Ini cuman perkara 0.2°. . . .
Melihat angka itu, Rafael entah kenapa merasa bahwa saudaranya David terlalu protektif.
"Kak, ini cuman beda 0.2"
"Iya. Tapi tetep aja naik kan? "
Mendengar itu, Rafael pun belajar dari adik kecilnya Clara bahwa berdebat dengan David akan selalu berakhir dengan kekalahan jadi alangkah baiknya jika mereka diam saja.
Setelah perkara 0.2 derajat itu, Elisa lanjut memberikan desainnya. Yang sedikit terlalu. . . . Bersinar.
"Bukankah pita ini cantik? " Elisa bertanya pada mommy yang kebetulan datang.
"Sepertinya lebih bagus kalau pakai permata ini. " Balas mommy.
"Pakai ini saja, dia akan terlihat sangat anggun. "
Seperti kata pepatah, lepas dari terkadang harimau dan masuk ke mulut buaya.
Mungkin inilah yang dialami oleh Rafael saat ini. Rafael tidak menyangka bahwa selera mommynya akan mirip dengan Elisa, tapi mau bagaimana lagi. Setidaknya lebih baik daripada pita merah muda dan jaket kuning...
Saat Rafael sudah pasrah dengan gaun itu, saudara laki-lakinya, David tiba-tiba menginterupsi percakapan mommy dan Elisa.
"Mom, gimana kalau nanti jasnya warna hitam, dan dikaitkan bros permata rubi di bagian dada kanan? Terus bagian.... "
David melanjutkan penjelasannya dengan profesional sedangkan Rafael hanya bisa berdiri dengan kagum.
Dikehidupan sebelumnya, Rafael jarang menggunakan pakaian berwarna apalagi perhiasan. Dia selalu mengenakan kemeja hitam yang dia beli dengan dengan harga diskon karena memesan banyak disatu waktu. Mungkin yang berbeda hanya warna celana yang dia gunakan.
Bahkan menurut pendapat teman-temannya, dia sangat mudah ditemukan karena warna pakaiannya, tapi Rafael merasa bahwa pakaian hitam dikalangan laki-laki adalah hal yang lumrah.
Saat melamun sebentar, ternyata mereka bertiga telah menyelesaikan diskusinya mengenai pakaian Rafael. Karena ini acara resmi negara, maka akan lebih baik jika mengenakan batik. Namun mommy merasa mengenakan jas lebih baik.
Dan mereka berdebat lagi.
Setelah sekian menit berlalu, akhirnya pakaian Rafael akan dijadikan kombinasi kemeja putih dan semacam selendang? Apasih sebutannya. Rafael memang tidak begitu paham tentang fashion namun menurutnya pakaian ini tidak terlalu buruk meskipun mommy mencibir disamping bahwa itu terlalu kuno.
.
.
.Beberapa hari setelah pengukuran baju, Rafael berbaring di tempat tidurnya pada malam hari sambil memikirkan kejadian hari ini. Mungkin karena kebiasaan. Malam begini dikehidupan sebelumnya biasanya akan dimanfaatkan untuk belajar. Tapi yah, dia hanya mahasiswa biasa. Dan sekarang dia adalah tuan muda keluarga kaya.
Siapapun ingin istirahat, itulah yang dipikirkan Rafael saat belajar setiap malam. Dia ingat betapa iri dirinya ketika begadang sambil memikirkan bahwa ada banyak manusia yang sedang tidur nyenyak dan mimpi indah, atau sekedar bermalas-malasan diatas kasurnya.
Mungkin inilah yang biasanya disebut dengan keserakahan manusia? Rafael yang saat ini diam-diam rebahan diatas kasur empuk tiba-tiba merasa iri dengan dirinya dimasa lalu.
Di masa itu, setidaknya dia punya orangtua aslinya.
Apakah mereka merindukannya?
Apakah mereka makan dengan baik?
Apakah mereka sehat?
Rafael tidak tahu... Tapi ada satu hal yang pasti...
Rafael sangat merindukan mereka.
Saat memikirkan itu, Rafael merasakan hidungnya basah dan secara refleks menyekanya dengan punggung tangan kanannya.
Merah...
Rafael sedikit bingung. Meski cahaya kamar hanya menggunakan pencahayaan lampu tidur kecil, dia setidaknya tahu bahwa dia mungkin mimisan.
Setelah itu, mimisannya mulai mengalir banyak dan membuatnya duduk.
Kini Rafael juga menyadari bahwa pipi kirinya basah.
Mustahil. . .
Apakah aku menangis?
Pikir Rafael dalam hati.
Menangis sambil mimisan itu agak, yah mungkin bisa dipikirkan nanti. Saat ini Rafael sedikit cemas karena darah mimisan itu telah mengotori sedikit bagian selimutnya yang berwarna putih.
Melihat itu, Rafael bergegas ke kamar mandi.
Di wastafel, dia akhirnya melihat berapa berantakan wajahnya sambil mencuci tangannya dengan air mengalir.
Dicermin wastafel, seorang anak laki-laki kurus yang terlihat seperti anak yang baru masuk SMP menatapnya dengan air mata yang hanya mengalir di pipi kirinya serta mimisan yang tidak kunjung berhenti.
Jika perdarahan terus terjadi, dia bisa-bisa mengalami syok hipovolemik. Makadari itu, Rafael memutuskan untuk memanggil orang-orang terdekat. Tapi. . . Rumah ini agak,....
Yah, tidak akan tahu kalau belum dicoba. Lagipula, kita punya ponsel.
Sambil menutup hidungnya dengan tangan kiri, Rafael mencoba menelpon seseorang dengan tangan kanan. Mungkin karena ada juga gejala pusing dan mual yang tiba-tiba muncul, Rafael duduk di lantai alih-alih berdiri.
Orang yang dihubungi oleh Rafael adalah David. Suara ringing telfon membuat kepalanya semakin pusing tapi dia menahannya. Setidaknya lebih baik daripada mati karena perdarahan saat mimisan.
Bukankah lucu jika seseorang mati karena mimisan?
Rafael masih menunggu.
Sedetik terasa seperti satu menit.
Setelah sekian lama menunggu, suara mengantuk datang dari ujung telepon.
[Kenapa? ]
suara itu hanya mengeluarkan satu kata dan ada beberapa suara aneh juga mengikuti dibelakangnya.
Seperti suara gergaji tidak, mungkin suara blender? . Jika Rafael sedang dalam keadaan sadar, dia akan menyadari bahwa itu mirip dengan suara ketika dokter gigi sedang melakukan tindakan seperti bor pada gigi pasiennya.
Tapi Rafael tidak dalam keadaan untuk memikirkan apapun. Saat ini, entah kenapa kepalanya terasa nyeri.
"K. . Kak. . " Bahkan Rafael tidak percaya bahwa suara yang lirih dan lemah itu adalah suaranya. Setelah berbicara, barulah dia menyadari betapa serak suaranya.
Setelah Rafael berbicara, ujung telepon menjadi hening sampai-sampai Rafael curiga jika David sengaja mematikan telepon.
[Lagi dikamar kan? Jangan kemana-mana. Kakak akan kesana. ]
"ya.. "
Setelah itu, telepon terputus dan Rafael merasa bahwa kelopak matanya agak berat.
Mengantuk. . .
Pikir Rafael sebelum menutup matanya.
.
.
.
Disisi lain, David yang sedang memegang bor gigi ditangan kanan dan handphone ditangan kirinya sedang melihat ponselnya dengan wajah muram.Dibelakangnya, tiga bodyguard sedang berjaga dibelakangnya.
"Urus dia. Aku ada pekerjaan sebentar. "
"Baik, tuan muda. "
Setelah itu, David berjalan keluar dengan tergesa-gesa sambil melepas sarung tangan latexnya yang berlumuran darah.
Dia juga menghubungi beberapa nomor telepon diperjalanan.
Setelah sampai didepan pintu kamar tidur adiknya, dia membuka pintu perlahan.
Dan itu adalah pemandangan yang cukup untuk membuatnya naik darah.
Saat ini, David merasa bahwa bahkan jika dia mencabut lebih dari 20 gigi orang dewasa dia masih belum bisa tenang dan tidur nyenyak.
........
Note:Awokawokawok, mulai kelihatan psikopetnya hahahaha🦷🦷
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Silent
General FictionRafael, terbangun di tubuh asing dari seorang anak laki-laki biasa. Dan hari saat dia terbangun bertepatan dengan saat Rafael ini berusia 14 tahun dan masih seorang siswa SMP. Namun ada yang aneh dari keluarga ini. Ibunya yang cantik adalah pemil...