11. Bertemu Nana

89 4 1
                                    

"Sampai jumpa besok." Kata pak Dion seraya membereskan buku mata pelajarannya kedalam map.

"Terimakasih pak guru." Kompak seluruh murid kelas XI 2.

"Hati-hati" peringat pak Dion kepada para muridnya yang sudah butek itu.

"Iya" jawab mereka serempak.

Setelah pak Dion keluar kelas, murid-murid pun juga berbondong-bondong keluar kelas. Menyisakan beberapa murid yang kebagian piket untuk membersihkan kelas.

Aletta, Alvino, Anan dan dua murid yang kebagian piket pun mulai membersihkan kelas dengan Aletta beserta dua murid cewek menyapu kelas, Alvino menghapus coretan tangan yang terdapat dipapan tulis. Dan Anan membuang sampah ketempat sampah didepan halaman kelas.

"Yang bener dong Nan megangnya." Kata Caca, salah satu murid yang kebagian nyapu, memperingati Anan yang sedang memegang gagang serok.

"Iihhhh... Udah ih sana biar gue aja!" Caca geregetan sebab Anan mengarahkan seroknya tidak sesuai dengan arah debu yang disapu.

"Yaudah sih, dibantuin juga malah marah-marah." Anan juga jadi sewot jadinya. Ia menyingkir sembari melihat apa yang sedang dilakukan Caca.

"Ya lo-nya aja yang nggak bener ngarahinnya."

Daripada nambah sewot, Anan mengambil tas yang ditinggalkan dibangkunya. Lalu keluar sembari menunggu para cewek selesai menyapu dan tinggal ia buang sampahnya.

"Udah?"

"Udah." Kata Caca. Anan mengambil serokan yang dibiarkan tergeletak didepan kelas, kemudian membuang isinya ditempat tong sampah.

Ia mengembalikan serokan ketempat semula, bagian belakang kelas yang terdapat beberapa sapu yang sudah tak terbentuk rupanya.

Anan keluar kelas lalu menepuk bahu Alvino yang menyender didepan kelas.

"Yok!"

Keduanya berjalan berbarengan menuju tempat parkir yang ternyata teman-temannya menunggu disana. Entah apa yang sedang dibicarakan oleh teman-temannya, yang jelas Rendy dan Tino saling lempar pilus kacang sembari tertawa ngakak. Sedang Caka memainkan handphonenya, tenggelam dalam dunia maya.

"Eh, dah selesai lo? Makan di Pak Har dulu yok, laper gue." Kata Rendy yang pertama kali sadar saat keduanya datang menghampiri.

"Gas!" Ucap Alvino.

Sudah lama tidak mampir ke warung Pak Har. Ia merindukan ikan panggang sambel plus pete, apalagi jika nasinya masih panas terus ditambah sayur asem. Beuh,, damage-nya nggak main-main.

Kamar mandi harum sekali.

"Nggak ah! lagi cere gue." Tolak Anan. Kalau dia tahu pulangnya mampir ke pak Har, mana mau dia ngehabisin semua uang jajannya untuk mentraktir teman sekelasnya. Salah siapa hari ulangtahunnya jatuh tempo pada hari ini.

"Tenang ada pak bos, ya nggak Al?" Kata Tino sembari memainkan kedua alisnya seraya menatap Alvino yang juga tengah menatapnya balik dengan mata sedikit menyimpit.

Tak lama Alvino memberi acungan jempol sebagai persetujuan atas perkataan Tino. Anggap saja sebagai balasan karena telah ditraktir pada saat jam istirahat pertama tadi.

"Kuylah, katanya mau makan diwarung pak Har? " Ucap Anan sembari menoleh kebelakang dengan dirinya yang sudah menaiki sepeda.

"Dasar lo! Giliran traktiran aja gercep lo." Ujar Rendy juga menaiki sepeda.

"Kaya lo kagak!" Balas Anan yang dihadiahi cengiran Rendy.

Lalu mereka pun menggayuh sepedanya menuju warung depan sekolah, bersebelahan dengan tukang fotocopy.

Pacar JawakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang