cloudy

11 1 0
                                    

*(TW// FOR MATURE ONLY)
*(harap bijak dalam membaca)

Tidur dalam ranjang yang sama bukanlah hal yang baru bagi dua insan ini. Sedari kecil memang gemar bertukar bantal, tapi yang kali ini Vika merasa berbeda.

Kalau dulu, ketika tidur berhadap-hadapan seperti ini Vika akan menjahili Gauri dengan menusuk-nusuk hidung mancung laki-laki itu sehingga membuat hidung sang empu kembung kempis.

Tapi malam ini, Vika memilih diam menatap mata tertutup Gauri dibawah lampu tidur yang redup. Gauri yang damai -monolognya dalam hati. Mmm untuk sekarang saking canggungnya, rasanya deruan nafas nya pun tidak ingin terdengar oleh Gauri.

"Tidur, atau gua colok mata lu" ucap laki-laki damai itu dengan mata yang tertutup.

Telinga Vika tiba-tiba mendadak mendengung, ia menelan saliva nya sendiri setelah mendengar pernyataan Gauri barusan.

Tapi lagi-lagi Vika memilih tidak menjawabnya, ia memilih setia menatap wajah polos laki-laki itu beberapa detik.

Dengan mata yang masih tertutup, "Oh atau mata lo emang pengen gua colok ya" sambung Gauri.

Dalam hati, Vika ingin sekali rasanya menendang pria ini, namun pesona Gauri dengan wajah damai seperti ini membuat Vika betah memandangnya. Sehingga ia menyadari sesuatu,

Gila, gua gak akan bisa tidur ini mah.

Kayaknya iya, gue harus nambah rules lagi.

Larangan gue gak boleh jatuh cinta sama lo, Gauri.

Kalo natap orang, terus jantung langsung senam tuh artinya kita lagi naksir seseorang kan?

Jeevika, jangankan bertemu tatap, mengingat namanya saja hati ini akan mudah berdebar.

Begitulah jatuh cinta.

Kita harus selamanya menjadi teman, Ga.

Jika kuasa, Vika ingin selalu bisa mengendalikan perasaannya.

"Gimana kencan sama Maddie, seru ya?" tiba-tiba saja pertanyaan itu mengudara dari rongga mulut Vika.

Pertanyaan Vika barusan membuat Gauri membuka kedua matanya, dan membalas tatapan Vika.

"Gimana keadaan lo sekarang, apa lo gak ngerasa sesak lagi?" alih-alih menjawab pertanyaan Vika, Gauri memilih melontarkan pertanyaan balik.

"Ckck, seperti biasa kan kalo udah diurus lo gue selalu baik-baik aja"

Gauri tersenyum meledek, "Berarti hidup lu ada di tangan gue bukan ditangan Tuhan"

Vika mencubit perut Gauri.

"Omongan lo ya, kayak bukan omongan anaknya tante Meli!"

Gauri tertawa seraya meringis mengusap perut bekas cubitan Vika. Kemudian ia menelentangkan badannya menghadap langit-langit kamar Vika.

Ruangan Vika bernuansa biru dan putih, membuat siapapun masuk ke dalam kamarnya selalu merasa dimanjakan oleh hiasan kamar tersebut.

Lama Gauri menatapnya, "Gue selalu mau nanya ini, tapi gue selalu lupa" ucap Gauri.

"Kenapa lo milih gambar-gambar awan disana?" tunjuknya pada langit-langit kamar.

Vika mengekori tatapan Gauri, ia ikut menelentangkan badannya.

Cukup lama Vika tidak bergeming, sehingga "Gue hanya suka awan" jawabnya.

"Awan kan susah dipegang"

"Gue tau"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Should (i) FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang