Hari itu adalah minggu pada siang hari. Alvino mengendarai mobilnya dari pemberian papa, kado ultahnya yang ke-16 tahun, ke supermarket. Untuk membeli bahan pembuat roti, karena tokonya kehabisan salah satu bahannya.
Semenjak ibu mengandung si se-Rangga, ayahnya tak memperbolehkan ibu untuk ke toko. Dan sebagai gantinya dia atau Caka bergiliran menjaga toko roti milik ibu.
Kadang-kadang temannya ikut menjaga dengan alasan ngumpul ataupun ngerjain tugas bareng.
Alvino masuk kedalam supermarket dan mengambil troli belanja, dan menuju rak khusus pembuat roti.
Ia mengambil tepung terigu, panili, mentega, gula, bubuk coklat, dan coklat batang. Alvino juga memasukkan beberapa pewarna makanan. Tak tanggung-tanggung, ia mengambil 10 sekaligus untuk persediaan disetiap masing-masing bahan.
Dia lupa disuruh beli berapa.
Setelah selesai dirak tersebut, Alvino menggeser tubuhnya ke rak khusus Snack. Ia mengambil beberapa untuk nyemil dia dan teman-temannya.
Selepasnya ia menuju kasir untuk membayar tagihannya.
Saat belanjaannya sedang dihitung, Alvino mengedarkan pandangannya pada rak-rak. Siapa tahu dia ada yang kelupaan.
Dan benar saja, dia melupakan makanan kesukaan vivi. Gara-gara kucingnya itu tidak kelihatan dirumah, dia hampir melupakan keberadaannya.
Lagipula dia juga ada janji hari ini dengan Aletta untuk menemui kucingnya itu.
Alvino berjalan menuju rak makanan kucing dan mengambil satu bungkus besar dan meletakkannya ke meja kasir untuk sekalian dihitung.
Setelah membayar semua belanjaannya dan meletakkan belanjaannya di garasi mobil belakang, Alvino mengendarai mobilnya ke toko dan disana sudah ada Caka dan teman-temannya.
"Woyy!! Bantuin, gece!" Ujar Alvino sedikit meninggikan suaranya, dibalik pintu belakang yang langsung terhubung dengan dapur.
Caka, Rendy, Tino serta salah satu karyawan laki-laki segera membantu Alvino membawa belanjaan yang lumayan banyak, ke dalam toko.
"Banyak banget bos belanjaannya, 3 aja cukup. Nanti sore diantar loh padahal." Ujar karyawan laki-laki tersebut saat menenteng belanjaan yang dibeli oleh bosnya itu.
Para karyawan yang ada ditoko VAL CAKE tersebut telah berganti dengan yang baru. Dan yang lama telah membuka bisnis mereka masing-masing.
Tentu saja atas dorongan dan semangat dari Vanya, akhirnya mereka mau melepas pekerjaannya dan membuka tokonya sendiri.
Dan sekarang toko mereka juga maju dengan pesat. Dan Vanya, tentu saja dia bangga dengan itu.
"Eh, iyakah? Nggak apa-apalah buat nambah-nambah stok. Gue lupa kalo hari ini jadwalnya pengantar bahan." Kata Alvino sembari meletakkan belanjaannya diatas meja dapur.
Dia lupa kalo hari ini adalah jadwal pengantar bahan langganan ibunya setiap sekali seminggu.
"Makanya, kalo orang ngomong itu dengerin dulu sampe selesai. Jangan asal main celonong aja, jadi boros kan." Celetuk Caka yang berada disamping Alvino yang juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Alvino.
"Iya Abang, maapin kakak ya " ujar Alvino dengan senyum semanis mungkin.
Caka mendengus geli seraya menggelengkan kepalanya. Begitupula dengan Rendy dan Tino yang mengekori ketiganya, bergidik ngeri sekaligus geli melihat temannya itu yang tersenyum seperti psikopat.
Alvino dkk keluar, meninggalkan karyawan laki-laki tersebut berkutat dengan bahan yang baru dibeli, didapur.
Rendy yang membawa bingkisan berupa snack, menaruhnya diatas meja. Bekas dulu Vanya menerima orderan. Sekarang pun masih berfungsi sebagaimana semestinya Vanya dulu pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Jawaku
De TodoSequel Alvino Ini adalah kisah Alvino yang telah beranjak remaja. Alvino, si anak badung yang cuma nurut sama ibu saja. Bertemu dengan Aletta si murid baru dari solo. ------------- "Gue suka sama lo. " - Alvino "Mboten pareng matur kasar nggih. "...