1. Syabel dan Si Ganteng

7.6K 81 5
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENT !!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gue Syabel, biasa dipanggil Abel. Umur gue baru 19 tahun. Mau tau fakta lucu soal gue nggak? Di usia gue yang 19 tahun ini, gue belum pernah punya pacar sama sekali. Kalau yang gue suka sih banyak, tapi belom kecantol aja.

“Abel… telur gue gosong!!” Nah, kalau yang berteriak dari arah dapur itu namanya Kezia, temen gue dari jaman maba. Anaknya cantik dan kaya raya. Sayangnya skill masaknya sangat rendah. Masa masak telur aja gosong.

“Duh, ada-ada aja lo. Telurnya lo apain sampai hitam begini?” Nggak habis pikir gue sama Kezia. Niat bikin telur dadar, malah telur gosong yang jadi. Hitam pakai banget telurnya. “Yaudah, nggak usah pakai telur aja deh.” Ucap gue.

“Eh kok gituh? Nasi goreng tanpa telur tuh ibarat pantai tanpa air laut.” Perumpaan macam apa itu? Ada-ada aja si Kezia.

“Ya teros gimana? Telur di kulkas udah abis juga.” Seru gue.

“Beli telur aja deh, Bel.” Usul Kezia.

“Yaudah lo aja sono yang beli.” Sahut gue santai.

“Yaaahh Bel.. masa gue yang beli? Sebagai teman yang baik, lo harusnya ngerti mental gue terguncang karena telur gue gosong.” Kezia dan dramanya. Oh Tuhan, kok gue bisa sih berteman dengan dia? Daripada berdebat dengannya, lebih baik gue yang beli telur.

“Yaudah gue yang beli deh.”

“Yeayyy.. sayang Abel banget.” Kezia berjingkrak kegirangan. “Minta tolong ya Bel. Gue siapin nasi gorengnya Nick di kotak bekal dulu.”

Nick adalah pacarnya Abel. Gue nggak tau apakah hubungan mereka didasari cinta, atau hanya pelarian saja buat Kezia. Dari gelagatnya yang selalu ingin tampil sempurna dan bebas dari cacat sekecil apapun membuat gue ragu jika Kezia benar-benar mencintai Nick, sebab yang ia perlihatkan bukanlah jati dirinya yang sebenarnya. Ah, buat apa pusing memikirkan hubungan mereka, mending gue beli telur di supermarket dekat gedung apartement Kezia.

Teman gue yang satu itu memang tinggal di apartement padahal dia punya rumah sendiri. Tapi kata Kezia, rumahnya terlalu besar untuk ia huni sendirian. Semenjak perceraian orang tuanya, Kezia selalu sendiri sejak kelas 3 SMP. Beruntung saat kuliah ia dibelikan apartement. Jadi tidak perlu terjebak dalam rumah seluas itu sendirian.

Apartement Kezia merupakan tipe apartement elit. Interiornya pun bukan kelas esek-esek. Maklumlah, orang kaya memang beda. Ada banyak fasilitas sarana prasarana dalam gedung ini. Salah satunya fasilitas gym. Tepat saat gue masuk lift, ada seseorang yang juga ikutan masuk lift. Sepertinya baru selesai nge-gym. Gue pikir bakalan bau keringat, ternyata gue salah! Entah parfum apa yang dipakainya sampai memiliki aroma tubuh seharum ini. Tanpa sadar gue mendekati pria tersebut untuk mengendus aromanya.

“Kamu ngapain?” Ia bertanya dengan nada sarkas dan tegas. Spontan saja gue menjauh darinya. Beruntung di lift ini hanya ada kita berdua. Sehingga gue tak perlu malu dengan orang lain.

“Ehm.. baunya Om enak, harum.” Jawab gue dengan gugup.

Si Om hanya menatap gue tajam dan mengalihkan pandangannya. Saat ditatap, gue baru sadar kalau ternyata dia seganteng itu! Umurnya mungkin kisaran 30-an tahun. Wajahnya tegas dan maskulin. Tipe-tipe sugar daddy kaya raya. Eits, mata gue langsung beredar pada jemarinya.

“Liatin apa kamu?” Untuk kedua kalinya gue ketahuan.

“Hehehe.. mau cari cincin di jari Om, mau memastikan kalau Om udah nikah atau belum?” Kata bunda, bohong itu dosa, jadi gue nggak mau bohong. Harus jujur.

Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang