8. Keluarga Abel

759 51 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

Tepat sehari gue nggak menjawab semua telepon dari teman-teman gue. Chat mereka pun gue abaikan. Bukannya gue sombong, melainkan gue belum siap untuk menceritakan semuanya kepada mereka, terutama untuk Kezia. Mau seperti apapun gue menghindar, toh pada akhirnya gue memang harus menceritakan semuanya.

Pagi ini gue datang ke unit Kezia dengan membawa makanan kesukaannya. Begitu pintu dibuka, ia menatap gue dengan khawatir. Sedetik kemudian ia meraih gue masuk ke dalam pelukannya.

"Lo nggak papa kan?" Jelas sekali kalau dia mengkhawatirkan gue. "Lo diapain sama si tua bangka itu?" Mulutnya tidak ada rem. Main ceplos saja.

"Gue cerita di dalam aja ya.." Kezia pun mempersilahkan gue masuk.

Detail kejadian tempo hari gue ceritakan pada Kezia tanpa berusaha menutupi apapun. Kezia adalah sahabat gue, dan gue ingin terbuka kepadanya. Gue yakin, dia pasti memahami kondisi gue. Dugaan gue benar. Meskipun awalnya terkejut, Kezia tetap merengkuh gue dan menguatkan gue.

"Pasti berat ya buat lo?" Tanyanya prihatin.

Tak ingin berbohong, gue mengangguk jujur. Menikah itu bukan perkara mudah. Terlebih lagi gue dan Om Ganteng melaksanakan pernikahan karena gue hamil. Sebagai perempuan gue merasa harga diri gue tercoret. Seolah-olah gue sedang menjebaknya dalam sebuah ikatan pernikahan. Memikirkan bagaimana nasib rumah tangga gue ke depannya membuat gue jadi bingung sendiri.

"Gue nggak pengen nikah dengan cara begini, Kez." Cicit gue pelan. Pernikahan yang gue inginkan adalah disatukan karena ada cinta yang tumbuh.

"Bel, meskipun lo nikah karena bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah kalian lakukan, lo harus tetap mempertahankan pernikahan lo sendiri. Apapun yang terjadi Bel." Kata-kata Kezia justru meluruhkan air mata gue.

"Gue takut Kez.." gue menyuarakan isi hati gue. "Takut kalau dalam pernikahan ini hanya gue yang cinta. Hanya gue yang berjuang untuk mempertahankan, sedangkan dia enggak. Lo tau sendiri kan gimana sikapnya dia."

Kezia meletakkan kedua tangannya di bahu gue. Matanya mengunci mata gue. "Dia cariin lo selama ini paskah kejadian itu. Artinya, dia ingin memperjuangkan lo." Ucapnya dengan penuh keyakinan.

"Lo tau dari mana?" Tanya gue lirih. Kemudian ia menceritakan kejadian semalam saat gue pergi dengan Om Ganteng. Mbak Sasi yang ditinggalkan pun bercerita kalau pria itu berusaha mendapatkan kontak gue. Ia sampai rela menemani Mbak Sasi belanja. "Hah, jadi dia nggak ada hubungan apa-apa sama Mbak Sasi?" Gue pikir semalam mereka bersama karena hubungan mereka yang sudah membaik. Mmm.. maksud gue, Om Ganteng mulai membuka hati pada Mbak Sasi. Nyatanya, perkiraan gue salah.

"Enggak." Kezia menggeleng. "Dia begitu demi kontak lo, Syabel Diah Rahajeng." Nggak, gue tetap nggak percaya. Bisa aja dia begitu karena tau gue mengandung anaknya.

"Duh, terserah lo deh." Sahut Kezia malas karena gue kukuh dengan pendirian gue yang nggak percaya dengannya.

***

Hutang penjelasan kepada Kezia sudah lunas. Kini giliran gue ditagih penjelasan oleh kawanan gue yang lainnya. Baru aja masuk kelas, mereka sudah mengerubungi gue.

"Jangan bilang kalau yang kemarin itu om-om yang tempo hari?" Jordan langsung melempar pertanyaannya.

"Sugar daddy lo ya Bel?" Ayaz dengan seenak jidatnya main tuduh aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang