Setelah sekian lama, Rafael akhirnya ditinggalkan sendirian di kamarnya. Kamar yang terasa familiar namun juga asing.
Dia menyadari setelah beberapa hari ini, bahwa ingatan dari tubuh asli akan muncul sedikit demi sedikit melalui mimpinya.
Keluarga ini juga cukup aneh. Rafael mengamati balkon yang menunjukkan malam hari. Biasanya pada malam seperti ini dirumah lamanya, akan ada suara burung hantu atau kelelawar yang mencari rejeki, namun malam ini juga sepi.
Atau mungkin, rumah ini yang terlalu sepi?
Satu-satunya suara binatang yang pernah datang adalah gagal itupun hilang lagi setelahnya.
'Ini bukan dunia horor kan? ' pikir Rafael.
Rafael berdiri di balkon dan perhatiannya tertuju pada pohon anggur yang 'dia' tanam. Anehnya lagi, sejak dunia sebelumnya, Rafael memang pernah bermimpi untuk menumbuhkan pohon anggur dan buah-buahan lain di kebun kecilnya namun sibuk karena kuliah dan game.
Rafael memegang pokok anggur yang terlihat subur. Jika diperhatikan lebih dekat, ada buah anggur kecil berwarna hijau bersembunyi dibalik dedaunan.
"Imut." Rafael bergumam lembut dan menyodok anggur kecil itu dengan tangan pucat nya yang diterangi sinar bulan.
"Mungkin dunia ini tidak terlalu buruk. "
Keesokan harinya, Emma, seorang maid paruh baya datang kepadanya dan membawakan sarapan berupa teh pagi dan roti.
Awalnya dia berniat makan bersama, namun karena semalam begadang, dia ingin sarapan dikamar saja.
Emma membawa nampan dan meletakkan sarapannya di kasur Rafael.
'Jadi gini kalau orkay makan' pikir Rafael.
"Saya harap anda menikmati sarapannya, tuan muda. "
Ucap Emma sambil menunduk mungkin itu ucapan salam.
Rafael memulai dengan teh pagi. Rasanya manis namun meninggalkan rasa pekat yang agak pahit setelah ditelan.
"Teh ini... "
"Teh khusus dari perkebunan keluaga Adonara, tuanku. " Emma menjawab setelah jeda Rafael.
"Begitukah.. " Lanjut Rafael sambil meminum tehnya.
Selama sarapan, Emma mengawasinya. Namun dia juga terlihat agak gelisah.
"Apa ada yang ingin kamu sampaikan? "
Emma sedikit tersentak atas pertanyaan Rafael. Dia menggosok kedua tangannya dan memaksakan senyum.
"Tidak ada, tuan muda. " Balasnya sambil tersenyum lalu membereskan sisa makanan.
Rafael ingin membantu, namun kepalanya pusing saat dia mencoba bangkit dari tempat tidurnya jadi dia diam lagi.
Di dunia ini, dia sering tidak melakukan apa-apa namun entah kenapa dia mudah lelah. Dan bosan.
"Emma."
"Iya, tuan muda? "
"Dimana perpustakaan? "
"Di dekat taman bagian utara. Izinkan saya menemani anda. "
"Oke. Terimakasih. "
Setelah melewati taman yang sunyi senyap, bahkan suara lalat pun tak ada. Hanya suara gagak hitam yang kadang beterbangan diatap.
"Kak David dan Clara dimana? "
"Tuan muda David dan nyonya muda Clara sedang bersekolah. Nyonya telah mengatur izin anda dari sekolah. Anda bisa beristirahat selama seminggu. "
Jawab Emma dengan sigap.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Silent
General FictionRafael, terbangun di tubuh asing dari seorang anak laki-laki biasa. Dan hari saat dia terbangun bertepatan dengan saat Rafael ini berusia 14 tahun dan masih seorang siswa SMP. Namun ada yang aneh dari keluarga ini. Ibunya yang cantik adalah pemil...