10. Minta Nomer Telepon

108 6 0
                                    

Hari Senin, hari yang diawali dengan upacara bendera. Dimana peraturan harus mengenakan atribut lengkap dan tidak boleh telat.

Aletta berlari menuju kearah kelasnya dibelakang seorang siswa yang juga hampir telat sama sepertinya. Seorang guru meneriaki keduanya untuk segera berbaris.

Jantung Aletta berpacu sangat cepat dan darahnya seperti berkumpul semua diatas kepala. Ia terkaget saat diteriaki oleh guru itu.

Beruntung kelasnya ada dilantai bawah, kalau dilantai atas apa enggak tambah ngos-ngosan dan pegal kakinya.

Setelah memasuki kelas dan melempar tasnya disembarang meja, Aletta segera keluar dan berbaris dibelakang seorang siswa bertubuh bongsor. Siswa itu menoleh untuk melihat siapa gerangan yang baris dibelakangnya.

Aletta mendongak, keduanya saling bertatap muka. Aletta langsung membantin, dia salah berbaris. Ini bukan barisan kelasnya.

Samar-samar dia mendengar seseorang memanggil namanya, dan tak lama kemudian sebuah tarikan membawanya kebarisan kelasnya.

"Ngapain lo baris disana? Kek bocah ilang tau nggak." Ucap Una lirih

"Sorry, gue ngiranya tadi tuh barisan kita." Jawab Aletta.

Tiba-tiba terdengar suara deheman dibelakang mereka. Keduanya menoleh dan mendapati guru yang meneriaki Aletta tadi berada dibelakang mereka.

"Jangan berisik, sebentar lagi upacara mau dimulai."

"Baik pak." Ucap keduanya serentak, lalu kembali menoleh ke depan.

Tak lama setelah itu, upacara pun dimulai.

Saat pada pembacaan pidato yang disampaikan oleh kepala sekolah. Banyak murid perempuan mengeluh lirih karena merasa lama dan panas akibat sengatan sinar matahari.

Begitupun dengan Una yang mengeluh karena panasnya mentari pagi, seraya mengibaskan tangannya agar menciptakan angin buatan.

"Panas banget gila. Itu si bapak lama banget deh pidatonya, udahan aja sih pak." Molonognya lirih, takutlah dia kalo sampe kedengaran. Bisa-bisa dijemur nanti sampe siang.

"Eh,, Al lo tau nggak. Tadi Aisha sama Anan berangkat sekolah bersama, mana pake motor lagi. Nekat banget kan tuh si anak." Lanjutnya lagi berkata kepada Aletta.

"Terus terus, motornya bagaimana? Kan nggak boleh bawa." Ucap Aletta bertanya. Emang nekat banget si Anan. Kalo sudah jatuh cinta apapun pasti akan dilakukan. Hal yang tidak mungkin pun akan menjadi mungkin.

"Disuruh balik lagi lah sama pak satpam. Dan lo tahu, si Anan malah nitipin motornya diwarung Bu Mega. Lo tau warung yang didepan sekolah kita kan?"

Aletta mengangguk. Dia tau warung itu yang sering jadi langganan para siswa disekolahnya pas jam istirahat berdering.

"Nah itu dia! Gila kan! Nggak habis thinking gue."

"Syuutt!!" Tiba-tiba kembali datang sebuah instruksi yang membuat keduanya berpaling. Lagi-lagi guru itu.

"Diem mba!"

"Iya pak." Jawab keduanya.

Una dan Aletta kembali berpaling ke depan sembari menundukkan kepala.

Diam-diam Una menoleh ke belakang guna memastikan guru itu masih ada apa enggak.

Saat sudah memastikan guru tersebut tidak ada disekitarnya, dia kembali berbicara kepada Aletta.

"Asli ya itu guru manusia apa jelangkung sih, gue tadi liat masih ada dibarisan guru loh. Kok tiba-tiba ada dibelakang kita."

"Dibilangin jangan ribut." Kata guru itu yang lagi berdiri dibelakang Una dan Aletta.

"Iya pak maaf." Jawab Una seraya menunduk.

Aletta dan Una, keduanya saling melirik dan tanpa sadar kedua sudut bibir mereka melengkung keatas membentuk senyum dan diakhiri dengan tawa kecil.

"Syutt,,, diem pftt.." ujar Una dengan matanya melengkung kebawah, membentuk bulan sabit.

"Jelangkung " kata Aletta

Keduanya masih asik sendiri hingga tak terasa upacara telah usai. Keduanya berjalan bersama dengan volume tawa dikencangkan. Membuat murid-murid yang melihatnya jadi berpikir bahwa mereka berdua stress.

Una dan Aletta masuk kedalam kelas dan kembali bergosip tentang kucing kawin yang dijumpai Una, menebak anaknya ada berapa, sampai warna bulunya yang mirip siapa.

Hingga kedatangan Alvino menginterupsi kegiatan rumpi mereka.

"Letta, boleh minta nomer hp lo? Biar gampang gue ngabarin lo-nya," Tanya Alvino.

"Boleh, sini handphone lo." Ujar Aletta menengadahkan tangannya, Alvino memberikan ponselnya kepada Aletta dan langsung ia mengetikan beberapa angka didalam ponsel tersebut.

Setelah selesai memberikan nomor teleponnya dan menamainya, Aletta memberikan ponselnya kepada sang pemilik.

"Thanks, kapan-kapan gue kabari kalo mau ke rumah lo."

"Oke."

Una menjawil lengan Aletta yang membuatnya menoleh dengan alis terangkat pertanda bertanya.

Una menunjuk Alvino dengan dagunya, kemudian mendekat ke telinga Aletta dan membisikkan sesuatu disana.

"Tumbenan tuh anak inisiatif duluan minta nomer telepon."

"Bukannya emang biasa temen minta nomer telepon temennya?" Tanya Aletta yang juga sama-sama berbisik.

"Lo nggak tau sih gimana antinya dia ngasih nomer teleponnya ke temennya. Gue pernah tuh disuruh guru buat mintain nomer seluruh kelas buat data grup kan, pas minta nomer teleponnya dia malah kek gini. Buat apa? Gue nggak mau ya buat nambah-nambah wa story. Nggak mau lah! lo suka ya sama gue?. Dalam hati gue, pengen gue pites-pites tuh anak. Nah pas gue bilang disuruh guru buat data grup dia mau. Tapi, lo tau itu nomor siapa?" Ujar Una dengan berbagai ekspresi yang tertanam diwajahnya.

"Siapa?" Tanya Aletta penasaran

"Ayahnya!"

"Hah!!" Seru Aletta dengan ekspresi kaget.

"Nggak nyangka kan lo, gue juga nggak nyangka pas dapet pesan dari nomer yang dikasih Alvino. Pesannya kek gini nih, kamu dapat nomer saya dari siapa? Tolong jangan masukkan nomor saya digrup bocah. Lah gue jawab dong, jangan bercanda deh Al, lo sendiri yang ngasih. Ini beneran Alvino kan?. Terus bokapnya jawab, Alvino Pramono Elderick maksud kamu? Dia anak saya. Otomatis gue panik dong, bokapnya cuy gimana nggak panik coba!" Pungkasnya

"Gue jawab, maaf om, aku kira Alvino soalnya dia yang ngasih nomernya. Aku cuma disuruh guru buat data grup. Gue jawab gitu kan, ohya nggak papa, lain kali kalo mau minta nomer telepon Alvino minta sama Caka langsung aja. Untungnya bokapnya Alvino ngasih nomer telepon anaknya. Eh, Bu Anggun nggak masuk?" Ujar Una diakhiri bertanya kepada teman sekelasnya yang menulis di papan tulis.

"Ngerumpi terus sih lo, guru pada rapat jadi cuma dikasih tugas doang ntar dikumpulin dimeja sekertaris." Jelas siswi yang berada di depannya, menoleh ke belakang, menghadap Una.

"Kayak lo enggak!" Tandas Una yang buat siswi itu tertawa kecil.

"Kerjain bareng ajalah yok." Ajak siswi itu.

"Yaudah mana LKS lo?" Kata Una, dia mengeluarkan LKS sosiologi dan mendaratkan dimejanya. Lalu disusul Aletta dan siswi itu yang menghadap kebelakang.

Akhirnya ketiganya mengerjakan tugas bersama-sama.

-------------

🐣🐣🐣

See you paipai 🤗🤗

Pacar JawakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang