01

393 46 4
                                    

Valerie mengangkat tas kerjanya. Pekerjaannya sudah selesai. Melihat jam di mejanya sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia menoleh pada Grace, wanita berambut blonde itu sama sepertinya.

"Pulang bareng?" tawar Grace.

Valerie mengangguk. "Lumayan kan dapat tebengan," guraunya.

"Tebengan gratis emang gak pernah disia-siakan." Valerie menyengir mendengar perkataan Grace.

Valerie dan Grace adalah teman satu kantor. Sejak awal kedatangan Valerie di perusahaan ini mereka berteman cukup akrab. Ya, dekat daripada dengan teman yang lain. Valerie cukup tertutup dengan orang-orang yang berada di divisi lain. Entahlah.. Valerie tidak semudah itu bergaul dengan orang yang masih dianggapnya asing.

Grace termasuk beruntung. Beruntung karena wanita itu bisa dekat dengannya. Walaupun awal nya sedikit aneh karena Valerie terlalu kaku. Tapi ketika mengenalnya, anggapan seperti itu dibuangnya jauh-jauh. Seperti pepatah don't judge to my cover.

"Berhenti di depan supermarket depan Grace," pinta Valerie.

"Kenapa gak sekalian aku antar sampe tujuan Val?"

"Gapapa. Ada yang mau di beli. Isi kulkas aku kosong."

"Kebiasaan suka belanja tuh malam-malam."

"Ya mau gimana. Kan sibuk mulu kerjaan kantor. Libur aku pake istirahat," bantah Valerie. Tahu karena Grace pasti mengomelinya.

Grace memutar bola mata jengah, "Tapi aku gak bisa nemenin gak papa?"

"Yah gapapa. Kan udah biasa."

"Tapi ini udah malam." Grace terlihat khawatir.

Valerie tertawa, "Apartemen aku di depan, Grace. Gak jauh-jauh banget."

"Iyah sih. Tapi tetap aja. Gini deh, kalau udah nyampe kabarin ya."

"Pasti. Lebay amat sih. Berasa jijik gitu dengarnya."

"Sialan! Untung teman!" gerutu Grace. Memundurkan motornya perlahan dan pergi meninggalkan Valerie yang kemudian masuk ke dalam Supermarket.

Wanita itu ingat isi kulkas dan beberapa keperluan pribadinya kosong. Jadi sekalian jalan ia mampir untuk membeli beberapa kebutuhannya. Buru menghabiskan waktu sekitar hampir satu jam untuk Valerie menyelesaikan kegiatannya berbelanja.

Wanita itu berjalan kaki menuju apartemen yang tak jauh dari supermarket tadi. Apartemen yang ditinggalinnya masih tergolong sederhana karena jika ia mau tinggal di apartemen yang seluruh fasilitasnya terpenuhi maka Valerie harus mengocek dalam-dalam uang tabungannya.

Menekan password apartemennya, Valerie mencari saklar lampu. Ia meletakkan belanjaan di meja dapur, Valerie beralih membuka kulkas. Ia memasukkan bahan makanan yang sudah di belinya ke dalam kulkas. Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Valerie terkejut dan sudah menduga siapa pemilik sepasang lengan kekar yang tengah memeluknya.

"El kebiasaan ih! Suka banget kagetin aku!" dumelnya.

"Aku cuman peluk kamu. Bukan bikin keributan."

"Tetap aja namanya kebiasaan kalo kagetin. Kalo nanti aku jantungan gimana?"

Gabriel tidak mengindahkannya. Dan terus mencari posisi nyaman.

"Yaudah lepasin dulu!"

"Apanya? Mau minta lepasin yang bawah? Dengan senang hati." Tangan El bergerak ke celana yang dikenakan Valerie hendak menariknya turun.

"El ih! Ini lepasin dulu tangan aku. Gak ada coba yang suruh kamu lepas celana," kesal Valerie. Gabriel itu seribu kali ngeselin kalau sudah begini.

"Gak usah begini aja. Aku masih kangen sama kamu Vale," Kekeuh Gabriel mempertahankan zona nyamannya.

Passionate SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang