CHAPTER 1 : TEROR TAK TERLIHAT

98 29 8
                                    

            Di balik meja duduklah seorang laki-laki yang sedang membaca buku entah dari abad berapa. Dilihat dari sampulnya, jelas buku itu sudah tua sekali. Rupanya yang elok terlihat tidak senang karena sudah berjam-jam ini dia tidak menemukan apa pun dalam buku tersebut. Justru ocehan adik perempuannya tiba-tiba mengalihkan laki-laki itu dari bukunya.

            Dia menyunggingkan senyum yang memesona, biarpun dalam hati tidak senang pada gangguan itu. Begitulah Elijah, selalu menunjukkan sikap baik pada anggota keluarga. Merentangkan tangan, tanpa memedulikan kejengkelan adik perempuannya, dia memeluk wanita itu.

            “Kesayanganku Rebecca. Kemunculanmu selalu seperti badai huh.” Diciumnya pipi wanita itu.

            “Senang melihatmu juga, Brother,” balas Rebecca ketus. “Apa yang membuatmu memanggilku kemari? Ya ampun, aku harus membatalkan perjalanan berliburku gara-gara kau.”

            “Sebenarnya ini agak penting.”

            “Agak penting?” Rebecca melotot karena jengkel. “Kemana yang lain?”

            “Kau bisa lebih spesifik tentang siapa yang kau maksud?”

            Rebecca memutar mata. “Tentu Kol dan Nik.”

            “Hanya ada kita berdua,” ucap Elijah enteng dengan tangan terentang. “Sayangnya,” tambahnya cepat-cepat begitu Rebecca hendak meledak lagi.

            “Serius! Bagaimana dengan Josie?”

            Tiba-tiba Elijah tersenyum lagi, lalu melemparkan tatapan curiga pada adiknya. “Jadi sekarang kau sedang mengabsen anggota keluarga kita.”

            “Ayolah, Elijah.” Rebecca terlihat seperti habis kesabarannya.

            Elijah tertawa kecil karena perangai Rebecca. Menurutnya itu kelucuan sendiri baginya. “Aku tidak tahu dimana Kol sekarang. Kalau Josie, kabar yang kudapat terakhir dia berada di Spanyol.”

            “Spanyol?” Rebecca menelengkan kepala. “Kapan tepatnya kau mendapat kabar itu?”

            Elijah tertunduk, tampak sedang mengingat-ingat. “Empat bulan yang lalu.”

            “Jadi dia tidak bilang sesuatu soal Nik.”

            “Memangnya ada apa dengan Niklaus?”

            “Jadi kau tidak tahu? Selama enam bulan terakhir Nik Kita Tercinta sibuk mengejar-ngejar wanita Spanyol. Kupikir Josie akan bertemu Niklaus di sana.”

            Menyeberangi ruangan, Elijah menuangkan bir ke dalam dua gelas dan memberikannya satu kepada Rebecca.

            “Aku sudah mengirim pesan dan menghubunginya berkali-kali. Tapi seperti yang kita ketahui bersama, saudara kita itu agak—”

            “Agak berengsek,” sambung Rebecca disertai tatapan garang.

            Elijah memberikan senyum prihatin pada Rebecca. “Baiklah, mari kita bicara serius sekarang.”

THE PURE BLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang