7. Sebuah Kenyaataan

607 41 4
                                    


JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

Berada di dalam mobil dengan aroma kopi dicampur aroma maskulin yang berasal dari parfum sang pemilik mobil membuat Abel merasa sedikit tidak nyaman. Ini bukan karena aroma tersebut. Melainkan karena topik yang akan mereka bahas.

"Maunya apa sih?" Tanya Abel dengan intonasi tinggi.

"Kita cek dulu kandungan kamu." Rasanya Abel ingin meninju pria ini secara brutal.

"Aku tuh nggak hamil." Bantahnya penuh penekanan.

"Kapan terakhir kali kamu menstruasi?" Abel mengingat-ingat jadwal terakhirnya. Biasanya ia menggunakan aplikasi khusus untuk mendata proses menstruasinya.

Tak bisa dipungkiri, Abel sangat terkejut saat tahu kalau ia sudah telat beberapa minggu. Terakhir tamu bulanannya datang adalah 2 bulan lalu. Setelah itu, ia melakukan hubungan seksual dengan pria di sampingnya ini sekitar sebulan lalu. Dan sampai sekarang, tamu bulanan itu belum juga datang. Di aplikasi tertera ia memasuki masa datang bulan seharusnya sejak 2 minggu lalu.

Diamnya Abel membuat Ardi tau jika ada yang tidak beres dengan wanita itu. "Kapan Syabel?" Ulangnya lagi.

"Om.." Abel jadi panik. Bagaimana kalau ia hamil? "Om pakai kondom nggak?"

"Boro-boro Bel. Malam itu saja terjadi tiba-tiba." Jawaban Ardi semakin membuatnya panik,

Mereka melakukan hubungan seksual pada masa suburnya. Dari pengakuan Ardi, pria itu tidak menggunakan kondom, sehingga kemungkinan hamil memang besar.

"Mau saya belikan testpack?" Nada bicara Ardi terdengar lembut. Ia seolah tau kalau Abel sedang merasa panik. Tidak ingin memperkeruh keadaan, ia ingin membuat Abel menjadi lebih tenang.

"Bagaimana kalau..." Abel tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Saya akan tanggung jawab." Ardi melihat jelas mata Abel yang sudah berkaca. Sebelum butiran air mata membasahi pipinya, Ardi sudah lebih dahulu menarik masuk ke dalam pelukan hangatnya.

"Kamu nggak perlu khawatir, saya tetap akan bertanggung jawab." Ardi berusaha menenangkan wanita itu.

"Kalau aku nggak hamil gimana?" Kepala mendongak memandang Ardi.

"Saya tetap tanggung jawab." Jawabannya itu membuat dahi Abel berkerut. "Kenapa tanggung jawab? Kan aku nggak hamil."

"Saya tetap bertanggung jawab karena malam itu saya meniduri kamu. Saya tidak ingin melepas kamu begitu saja. Apa yang kita lakukan itu sudah terlalu jauh. Sehingga sudah sepantasnya kita mempertanggung jawabkan apa yang sudah kita lakukan." Abel masih belum paham dngan isi pikiran Ardi. Ia masih ingin bertanya lagi, namun pelukan ini terlalu nyaman. Sebisa mungkin ia menghindari perdebatan dulu.

***

Ada tiga buah testpack di tangannya. Abel menatap ketiganya dengan ragu. Bergantian ia menatap Ardi. Binar keraguan bercampur ketakutan tersiar dari pandangannya. Ardi membalas pandangan itu dengan tatapan teduh. "Mau saya temani?" Tawarannya dijawab dengan gelengan kecil Abel.

Setelah memantapkan hati, Abel masuk ke dalam kamar mandi. Saat ini ia berada di rumah Ardi. Ini merupakan pilihan yang tepat. Tidak mungkin mereka berada di unitnya, pasti Kezia akan datang menggedor pintu guna mendapatkan penjelasan terkait kejadian di mall tadi.

Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang