"Aku ke toilet dulu!" Ia berdiri dan berlari meninggalkanku.
"Eh,,, Mnnn,,, iyah!" Ujarku dengan getaran suara.
Fuhhh! Apa yang terjadi padaku. Ucapku sembari memajukan posisi tubuhku dan menekuk kedua tanganku dimeja. Sejenak aku menutup wajahku dengan kedua lenganku yang tertelungkup. Tanpa sadar, aku menekan tombol Keyboard. Lalu, layar komputer berubah menjadi sebuah foto yang mengejutkanku.
Aku melihat beberapa foto di dalam folder. Kusentuh mouse dan mulai menggerakkannya. Ternyata, itu foto-fotoku yang diambilnya kemarin. Beberapa diantaranya disaat aku membusungkan buah dadaku, menungging seksi. Kulihat secara detail gambar-gambar diriku itu. Aku laksana seorang model majalah yang sedang naik daun. Apalagi aktingku sangat natural. Seperti kata Doni kemarin, aku cukup natural juga tak berpose. Lalu betapa terkejutnya aku ketika aku berhujan-hujan. Waktu itu, aku membuka bajuku dan terlihatlah sportbra milikku. Sportbra sebenarnya bukanlah pakaian dalam saja—diluar negeri biasanya cewek berolahraga hanya menggunakan sportbra saja. Doni mengambil gambar ketika aku membuka bajuku, dan gambar selanjutnya aku mengibaskan rambutku, lalu berputar-putar seakan air hujan sedang menari denganku. Cukup lama aku memperhatikan foto-fotoku, lalu lamunanku tersentak.
"Mira!" Entah kapan Doni sudah berada di sampingku. Wajahnya memerah padam entah karena apa. Lalu, ia berkata. "Maaf, aku memotretmu diam-diam. Kamu bisa hapus foto-foto itu. Terutama ketika kamu hujan-hujan itu."
Aku keheranan dengan tingkahnya. "Lho, jangan dihapus. Foto bagus seperti ini. Sayang sekali kalau dihapus. Bisakah dikirim lagi ke smartphoneku."
"Eh kok, kamu nggak,,, mmnnnn,,, marah." Kini Doni yang kelihatan heran padaku.
"Ya enggaklah. Kamu berbakat banget jadi fotografer, belajar dimana? Lihat tuh, foto-fotoku natural banget. Aku cantik nggak?" Aku masih terkagum dengan foto diriku sendiri.
"Cantik Mir," ucap Doni yang kini tersenyum padaku.
Aduh! Apa yang kukatakan. Aku semakin salah tinggah dengan keadaan ini. Aku masih perlu belajar dalam menjalin hubungan. Selain Rosa, Agnes dan kawan-kawan cewekku yang lain, hanya Doni yang mengatakan aku cantik. Aku jadi terpaku dan kualihkan pandanganku ke layar Smartphone.
Lalu aku mengalihkan pembicaraan. "Eh, terusin nanti aja ngetiknya!" Ujarku sembari melirik waktu yang menunjukan pukul setengah sepuluh pagi.
"Eh, terus." Doni keheranan dan wajahnya masih memerah padam.
"Berenang dulu yuk, nanti siang panas." Ajakku. Entah apa yang kupikirkan, aku seperti lebih bersemangat dalam menggerakan tubuhku.
"Ta—tapi." Doni terdiam.
"Ayook donk, pleeasssee!" Rayuku sembari menangkupkan kedua tanganku.
"Mnnn,, tapi nanti lanjut lagi ya?" Cetus Doni dengan syarat kita akan melanjutkan ngetiknya nanti.
"Siaappp!" Kakiku terlalu cepat berlari keluar ketika kulihat Doni masih berdiri terdiam di tempatnya. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun aku tak peduli, tubuhku perlu berolahraga karena entah kenapa aku bersemangat seperti ini. Bahkan, rasa yang kurasakan saat ini lebih meriah ketimbang disaat tim memenangkan kejuaran propinsi dan kebetulan aku terpilih menjadi MVP di turnamen Piala Gubernur saat itu.
Kedua kakiku dengan cepat dan cekatan mulai menuruni tangga. Aku tak berpikir lagi, ketika aku membuka pintu kaca itu dan mulai menanggalkan pakaianku. Tubuhku sudah sangat panas ketika aku membuka celana jeansku dan kaus putihku. Sekarang aku melompat ke air bagaikan seorang atlit renang profesional.
Sudah cukup lama aku berputar, lalu aku melompat keluar untuk sekedar beristirahat di bibir kolam. Lalu lagi-lagi Doni mengejutkanku. "Mira!" Ucapnya.
"Eh, kaget aku. Kenapa?" Doni datang dengan membawa selembar handuk dan beberapa lembar pakaian.
"Kenapa kamu langsung nyebur! Ini pakaian renangnya." Doni sepertinya enggan untuk menatap diriku. Ia mengalihkan pandannya ke arah lain.
Saat itulah aku baru sadar bahwa aku mengenakan BeHa merah berenda dan celana dalam dengan bagian belakang sejari. "Aduhhh,,," aku malu setengah mati karena secara harfiah Doni sudah melihat isi tubuhku. Apalagi bagian buah dadaku yang menyembul keluar setengahnya. Ya, Bra seksi itu seakan hanya menyembunyikan puting susuku dan bagian bawah buah dadaku saja. Selain itu terekspor sempurna. Aku benar-benar lupa, karen biasanya aku mengenakan sportbra dan celana spandek baru celana dalam. Kini badanku yang tinggi dan seksi terlihat sangat terbuka.
"Aku tidak tahu dimana Melly menyimpan baju renangnya, lagipula pasti nggak akan muat di kamu. Jadi pakailah ini!" Perintahnya sembari menjulurkan kaus putih polos dan celana spandek hitam yang sepertinya kekecilan untukku.
Aku melangkah keluar kolam dan menyahut pakaian itu. Dengan wajah memerah malu aku memakainya. Kini, moodku sudah hancur karena diriku sendiri. Apalagi, Doni memarahiku karena langsung nyebur tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Benarkan, kaus itu terlalu kecil dan terkesan ketat untukku. Buah dadaku tercetak jelas dengan Bra yang sudah basah. Lalu kupakai bagian celananya yang hanya sebatas paha bagian atas. Kakiku yang jenjang dan putih terlihat sempurna.
Aku kembali duduk di bibir kolam dengan kaki terendam di bagian bawah. Lalu dari belakangku, Doni melempar bola Voli ketengah kolam. Ia lalu melepas baju dan melompat ke air tanpa melepas celana pendeknya. Doni sepertinya ingin menghiburku, namun moodku sudah hancur karena kecerobohanku.
"Eh, kamu tahu olahraga polo air?" Tanya Doni yang memegang bola di atas air dan seperti ingin melemparkannya ke arahku.
Aku masih merenung dan terdiam melihat Doni yang sepertinya tahu apa yang ada dipikiranku. Ia lalu meletakam bola Voli itu di atas air, bola itu bergerak kesana kemari mengikuti riak air kolam yang bergelombang. "Kamu kenapa Mir?" Tanyanya. Aku hanya terdiam membisu. "Mir,,," tambah Doni yang mendekatkan wajahnya tepat di lututku. Mungkin jika aku meregangkan kaki, wajahnya akan tepat di selangkanganku.
"Hmn,,, maaf Don, aku salah tadi. Aku seharusnya pakai baju renang. Bukan pakai baju dalam saja. Aku lupa kalau—," Perkataanku terhenti karena Doni menyela.
"Oh, itu. Kamu kira aku sudah lihat bagian dalammu, terus kamu kecewa." Sela Doni. "Gini aja, kalau mungkin kamu kira aku sudah lihat tubuhmu, sekarang kamu yang lihat tubuhku, jadi impasan kita."
Doni menurunkan tangannya dan sepertinya ingin membuka celana pendeknya. Jadi apa yang harus kulakukan.
"Gila kau Don, ngapain aku lihat punyamu!" Aku kembali bersuara.
"Nah, itu makanya. Ayo donk! Semangat kayak tadi." Ajaknya yang mulai berenang ke tengah. "Kamu tahu olah raga polo air."
"Tahu, tapi nggak bisalah disini. Kolamnya terlalu dangkal. Lagipula itu bola Voli, polo air bolanya lebih ringan." Ucapku karena Polo air adalah olahraga yang memperagakan gaya berenang dan melompat dari dalam air sambil memainkan bola.
"Oh, jadi olahraga apa yang cocok disini?" Doni kembali meletakan bola voli itu di permukaan air.
Aku rasa moodku telah kembali, sehingga aku melompat dari bibir kolam seraya mengatakan, "Bersiaplah, Gulat dalam air!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRAMAX
RomanceMira, gadis jangkung yang hobi bermain volly. Terlibat kisah cinta dengan seseorang siswa bernama Doni, siswa yang paling genius di sekolahnya. Namun tinggi badan Doni hanya 159cm, sedangkan Mira setinggi 189cm. Apakah selisih 30cm diantara mereka...