dia bahkan tak mengenal orang didepannya lalu bagaimana bisa orang ini mengenal dirinya.

"L..Lo siapa? Ngga usah Deket Deket gw, hush..hush.. pergi sana!" Usirnya pada orang tersebut, sedangkan yang diusir hanya menatap heran Hanan.

"Gw--

"Louis?"

Ucapan orang tersebut terpotong oleh Vano yang berada di belakangnya, membuat orang tersebut menoleh.

Sedangkan Hanan merasa lega saat melihat Vano berdiri bersama orang itu.

"Loh Van, gw kira siapa" ucap Louis, orang menyeramkan menurut Hanan

"Hanan kenapa Lui?" Tanya Vano pada Louis saat melihat Hanan berada di samping motor Vespa  dengan wajah ketakutan.

"Lah mana gw tau, orang gw Dateng dia malah ketakutan liat gw, berasa liat hantu aja" sahut Louis dengan gumaman di akhir kalimatnya.

Meski kalimat terakhir Louis adalah gumaman, tapi Vano sempat mendengarnya, dan itu sukses membuat vano terkekeh.

Tanpa berucap, Vano menyuruh Hanan menghampirinya dengan isyarat mata, sedangkan Hanan yang paham langsung menghampiri Vano yang masih berdiri bersama Louis.

"Lo kenal dia Van?" Tanya Hanan sambil melirik lirik orang yang berdiri di sampingnya.

"Masa Anan lupa, dia Lui si kurcaci cengeng" ucap vano.

Aaa... Hanan tau sekarang, jadi orang menyeramkan itu  saudara sepupu yang di maksud ayahnya tadi.

"Nama gw Louis ya Van, bukan Lui!"
Apa apaan itu, nama dia sudah keren Louis dan manusia kelebihan otot itu malah memanggilnya Lui, kurcaci cengeng pula.
Hey! Dia sekarang sudah jadi lelaki sejati yang gagah, bukan kurcaci lagi.

Vano tak mengindahkan protes dari sepupunya, dia lebih memilih menarik tangan Hanan untuk mengajaknya duduk di bangku pos penjaga.

"Eh! Lo ngapain! Bangun bangun!" Panik Hanan saat melihat Vano yang berlutut di depannya.

"CK! Ngga usah ge'er, gw cuman mau pakein Lo sepatu" sahut Vano tanpa mengalihkan pandangannya dari kaki Hanan, sedangkan Hanan yang mendengarnya hanya memasang wajah cengo nya.

"Siapa yang ge'er, gw cuman panik aja Lo tiba tiba berlutut gitu, kan gw jadi-- eh! Sejak kapan gw ngga pake sepatu?"
Ucapan Hanan membuat vano menghentikan kegiatan mengikat tali sepatu Hanan.

Vano mendongak, melihat wajah manis kembarannya dari bawah dan tersenyum lembut.
"Lo mikirin apa sih sampe lupa pake sepatu, coba bagi semuanya sama gw. inget, gw masih kembaran Lo nan"

"Banyak hal yang gw pikirin Van.
Saking banyaknya gw sampe ngga tau mau cerita apa sama Lo" sahut Hanan sambil memandangi langit biru.

"It's okay, gw tau rasanya" ucap Vano sambil mengusap rambut Hanan pelan dan jangan lupakan senyuman lembutnya yang membuat matanya ikut tersenyum.

"Oh iya!-

-ini, dari bunda tadi, katanya special untuk Hanan, kali ini dari bunda langsung" ucap Vano sambil menyodorkan kotak bekal yang dititipkan bunda tadi.

Empat Sudut[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang