Pulang nanti biar aku yang jemput. Gak usah pesan ojek online. Gak usah juga pulang sama teman kamu yang tua itu!Valerie terkejut membaca pesan yang dikirimkan Gabriel. Cowok itu akan menjemputnya. Tumben sekali, pikir Valerie. Namun ia tertawa kala Gabriel menyebut temannya Grace--tua. Padahal Grace hanya satu tahun diatasnya.
Jam melirik jam yang menunjukkan pukul empat sore. Hari ini mereka pulang cepat. Karena pekerjaan mereka sudah masuk ke dalam rekapan. Jadi tidak ada lemburan lagi.
Valerie segera merapikan mejanya. Grace datang menghampirinya. Seperti biasa, wanita itu mengajaknya pulang bersama.
"Mau pulang bareng gak?" tawar Grace sambil menenteng tas kerjanya ke lengan.
"Gak deh Grace. Aku di jemput," jawab Valerie.
Grace berdecak. "Tuh bocah jemput Lo, Valerie. Tumben amat. Habis Lo kasih jatah tuh pasti. Lo jadi ratu sehari."
Valerie menggeleng-gelengkan kepala mendengar gerutuan sahabatnya. Dengan gemas, Valerie mencubit pipi Grace membuat perempuan itu mengaduh.
"Gak boleh gitu ih. El niatnya baik jemput aku. Pantas aja dia selalu bilangin kamu tua. Kamu nya aja kerjaannya marah-marah muku, Grace," sembur Valerie tertawa.
"Apa!" Grace spontan teriak.
"Gak percaya?" tanya Valerie. Ia lekas memperlihatkan pesan chat Gabriel kepada Grace.
Wajah Grace memerah membacanya. Bukan karena tersipu, ia justru tengah menahan emosi yang siap meledak.
"Emang yah tuh bocah! Gak ada akhlak ngatain gue tua. Gini-gini banyak kali yang naksir sama gue. Gue nya aja yang pemilih!" ketus Grace.
"Maknya jadi cewek itu jangan kebanyakan milih. Ntar yang ada kamu jadi perawan tua. Emang mau? Nanti pas kamu nikah, anak kamu baru umur 2 tahun, mama nya udh mau nenek-nenek," ucap Valerie.
"Yaampun Valerie! Kok doanya jahat banget sih. Justru gue ini lagi mencari. Siapa kandidat yang cocok buat jadi suami gue? Gak kayak Lo, nempelnya sama brondong. Mana udah uji jebol lagi! Kalau main jangan lupa pake pengaman. Ntar si bibit unggul jadi, Lo nya masih tanda tanya," omel Grace.
Sedikit banyak perkataan Grace itu ada benarnya. Jika orang lain yang mendengar kata-kata nya, mungkin mereka akan sakit hati. Grace selalu bicara apa yang menurutnya benar. Dan Valerie sudah sangat hapal sifat sahabatnya itu. Justru dia senang, ketika dia lupa, Grace akan selalu ada disampingnya sebagai sumber pengingat.
Valerie menarik Grace ke dalam pelukannya. "Baik banget sih sahabat aku ini," katanya. "Jangan bosan-bosan untuk terus ingatin aku ya," ujar Valerie menyengir.
Grace merengut kesal. Tak ayal tetap membalas pelukan sahabatnya dengan sayang.
"Yaudah. Balik gih duluan. Kasian nanti bocah udah tungguin!" Usir Grace.
"Bawa mobilnya hati-hati ya. Aku pulang dulu," pamit Valerie.
Grace mendengus. Sebenarnya dia iri. Sahabatnya itu pulang di jemput kekasih. Yah, meski Grace tidak tahu pasti hubungan apa yang mereka jalani. Hanya saja jika begini terus setiap harinya, Grace jadi ikutan iri.
"Kapan gue punya pacar coba tuhan? Capek gue jomblo mulu," cetusnya.
💫💫💫
Entah sudah berapa kali Valerie dibuat terkejut hari ini. Ternyata, Gabriel sudah menunggunya di depan kantor. Wajahnya terlihat jutek, begitu melihatnya keluar dari Lobby.
Apa cowok itu marah? Sepertinya ya... Karena cowok itu masih memakai tas hitam besar dipunggungnya. Dan yang sangat menonjol adalah rambutnya yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Sugar
RomanceGabriel Zacharie mencintai Valerie Anatasya sejak pertama kali ia bertemu dengan wanita itu disebuah kafe kecil tidak jauh dari kampusnya. Wanita lugu nan polos yang memiliki banyak luka rahasia di dalamnya. Tidak peduli dengan latar belakang gadis...