0.5

1K 106 3
                                    

Mau ngulang waktu berapa kali pun ngga akan ngaruh kalo itu udah jadi takdirnya.
-Renjana Sabit Pratama-
______________________________________
•••••

Semua manusia sudah memiliki takdir yang sudah di tentukan.
Jika seandainya kalian bisa memilih takdir kalian masing masing,apa yang akan terjadi?

Tapi itu hanya kata 'seandainya'.
Kita memang tidak bisa memilih, yang kita lakukan hanya berusaha merubah takdir kita menjadi lebih baik. Kalau pun gagal, setidaknya kita sudah berusaha.

Seperti sekarang. Javan sedang berada di rumah sakit untuk menjalani cuci darah rutin yang biasa ia lakukan, dia tidak pernah absen untuk melakukannya, selain karna orangtuanya yang meminta, dia sendiri pun juga mau sembuh, karna kalau dia sembuh, orangtuanya bisa berlaku adil pada semua saudaranya kan?.

Tapi, suatu perjuangan pasti ada masanya dimana kita merasa lelah dan ragu yang dapat membuat kita berubah fikiran.

"Bang..." Ucap Javan menggantung dan hanya mendapatkan deheman kecil dari Renja.

"Kalo misalkan gw nyerah dan berhenti sampe sini aja, menurut Lo gimana?"

"...."

Tidak ada jawaban dari Renja, anak itu memilih diam sampai akhirnya nama Javan dipanggil oleh suster Giska untuk masuk keruangan dokter Dean dan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu sebelum melakukan cuci darah.

"Nama Lo udah di panggil, mending sekarang kita masuk" ucap Renja memberitahu guna mengalihkan pembicaraan untuk sementara, dia tidak suka adiknya bicara seperti itu.

setelah melakukan pemeriksaan dan cuci darah, Javan terpaksa harus menginap dirumah sakit guna menjalani pemeriksaan lanjutan, dokter Dean berpesan pada Renja untuk mengabari kedua orang tuanya, dia harus memberitahukan sesuatu yang cukup penting.

Sedangkan di rumah hanya ada Vano dan Hanan, mereka memutuskan pulang sebelum pergi ke rumah sakit dan bergantian jaga dengan Renja.

"Eh... Ini teh handpon Saha? Kenapa bisa ada di kulkas atuh?" Suara bi sum membuat vano yang sedang mengambil minum terhenti, saat ia berbalik dia melihat bi sum tengah memegang handphone yang dia kenal siapa pemiliknya.

"Itu punya Hanan" ucap Vano pada bi sum, tapi dia bingung kenapa anak itu meletakkan handphone nya di dalam kulkas.
Namun saat tangannya ingin menyentuh handphone itu,tangan Hanan lebih dulu merebut handphon yang diduga miliknya.

"Handphone gw! Akhirnya ketemu juga, makasih Bi" ujar Hanan, dia sudah mencari cari dari tadi, tapi tidak ketemu di kamarnya, bahkan sekarang kondisi kamarnya sudah seperti kapal pecah.

"Kenapa di kulkas nan?" Tanya Vano, namun tidak dapat jawaban melainkan tatapan bingung

"Maksudnya?" Jawab Hanan tidak mengerti maksud ucapan Vano.

"Handphone Lo, Kenapa ada di kulkas?"
Tanyanya lagi dengan lebih jelas.

"Oohhh... Ituu.... Gw lupa, kayaknya. udah ah, gw mau buru buru!" Jawaban Hanan membuat vano mengernyitkan dahinya, ia berfikir bagaimana bisa seorang Hanan lupa menaruh handphone nya, bukankah handphone itu sangat penting baginya.

"Udah ya, gw pamit dulu, Lo nanti duluan aja ke rumah sakit, gw nyusul agak maleman" ujar Hanan membuyarkan pertanyaan pertanyaan yang ada di kepala Vano

Empat Sudut[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang