xi. nasib buruk

278 33 7
                                    

a.n seluruh chapter ini masih samudra pov ya.

────

setelah membuat kesepakatan, gantari dan samudra pun segera beranjak pergi dari sana untuk menuju destinasi mereka selanjutnya. samudra mengajak gantari untuk mampir ke makam juno, dan gantari setuju.

sambil berjalan, sepasang papa dan anak ini asyik mengobrol tanpa mengindahkan beberapa tatapan para karyawan yang bolak-balik melewati mereka, sesekali gantari dan samudra tersenyum ramah menyapa staff yang mereka berdua kenal.

attitude dan manner nomor satu.

pintu lift terbuka menampilkan lantai 1, lantai dimana mereka tadi datang. mereka berdua masih berjalan cuek menuju pintu keluar, tetapi samudra sudah tidak fokus 100% pada gantari, bola mata cokelat legamnya melihat seseorang— gak. gak mungkin.

matanya membola lucu, ekspresi terkejutnya bahkan tidak bisa hindari. ia melirik ke arah gantari dan ke arah sosok yang sekarang lagi ngobrol sama staff resepsionis di depan, haruskah dia pura-pura gak liat atau suruh papa jalan cepat ke mobil ya?

gantari yang merasakan ada yang gak beres dari samudra itu menepuk pundaknya, “kamu kenapa kak?” tanyanya membuat perhatian samudra kembali kepada gantari.

“a–aku.. aku mau cepet-cepet ketemu papi,” balasnya kaku, ia menelan ludahnya sendiri menatap ekspresi yang dibuat gantari.

gantari tersenyum— tapi samudra tidak pernah melihat papa nya tersenyum seperti ini. perasaannya jadi gak tenang kalau begini, apa dia menyinggung perasaan papa ya?

“mau cerita ya kak?” baik. pertanyaan itu gak pernah dipikir oleh samudra, ia gak pernah tau kalau gantari bakal nanya kayak gini. responnya sangat jauh dari ekspetasinya.

tapi samudra mengangguk saja, ia hanya ingin segera pergi dari kantor ini sebelum— juno melihatnya ada disini.

iya, juno. samudra sebingung itu sama juno. kayak, kok bisa gitu loh dia gak pernah jauh dari ruang lingkup hidup samudra? gak maksud geer, tapi dia ngerasa begini.

satu SMA, satu fakultas, dan sekarang kenapa coba juno bisa ada di kantor PAMANNYA? ini kantor keluarga gantari loh? ada urusan apa coba juno bisa nyasar kesini?

tapi sekarang bukan saatnya buat jadi detektif, untuk sekarang rencana dia adalah jangan sampai kelihatan juno. ia juga yakin, gantari gak mungkin senang kalau melihat juno— anak dari mantan pemimpinnya itu berkeliaran di kantor keluarga dia.

“habis ke makam, mau makan dulu ga kak?” tanya gantari, samudra mengangguk cepat.

mereka sekarang sedang berjalan melewati meja resepsionis, tepat bersamaan ketika juno bersiap untuk masuk ke dalam kantor. oke ini harusnya aman sih, juno ga mungkin sadar, pikir samudra.

“loh kak, kayaknya handphone papa ketinggalan deh,” sahut gantari tiba-tiba.

────

disinilah samudra sekarang, kembali masuk ke dalam lift untuk ke lantai 12, lagi. ia sudah memberi kunci mobil kepada sang papa dan menyuruhnya untuk menunggu di mobil aja.

setiap kali lift terangkat naik, semakin cepat juga ritme jantung samudra berdetak, ia takut harus berhadapan dengan juno sebelum di lantai 12.

ia positif yakin, juno gak mungkin masuk ke ruangan di lantai 12. juno bukan staff disini.

chill, dude. disana ga mungkin ada dia, kata batinnya.

ting!

seperti pada adegan film, ia merasa pintu lift terbuka secara perlahan. seketika lantai 12 menjadi horror baginya, padahal baru saja 10 menit yang lalu ia baru dari sini.

samudra kembali berjalan menuju ruang sang paman yang di ujung, mulutnya tak berhenti merapal doa supaya orang nomor 1 yang sudah ia hindari selama 5 hari ini gak muncul.

“mas samudra? ada yang bisa saya bantu lagi?” suara sekretaris itu mengagetkan samudra yang baru saja ingin membuka pintu ruang sang paman.

“oh, iya! saya mau ambil ponsel papa, tadi ketinggalan.”

alis sekretaris itu menyatu, kemudian membuka laci meja miliknya, mengeluarkan ponsel merk apel di gigit kepada samudra, “ini bukan mas ponselnya? tadi bos titip ini ke saya, beliau tidak sempat panggil kalian.”

mata samudra berbinar, ia mengangguk membenarkan, kemudian menerima ponsel milik gantari untuk dimasukkan ke dalam kantong, “terima kasih banyak ya.”

sekretaris itu tersenyum ramah, “sama-sama mas, masih ada yang bisa saya bantu lagi?”

samudra menggeleng, “gak ada, sekali lagi—”

suara pintu terbuka mengalihkan perhatian samudra, mata bulat cokelat legamnya kini menatap bola mata tajam yang sudah ia hindari 5 hari belakangan ini.

badan samudra mengejang, ia tidak sanggup melanjutkan kembali ucapannya, bibirnya menjadi kelu setelah melihat sosok juno berdiri di depannya.

juno menatapnya dengan alis terangkat satu, dari ekspresi wajahnya tidak ada rasa terkejut karena melihat samudra disini, melainkan menunggu samudra untuk berbicara.

“k–kok lo.. b–bisa k–kesini?” suara yang dikeluarkan kecil, hampir seperti cicitan, tapi juno menangkap ucapan itu dengan jelas.

juno mengangkat kedua bahunya, ia mendorong perlahan bahu samudra yang sudah menghalangi jalannya. tanpa berucap sepatah kata, juno pergi dari sana.

meninggalkan samudra dengan perasaan panik bercampur takut. ia kini menatap punggung tegap juno yang berjalan menuju lift, tanpa sadar bola matanya nanar, oh tidak. masa harus menangis disini sih cuma karena juno ada disini? omel batinnya.

“itu, rekan yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita, mas. beliau kesini untuk kirim beberapa berkas yang harus di tandatangani sama bos,” karena melihat raut shock yang terpampang jelas dari wajah samudra, sekretaris itu dengan mandiri menjelaskan kepadanya.

dan dengan informasi baru tersebut, ritme jantungnya kembali berdetak cepat, kali ini lebih cepat, membuat tubuhnya lemas. otaknya sedang berusaha menerima informasi ini dengan baik.

juno. kerja sama. itu berarti, samudra yakin beberapa bulan atau tahun ke depan, ia akan bertemu dengan juno.

sekarang ia sudah paham, kenapa rencana yang ia susun dengan rapi berjalan amat mulus— karena Tuhan sudah mempersiapkan kejutan ini untuknya.

papa. samudra langsung sadar, gimana reaksi sang papa ketika tau kalau perusahaan mereka dengan perusahan juno bakal kerja sama? oh dia yakin sang papa tidak akan senang dengan informasi ini.











a.n kasih semangat buat samudra :')

everything has changed ★ hwanbbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang