as if we're meeting tomorrow

618 58 47
                                    

don't forget, the dazzle of the day when we were us.

ㅡ beautiful days, lovelyz

//


"han jisung, sudah waktunya untuk check-up."

sebuah helaan napas kasar lolos begitu saja dari mulut seorang pemuda dengan balutan jas putih panjangnya tatkala ia masuk ke salah satu kamar rawat dan mendapati ruangan itu dalam keadaan kosong.

jemarinya bergerak menyugar surai hitamnya frustasi karena kejadian ini bahkan bukan yang pertama kalinya terjadi.

pasiennya yang satu ini memang kerap kali meninggalkan kamar rawatnya tanpa jejakㅡkarena bosan, itulah jawaban yang selalu dilontarkan olehnya.

"sudah berapa kali kubilang, jangan suka menghilang tiba-tiba," ujar pemuda ber-nametag 'kim seungmin' itu begitu ia sampai di rooftop dan mendapati sosok yang ia cari tengah menikmati pemandangan langit biru di sana.

alih-alih merasa bersalah, han jisungㅡpasien yang sedari tadi dicari oleh seungminㅡmalah menunjukkan cengirannya.

"kenapa? khawatir ya, dok?"

seungmin kembali menghela napas, entah untuk yang keberapa kalinya. "bagaimana kalau kau sampai pingsan lagi?"

"kan ada dokter seungmin yang akan menggendongku, hehe."

"kau ini benar-benarㅡ!" seungmin menggantungkan kalimatnya sembari memijat pelipisnya yang terasa pening.

bisa-bisanya takdir mempertemukannya dengan pasien ajaib seperti han jisung ini.

ditatapnya sejenak kedua manik bercahaya milik pemuda dengan surai hitam bergelombang itu. sorot kesedihan hampir tak pernah seungmin lihat dari dalam netra jisung, walaupun sebenarnya pemuda itu merasakan sakit yang tidak bisa dianggap remeh, seungmin tahu itu.

"ayo kembali," ajak seungmin sambil menarik pelan lengan jisung, tetapi reaksi penolakan serta-merta dilayangkan oleh pemuda mungil itu.

"ih, tunggu dulu! aku masih mau menikmati udara segar di sini. di kamar pengap tahu, dok!"

mau tidak mau, seungmin pun mengalah dan memilih untuk menemani jisung di sini.

akan lebih repot lagi kalau nanti pemuda itu pingsan tanpa sepengetahuannya.

"walimu tidak bisa datang lagi?" dahi seungmin sedikit berkerut saat mendapati kehadiran jisung di ruangan pribadinya.

"begitulah," jawab jisung pelan sambil memaksakan senyumnya, tetapi sesaat kemudian ia kembali melanjutkan dengan nada ceria, "santai saja, dok! aku akan menjadi wali untuk diriku sendiri."

jisung sudah terlampau terbiasa dengan hal ini. orang tuanya memang selalu membiayai pengobatannya, tetapi kedua sosok itu sudah tak pernah jisung jumpai lagi sejak beberapa tahun belakangan.

entah karena terlalu sibuk bekerja di luar negeri atau memang sudah tak peduli lagi dengan anak semata wayangnya yang penyakitan ini.

"ehm ... ini tentang hasil pemeriksaanmu yang kemarin."

seungmin menatap layar monitor sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja secara bergantian, bingung bagaimana cara mengatakannya secara gamblang pada pemuda itu.

di sisi lain, jisung malah sibuk memandangi dokter tampan yang duduk di hadapannya.

manik hitam legam yang melekat indah pada netra monolid-nya, hidung tegak nan mancung itu, rahang tegas yang membingkai, serta kedua bahu tegapnya; pemuda itu memang tak pernah gagal membuatnya terpesona selama tiga tahun ia dirawat di rumah sakit ini.

mixtape; seungsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang