viii. dunia kita sempit

299 34 2
                                    

juno baru saja kembali, sesudah sampai ia menemukan rumahnya sepi. kedua orangtuanya sedang pergi sebentar dan abang tama juga belum ada tanda-tanda akan pulang dalam waktu dekat.

kalau rumah kosong begini, juno juga lebih memilih untuk pergi keluar. ia sepertinya akan pergi ke salah satu minimarket untuk membeli stok cemilan malamnya.

dengan berbalut kaos nirwana serta celana training hitam miliknya ia melangkah keluar dari pintu rumah, mengunci pagar tinggi menjulang dan mulai mengendarai sepeda motornya.

ia mengambil beberapa snack, beberapa wafer, beberapa merk mie dan beberapa minuman berwarna untuk stock seminggu ke depan. dirasa cukup juno menuju ke kasir untuk membayarnya.

setelah selesai bertransaksi, kepala juno menoleh keluar, pandangnya terpusat pada salah satu kursi yang sedang di tempati oleh seseorang—samudra. juno tersenyum licik, ia pun berjalan mendekati pemuda yang sedang makan ramen di siang hari yang panas ini. menarik, pikirnya.

“ketemu lagi?” nada suara juno tidak seperti orang bertanya, melainkan meremehkan.

samudra yang lagi menikmati kuah ramen itu jadi tersedak, ia meraih botol air mineral dinginnya dan langsung meminumnya. matanya menggerling marah memandang juno yang baru saja duduk di sampingnya.

“nyebelin,” bisik samudra pelan, beruntung kuah ramen ini tidak terlalu pedas. “kenapa harus nyamperin?” lanjutnya kesal.

juno memandangnya dengan alis terangkat satu, samudra mengeluh, “kenapa harus duduk disini? padahal lo bisa langsung pulang.”

“oh jadi gue gak boleh duduk disini gitu ya?”

samudra berdecak malas, ia menghabiskan kuah ramen yang tersisa. juno masih diam disana, menunggu untuk samudra membalas ucapannya. ia mengamati pemuda disampingnya itu dengan tatapan tak bisa di artikan.

“kenapa gitu liatnya?!” sulut samudra, ia melihat pandangan juno kepadanya tadi.

“biasa aja kali,” balas juno pelan, lantas ia langsung mengalihkan pandangannya.

samudra sudah selesai makan dan minum, kini ia memandang juno heran, “gue duluan,” pamitnya. ia pun bangkit, tangan kirinya menenteng tas belanja, dan ia berpikir untuk cepat-cepat pergi dari minimarket itu.

“lo nyadar kan, untuk kedepannya kita gak mungkin gak ketemu, kak?”

pertanyaan juno tentu membuat samudra terdiam, ternyata juno sudah sadar kalau mereka satu fakultas.

samudra berbalik, memandang juno yang kini sudah berdiri, berjalan pelan menghampirinya. “mau lo apa sih, juno?” tanyanya, nadanya terdengar lelah.

“i want you, kak samudra.” bisik juno tepat di depan muka samudra.

samudra menyerengit, menatap tidak percaya adik tingkat di hadapannya ini. lagi ngelantur apa ya, pikirnya. “mau apa lagi sih??!” suaranya terdengar kesal, berusaha menahan gejolak amarah yang bisa saja meletus.

juno tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum tipis memandang wajah kesal kak samudra di depannya ini. setelahnya, ia berjalan menjauh, meninggalkan samudra dengan banyak pertanyaan.

────

sekarang samudra sedang ada duduk di teras depan rumahnya. ia belum mau masuk ke dalam rumah, masih ingin duduk disana untuk sementara.

pikirannya berkelana, memikirkan nasib hidupnya, terkadang ia masih gak percaya selama 3 tahun harus terikat sama juno. satu SMA sama juno, satu fakultas sama juno. belum lagi perubahan hidupnya yang drastis karena keluarga juno.

lelah dia tuh. juno ga bisa pergi dari kehidupan dia ya? pikirnya.

“kalau dia udah tau kita satu fakultas, itu berarti hidup gue bakal gak tenang lagi,” gumamnya, tapi setelahnya mendengus remeh, “sejak kapan hidup gue bisa tenang kalau ada juno.”

juno cakrawala, nama itu sudah melekat di pikirannya sejak insiden samudra jatuh karena terdorong oleh seorang siswa yang sedang ada masalah dengan si juno.

samudra ingat, setelahnya juno selalu mencari cara untuk membuatnya marah. bukan semacam perundungan, samudra tau jelas apa yang diinginkan juno, perhatian.

akan tetapi, kenapa juga juno mau perhatian dari seorang samudra?

samudra emang bisa apa? ia dulu hanya seorang murid yang hidupnya tentram damai sebelum direcoki oleh juno. samudra merasa ia tidak ada kemampuan atau sesuatu yang spesial.

“i want you, i want you,” gumamnya lagi, kemudian berdecih, “gue gak ada urusan sama lo sejak awal, juno.”

samudra masih betah melamun duduk di teras sampai suara notifikasi ponselnya berdering terus-menerus. ia merogoh saku celananya, langsung saja membuka notifikasi dari grup kelasnya.

perasaan gue kok gak enak, pasti ada tugas, batinnya.

samudra langsung membuka notifikasi grup yang sudah seratus lebih, ini sih beneran ada tugas pikirnya, dan menemukan satu bubble chat dari dosen.

“hah presentasi?!” samudra mengerang, sial sial. tenggat waktu dua minggu, kelompok cari sendiri, it's nightmare.

tapi setidaknya, ada hal yang bisa mendistrak pikirannya dari juno untuk dua minggu ke depan.




tbc.

a.n juno bilek: rusuhin kak samudra ampe ter-notice 😩

i kno last chapter is so lame, that's why aku mau berusaha lebih baik lagi di chapter ini.

anw, untuk dua bulan kedepan aku udh fokus sama jadwal ku jadiii kalau nanti tiba-tiba aku gak update atau agak lama update-nya, the main reason is kuliah :D

TAPI aku usahain update sesuai jadwal oke oke?

see you di next chapter, pals! <3

everything has changed ★ hwanbbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang