Chapter 3

3.3K 280 4
                                    

Setelah di opname (rawat sambil nginep) selama 4 hari, Rafael akhirnya diizinkan untuk pulang. Dia juga sedikit terkejut karena tidak bosan meski tanpa handphone selama 3 hari itu.

Mungkin karena David dan Clara yang terus bertengkar sehingga ruangan rumah sakit menjadi lebih hidup. Untungnya itu ruangan VIP, kalau tidak Rafael akan minta maaf ke pasien lainnya.

Setelah hari yang berisik itu, Rafael akhirnya bisa melihat tempat tinggalnya di dunia ini.

Dia sempat mengecek kalender dan TV namun tidak banyak perbedaan. Ini masih 20XX dan tanggalnya sekitar sebulan lebih dari kecelakaan itu.

Dia pernah mencoba menghubungi keluarganya melalui handphone kakak-kakak perawat yang menjaganya saat keluarganya tidak ada, namun nomor ponsel itu bahkan tidak terdaftar.

Dia juga mencoba menghubungi nomor handphonenya dan mendapatkan balasan dari suara asing yang membuatnya sedikit takut jadi langsung dia matikan.

Aneh sekali.

Rafael hanya penasaran apakah orangtuanya baik-baik saja, namun banyak hal yang harus diurus sekarang.

Misalnya rumah barunya.

Saat ini, Rafael dan keluarganya sedang mengendarai mobil. Mobil ini besar dan berwarna hitam mengkilap dan bagian kursinya sangat empuk.

Mereka membawa 2 mobil. Yang satunya untuk Rafael dan mommynya, sedangkan yang lain untuk daddy, David dan Clara.

Entah untuk apa pengaturan tempat duduk itu.

"Sayang, apa ada yang membuat anak mommy tidak nyaman? “

Suara mommy yang lembut mematahkan lamunan Rafael.

" Tidak mom, hanya... El bingung apakah El nanti akan masuk sekolah. Bagaimana jika El tidak bisa mengingat teman El? "

Ngomong-ngomong, nama panggilan kesayangannya dirumah ini adalah El.

Mendengar ucapan Rafael, mommy tersenyum lembut dan menjawab,

"Tidak apa-apa sayang, amnesia bukanlah sesuatu yang berada dalam kendali anak mommy. Tapi jika temanmu menyakiti hati anak mommy, jangan lupa bilang ke mommy, oke? Kalau hal itu masih dalam kendali mommy kok. " Jawab mommy sambil tersenyum

"Okey mom. "

Rafael sedikit tersentuh akan kata-kata mommy. Apalagi bagian terakhir. Mungkin karena usianya disini masih 14 tahun jadi keluarganya menganggapnya sebagai anak-anak.

Jika itu keluarganya yang lalu, mereka biasanya berharap dia bisa tumbuh dewasa lebih cepat sehingga yang curhat ke dia biasanya adalah orangtuanya dan bukan dia.

Setelah percakapan itu, dia diam lagi dan melihat keluar jendela.

Tidak menyadari kalau mommy sedang melihatnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

.
.
.

Setelah perjalanan yang lumayan panjang, Rafael akhirnya tau apa yang dimaksud dengan 'bunuh' lantai.

Saat ini, sejauh mata memandang, Rafael awalnya membayangkan lantai marmer ala keluarga horang khaya.

Namun saat ini, sejauh mata memandang, lantainya ditutupi karpet berbulu. Terutama bagian tangga.

"Kak El! Liat lantainya nggak keras lagi! "

Yap. Yang berteriak adalah Clara.

" Pecah gendang telingaku karna kau, Ra. " Balas David sambil membawa buku tebal dan mengenakan headphone di telinganya.

It's SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang