• Ileana •
Sejak pertama jumpa, aku tidak pernah bosan memandangi Tante Hana. Dia cantik. Pembawaan Tante Hana sangat ceria dan tidak dibuat-buat. Ia mengingatkanku pada Soraya, hangat serta perhatian.
Dewa memiliki keluarga yang sempurna.
Aku memang baru saja bertemu mereka, akan tetapi aku bisa merasakan keharmonisan pada keluarga ini. Bukan sesuatu yang dipaksakan di depan tamu atau orang asing. Melainkan hal yang terjadi secara alamiah, natural. Apa adanya.
Meski mereka tidak mengungkapnya, aku bisa menerka jika rentang usia antara Tante Hana dan Om Damar sangat jauh. Sikap Om Damar begitu tenang. Dia juga lebih banyak diam; bukan sombong, tetapi berwibawa. Sedangkan Tante Hanalah yang lebih banyak mendominasi percakapan. Keduanya saling melengkapi. Om Damar ngemong, Tante Hana penuh kasih.
Berbeda jauh dengan orang tuaku.
Mama dan papa terlalu banyak kesamaan, sama-sama childish. Papa tidak menginginkanku, sementara mama pergi meninggalkanku.
"Ileana? Betulan, nih, kamu mau nemenin Tante ke shelter? Nggak capek?"
Pertanyaan dari Tante Hana membuyarkan lamunanku.
Aku sontak menggeleng dan menyalakan mesin mobil. "Nggak, kok, Tante. Malahan aku senang."
Ya, kurasa pergi sejenak dengan Tante Hana adalah pilihan tepat. Aku tidak harus terus menerus menyaksikan kemesraan antara Dewa dan Soraya. Aku juga memberikan kesempatan bagi Soraya untuk lebih akrab dengan Tania dan Talita. Aku khawatir bakal memonopoli si kembar jika berlama-lama di sana. Mereka berdua punya kepribadian unik. Tania lebih mirip Tante Hana, sedangkan Talita seperti Om Damar.
Soraya patut bersyukur, keluarga Dewa menyambutnya dengan baik.
"Setelah ini belok ke kiri, ya," kata Tante Hana mengarahkanku.
Aku pun menurutinya.
"Tante sudah lama kelola shelter untuk anjing dan kucing terlantar?" tanyaku.
"Lumayan lama, Ileana. Seingat Tante semenjak Dewa masih TK," terang Tante Hana. "Beruntung sekali hobi Tante didukung oleh Om. Om carikan lahan khusus bagi mereka semua."
Aku mengangguk. Kagum sekali dengan kepedulian Tante Hana dan Om Damar.
"Apa nggak repot, Tante?" selidikku.
"Kalau pada dasarnya suka, serepot apa pun tetap saja dilakukan, kan?" sahut Tante Hana terkekeh. "Kalau sekarang sudah tidak terlalu melelahkan karena ada pegawai yang bantu-bantu. Tante juga mendapat sumbangan dari orang-orang baik yang peduli."
"Hmm ..." gumamku.
"Dewa juga dapat klien pertama dari shelter, lho," ujar Tante Hana mengenang-kenang. "Dia dulu sering Tante suruh fotoin anjing dan kucing untuk kebutuhan open adopt. Terus salah satu donatur shelter minta tolong Dewa buat motoin hewan peliharaannya. Tahu-tahu, gimana ceritanya, Dewa makin sering dimintain tolong buat dokumentasi. Entah acara ulang tahun, anniversary, atau foto keluarga."
Aku tersenyum.
"Dewa memang jago, sih, Tante. Kayaknya memang sudah bakatnya," ucapku.
"Ileana sudah lihat works-nya Dewa?"
"Belum, sih. Tapi kata Soraya dia fotografer andal."
"Coba, deh, minta tolong Dewa motoin kamu. Hasil foto dia memang perfect, tapi, ya itu ... telinga harus kebal denger arahannya," kikik Tante Hana.
"Dewa fotografer yang menangani kebutuhan promosi klinik kecantikan Soraya, Tante. Sementara aku modelnya," ujarku. "Dan apa yang Tante bilang itu benar. Dewa ... memang agak ... perfeksionis." Maksudku cerewet. "Cuma, aku belum lihat hasil finalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Vanilla (21+)
Romance[21+] A dark romance story about unconditional love between Ileana and Dewangga. Setia sebagai Submissive dari kekasih yang Dominant di ranjang tak membuat hubungan asmara si model cantik - Ileana sampai ke jenjang pernikahan. Tunangan Ileana keperg...