1.2

1.5K 130 8
                                    


Sudah tiga hari Hanan dirawat dan masih belum tau kapan dia bisa pulang.
Sedangkan Javan, dia sudah pulang lebih dulu kemarin, padahal mereka masuk rumah sakit dihari yang sama, tapi kenapa Javan sudah diperbolehkan pulang, bukankah itu tidak adil.

"Pagi bunda Jes, pagi Rasi" ucap suster Ryu sambil membawa nampan berisi sarapan milik Hanan.

Ya, semenjak suster Ryu mendampingin dokter memeriksa Hanan hari itu, suster Ryu jadi semakin dekat dengan Hanan dan bunda, bahkan bunda sendiri yang menyuruh suster Ryu memanggilnya 'bunda', katanya biar bunda ngerasain punya anak perempuan, suster Ryu sendiri oke oke saja, toh dia juga beruntung jadi bisa lebih dekat dengan Hanan, pemuda manis nan menggemaskan kalau kata Ryu mah, itung itung pendekatan sama crush, bahkan Hanan menyuruh Ryu untuk memanggilnya dengan sebutan Rasi. Iya, nama tengah Hanan.

"Kak Ryu!" Teriak Hanan saat melihat suster Ryu memasuki ruang rawatnya.

"Astaga Hanan, ngga usah teriak nak" ucap bunda pada Hanan.

"Tau nih, nanti kalo tenggorokan nya sakit lagi terus makin lama di rawatnya gimana?" Ucap suster Ryu dengan sedikit menjahili Hanan.

"Ngga akan, kalo aku sampe ditahan lebih lama disini, aku bakal robohin gedungnya" ucap Hanan dengan wajah sombongnya.

Bunda dan suster Ryu yang mendengar ucapan Hanan hanya bisa tertawa geli melihat wajah sombong anak itu.

"Ya sudah, seperti biasa, karna suster Ryu sudah datang, jadi bunda pamit pulang dulu ya, nanti siang bunda kesini lagi bersama saudaramu" ucap bunda pada Hanan.

"Okay bunda, bunda hati hati di jalan ya, bilangin sama pak Yuda jangan ngebut bawa mobilnya" ucap Hanan

"Iya sayang, makasih udah ngingetin, bunda pamit ya, kamu baik baik disini, jangan nakal" ucap bunda sambil mengecup dahi Hanan, sedangkan Hanan yang mendapat nasihat dari bundanya hanya dapat memanyunkan bibirnya.
"Ryu, bunda titip Hanan ya, kalo ada apa apa tolong langsung telpon bunda " lanjutnya pada suster Ryu.

Setelah tubuh bunda menghilang di balik pintu, suster Ryu mulai melakukan tugasnya seperti biasa, dari mulai memeriksa infus, hingga saturasi Oksigen yang Hanan pakai di hidungnya.
Semalam pernafasan Hanan kembali menurun, anak itu mengeluh sesak saat tidur, padahal kemarin pagi dia merasa sudah lebih baik, dan ternyata itu efek dari alerginya yang masih timbul, jadilah sekarang nasal cannula itu bertengger apik di hidung kecilnya.

"Okay selelsai! Jadi, hari ini Rasi mau makan sarapannya di mana?" Tanya suster Ryu saat selesai melakukan tugasnya.

"Mmm.... Di taman aja deh kak, sekalian main sama sakuya, aku kangen dia soalnya, tapi ini boleh di lepas kan kak?" ucap Hanan pada suster Ryu.

"Iya boleh, tapi nanti pas mau tidur pakai lagi ya, takutnya kamu sesak nafas kaya semalem lagi" ucap suster Ryu.

" Ya udah, sebentar ya, Kaka ambil kursi roda dulu biar gampang" lanjutnya sambil berjalan mengambil kursi roda di pojok ruangan.

"Ayok sini Kaka bantu" ucap suster Ryu sambil membantu memegangi tiang infus milik Hanan.

"Oh iya, kakak jangan lupa roti buat sakuya, itu ada di dalam laci" ucap Hanan, dia lupa jika anak kecil yang sering dia temui itu maniak roti.
Suster Ryu yang mendengarnya pun segera mengambil roti di dalam laci.

Saat sudah menyerahkan roti serta nampan makanan ke Hanan, mereka keluar meninggalkan ruangan yang pengap itu untuk menghirup udara segar di sekitar taman.

Saat sampai di taman, Hanan mengedarkan pandangannya mencari sosok kecil yang biasanya bermain bersama suster pribadi anak itu.
Tapi kenapa hari ini teman kecilnya tidak kelihatan.

Empat Sudut[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang