ii. selalu menghantui

418 47 0
                                    

setelah insiden tidak mengenakan itu, terpaksa samudra harus bolos kelas guna menemani juno ke bengkel terdekat. samudra benar-benar dongkol, kenapa dari sekian banyak orang, ia harus kembali dipertemukan oleh manusia berinisial juno.

di lubuk hati yang paling dalam, samudra benci, sangat benci dengan juno. menjadi anak pembina yayasan membuat samudra yakin bahwa pemberhentian sang papa ada campur tangan dari pemuda tersebut.

akan tetapi, sang papa selalu bilang tidak baik menuduh orang sembarangan. benar sih, samudra setuju sih tapi tetap saja, ada banyak alasan kenapa ia bisa membuat kesimpulan demikian.

saat ini, samudra sedang menunggu sang supir yang sedang berbicara dengan salah satu montir bersama dengan juno. ia tidak peduli, yang terpenting juno mau tanggung jawab itu sudah cukup.

“kak, udah gue bayar ya.” samudra menoleh ketika suara itu mendekat ke arahnya, juno mengambil posisi duduk di sampingnya. “walaupun harus double, tapi ya udah lah ya.”

samudra yang mendengar itu jadi mendesis, ucapan juno barusan itu terkesan tidak merasa bersalah sama sekali. membuatnya malas untuk berbasa-basi dengan adik kelasnya itu. “ya emang harus lo bayar.”

juno mengangguk, “sekarang kuliah dimana kak?”

“penting banget buat gue jawab?”

“terus itu gimana cara gue buat anter mobil lo?”

“gak perlu, supir gue nanti yang ambil.”

“supir lo setia juga ya. padahal bisa aja ya kan, pindah gitu.”

samudra memberikan ‘bombastic side eye’ kepada juno yang baru mengatakan hal itu dengan santai tanpa memikirkan posisi dirinya. memangnya sejak dulu juno peduli akan hal tersebut samudra? tidak.

“orang kepercayaan papa.” jawaban singkat samudra sudah cukup membuat juno bungkam. ia tidak berniat untuk bertanya lebih jauh.

“gue turut berduka cita ya, kak.”

“iya, makasih.”

hening. hawa keduanya nampak canggung.

“kenapa harus lo yang muncul sih?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir samudra.

“kita jodoh kak.”

“i hate you, juno.”

────

samudra kini sudah berada di jalan pulang, bersama dengan juno. ia, kalian tidak salah membaca. samudra diantar oleh juno pulang sebagai bentuk pertanggung jawaban katanya akibat mobilnya yang rusak di tabrak oleh pemuda itu. lagipula, samudra tidak habis pikir bagaimana bisa juno sudah diperbolehkan untuk mengendarai mobil sendiri?

jika ia ingin membawa masalah ini ke meja sidang, terdengar sia-sia. besar kemungkinan gugatannya itu tidak sampai.

“rumah lo masih sama yang dulu kak?”

samudra mengangguk, ia membenarkan posisi duduknya menjadi lebih tegak dari sebelumnya. “lo bisa turunin di depan komplek juga sih.”

“ga etis lah kak, gue anter sampe depan rumah.”

“terserah.”

hening. balasan ketus samudra pun sukses membungkam juno. ia kembali fokus menyetir, begitu juga dengan samudra yang kembali melamun menikmati pemandangan di luar mobil. menghitung berapa pohon yang mereka lewati, gabut sekali kamu samudra.

selang beberapa menit kemudian, mobil juno berhasil masuk ke area perumahan samudra. tanpa perlu diberi tau, juno sudah tau dimana letak rumah penumpangnya itu berada. mobil pun berhenti tepat di depan gerbang penthouse samudra, ia yang meminta juno untuk menurunkannya disini. samudra tidak ingin juno melihat masuk ke dalam rumahnya.

“di rumah ada papa lo gak kak?”

samudra melirik sinis juno, pertanyaan itu. juno sedang pura-pura lupa atau sengaja ingin membuka luka lama miliknya sih?

jadi, setelah pemberhentian paksa itu, gantari memilih untuk work from home. memang tidak mudah, apalagi gantari sudah menjadi single parent yang membuatnya harus bekerja lebih ekstra setelah kehilangan separuh dunianya. parahnya, juno tau itu semua. malah terdengar mustahil jika juno tidak mengetahui informasi ini. karena berita atas meninggalnya sang ayah, bahkan pergerakan gantari pernah diberitakan oleh media.

sadar akan lirikan sinis yang diberikan membuat juno menaikan satu alisnya bingung, ia tidak mengerti kenapa samudra tidak membalas pertanyaannya. “pertanyaan gue salah ya?” tanyanya, polos. sontak hal itu membuat darah samudra mendidih, ia menutup pintu mobil dengan sekuat tenaga membuat juno terkejut di tempatnya.

“lah beneran salah nanya ya?”

samudra, sepertinya juno sudah lupa akan masa lalu.












tbc.








a.n harusnya tanya, ”kak samudra nomornya berapa?” HAHAHA. try harder next time, juno.

everything has changed ★ hwanbbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang