cendol

14 1 2
                                    

"Kayaknya mau ujan ya Ga?" tanya Maddie di atas motor.

Kini Gauri sedang membonceng Maddie. Selepas mengantar Vika ia segera bergegas mengantarkan Maddie pulang. Seketika batinnya teringat perkataan Vika tadi.

Tepat pukul 18.12 WIB akhirnya Gauri menepikan motornya, ia pun menyuruh Maddie turun. Rupanya ia merogoh sesuatu di bagasi si Kiming- sang Scoopy, sampai akhirnya yang ia cari ketemu.

Jaket abu-abu yang terlihat usang.

"Sorry ya, mungkin ini agak bau apek. Tapi lumayan daripada lo kedinginan" ucap Gauri menyodorkan jaket abu-abu tersebut.

Diterima oleh Maddie seraya memakainya.

Keduanya kembali berkemudi.

Padahal gue liat tadi lu pakein Vika jaket yang lagi lo pake sekarang Gauri. Kenapa lo nggak memperlakukan gue gitu juga? - batin Maddie.

Sayang, ucapan tersebut hanya tersampaikan untuk dirinya sendiri. Tapi tidak akan Maddie lewatkan moment berduaan ini dengan Gauri.

Kedua tangannya menyelinap ke saku jaket laki-laki itu. Gauri yang sadar menautkan kedua alisnya.

"Med?"

"Gue dingin Ga"

Gauri merasa tidak terganggu, ia kembali fokus kedepan melihat jalanan. Toh Vika saja sering melakukan itu jika kedinginan.

Sesampainya di kediaman Maddie, Maddie mengajak Gauri untuk singgah walau sebentar. Namun Gauri tetap menolak dan memilih menurunkan Maddie di depan gerbang rumahnya.

"Gue takut ujan terus gabisa pulang Med, lain kali aja ya" pinta Gauri.

Maddie mengerucutkan bibirnya kecewa. "Berarti ada antar jemput lagi dong ya?" tanyanya tiba-tiba.

Gauri mengedikan bahunya "Kalo lu mau"

"Gue mah mau terusss, eh iya besok kan weekend lo free nggak?" tanya nya antusias.

"Kayaknya free" balas Gauri.

"Mau main ga? Tenang ngopi doang kok"

Gauri tampak berfikir "Jam berapa?"

Artinya Gauri menyetujuinya, gurat bahagia sangat jelas di kedua pipi Maddie.

"Sore aja gimana?" pinta Maddie.

Dibalas anggukan oleh Gauri.

"Gua cabut dulu takut ujan, lo masuk aja"

Maddie menggeleng.

"Nggak, gue mau liat lo pergi sampe lo gak keliatan"

Tak lama Gauri memarkirkan si Kiming dengan mudah lalu membelah jalanan komplek ini.

Setelah Gauri benar-benar tidak kelihatan, Maddie berjalan menuju tempat sampah di pinggir gerbang rumahnya. Ia mengeluarkan satu kresek hitam dari tasnya, opor.

"Sorry gue gak mau makan makanan yang ada campur tangan lo, Vik." tangannya melemparkan bungkusan itu tepat pada tong sampah.

.
.
.

"Libur begini enaknya nonton series gak sih, gua pengen maraton sampe mata gue meler" ujar perempuan yang sedang memindahkan rekomendasi an film di aplikasi merah tersebut.

Netflix.

Sudah 20 menit berlalu Vika belum menemukan film mana dan film seperti apa yang akan ia tonton.

Suara bel rumahnya tiba-tiba berbunyi, bude Lasih tidak menyaut pasti beliau sedang menyuci baju di belakang.

"Se pagi ini? Yang bener aja elah"

Vika terpaksa beranjak dari tempat super nyamannya.

"Pagi" sapa laki-laki yang tak ia sangka kehadirannya.

Vika terperanjat setelah membukakan pintu, sosok tinggi yang tidak jauh tinggi dari Gauri mendatangi kediamannya.

"Jagat! Ngapain lu disini?"

"Se pagi ini??"

Jagat mengurut pangkal hidungnya sambil mengangkat satu kantung kresek hitam. "Bawain lo ini, inget janji gue pas nganterin lo pulang kemaren ga?"

Vika kembali mengingat apa yang di maksud laki-laki itu. Iya, Jagat memiliki hutang kepadanya. Kemarin dia mengajak Vika untuk jajan es cendol, tapi uang jajannya hilang membuat Vika yang membayar keduanya.

"Gue gantinya sekarang, nih di makan. Bukan dari tukang dagang kemaren sih cuman sama aja dalemannya cendol" Jagat menyodorkan dua bungkus kresek hitam.

Padahal Vika tidak mempermasalahkannya.

"Gue ga expect lu se niat ini sih, tibang es cendol doang harus lu ganti" ujar Vika.

"Jadi masih pagi gini gue harus mam es gitu ya" lanjut Vika.

"Ya kagak juga, gue sengaja nganterin jam segini karena bingung weekend mau kemana. Yaudah beliin lu es cendol" balas Jagat.

Vika menyambar keresek tersebut, "Ini dua kresek segala, satu aja cukup kali. Satunya lagi buat lo aja nih"

Jagat menolaknya, "Habisin aja sama lu"

Vika memutar otak karena satu aja sudah sangat cukup untuknya.

"Simpen di kulkas aja apaya, lo mau ga nemenin gue nonton film dulu. Gimana?" tawar Vika.

Itu maksud terselubung Jagat, dengan senang hati Jagat mengangguk.

Keduanya kini asyik menonton film di ruang tengah tempat biasa Gauri dan Vika menghabiskan waktu dulu.

Lama mencari rekomendasi an film ternyata pilihan mereka berujung menonton Uttaran - film India.

"Lumayan udah jam 11 siang, udah boleh minum es cendol nih" ujar Vika.

"Gua ambilin dulu ya Ja" lanjut Vika.

Jagat mengangguk.

Tidak lama, 5 menit kemudian Vika berjalan meneteng dua gelas cantik berisi cendol.

Jagat meraihnya pelan, "Tiati lu, kenapa ga minta tolong gue aja buat bawain"

"Ini bukan kediaman keluarga Sabiru yang berasal dari darah biru itu ya" timpal Vika. Ucapannya membuat Jagat terkekeh.

Jagat menegak cendol tersebut lalu perhatiannya teralihkan oleh wadah sang cendol. Ia meneliti gelas cantik yang di ukir sedemikian rupa oleh si pengukir jenius.

"Ini pasti mahal ya Icha?" tanya Jagat pada gelas tersebut.

Tawa Vika menggelegar seisi ruang tengah.

"Itu dialog Tapasya paling viral HAHAHAHAHA"

Keduanya tertawa lepas sampai-sampai tidak menyadari kehadiran laki-laki di belakang yang dari tadi memperhatikan keduanya.

Itu Gauri Dewangga Saskara.

------------------------------------------------------------

Tante Lily

Tante, sekarang Vika selain deket sama aku deket sama Jagat juga. Temen waktu kelas 10, masih Jagat yang itu.

Vika senyumnya lebar banget, saking udah lamanya, Gauri hampir lupa senyum bahagia Vika seperti apa. Kalau aja Jagat nggak bersama nya mungkin aku sedikit lupa kapan Vika tersenyum sebahagia ini.

Ahh 2 tahun yang lalu kayaknya? Waktu Vika ngetawain baju beruang aku.

Aku juga punya temen baru, kata Vika mah si cantik Maddie. Iya memang cantik banget orangnya. Kalo gak Vika kenalin, mungkin Gauri gak akan punya temen lagi. Makasih ya anaknya tante Lily.

------------------------------------------------------------

To be continue

Should (i) FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang