• Ileana •
Sekujur tubuhku seketika dingin, menggigil gemetar pada setiap persendiannya. Raihan Argantara ada di sini untuk menemuiku. Bukankah ini yang kumau? Menyaksikannya memohon agar kukembali. Tapi aku lupa menyiapkan jawaban apa yang harusnya kuberikan padanya.
"Raihan? Raihan mantanmu?" tanya Dewa.
Aku menjawab dengan anggukkan kepala.
Dengan pelan Dewa membelokkan setir untuk memarkir mobilku di depan gerbang rumahnya.
"Parkir sini dulu, ya, nggak bisa masuk garasi karena kehalang mobil mantanmu," kata Dewa mematikan mesin mobil.
"Terserahlah," gumamku.
Jantungku semakin bergemuruh tatkala Raihan keluar dari Civic putihnya. Meski gelap gulita, netraku menangkap jelas sosok Raihan yang tampan bukan main. Ia mengenakan topi beanie serta kaos polos warna hitam yang membingkai tubuh atletisnya. Sialan. Kenapa dia masih sempurna walau pun hari menjelang tengah malam?!
"He-he," kekehan Dewa mendadak membuyarkan lamunanku.
"Kenapa ketawa?" tanyaku mengernyit.
Dewa menggeleng. "Nggak. Mendadak kepikiran kalau alasan dia memakai kupluk karena ulahmu. But, not my business," ocehnya menelan tawa. Ia lantas menengok ke belakang untuk meraih tas kameranya. "Thanks udah nebengin."
Minim penerangan -- Raihan mengira kalau aku sendiri yang mengemudi, ia pun berinisiatif membukakan pintu. Seperti yang kubilang, Raihan Argantara adalah tipikal lelaki romantis penuh perhatian. Senyum Raihan melebar, tapi seketika menguncup karena melihat Dewalah yang melongokkan kepala. Ia pasti tidak menduganya.
"Lhoh?"
"Lah?"
Keduanya saling beradu pandang. Sementara, aku justru melengos keluar dari mobil tanpa dosa.
"Ngapain kamu ke sini?" tanyaku.
Raihan terperangah karena mendapatiku berada di seberang. Di lain sisi, Dewa dengan santai melewati Raihan begitu saja.
"Ini siapa, Ileana?" raut Raihan gusar - seakan-akan dia masih berhak mengontrol diriku.
Belum sempat kujawab, Dewa berbalik menyela, "Besok jangan kesiangan. Jadwal kita padat," titahnya padaku. "Aku duluan." Dia menepuk bahuku dan nyelonong menuju ke dalam rumahnya.
"Sampai ketemu besok." Aku berseru.
Raihan mendengkus. "Ileana?" burunya. Tak terima diabaikan.
Aku cuek membuka kunci pagar. Sengaja kubiarkan Raihan mengekori di belakang. Aku berlagak acuh tak acuh padahal gugup bukan main.
"Dia tinggal di sebelah?" tanya Raihan lagi. "Mukanya kok nggak asing, ya?"
"Dia Dewa, pacarnya Soraya," terangku.
"Pantas familiar, aku baru ingat pernah melihat fotonya di akun Soraya." Raihan berniat ikut masuk. "Jadi sekarang rumah kosong itu ditempati pacarnya Soraya?" Ia terhenti karena aku mencegahnya.
"Ada perlu apa ke sini?" ketusku.
"Kamu nggak memperbolehkan aku masuk?" Raihan melotot.
Aku menggeleng. "Ini udah malam dan kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Buat apa aku biarkan kamu masuk?"
Raihan menyorotku lama. Ekspresinya tenang dan sulit kutebak.
"Aku mau antar buku vaksin Sultan." Ia menyodorkanku buku kecil yang diambil dari saku jeans-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Vanilla (21+)
Romance[21+] A dark romance story about unconditional love between Ileana and Dewangga. Setia sebagai Submissive dari kekasih yang Dominant di ranjang tak membuat hubungan asmara si model cantik - Ileana sampai ke jenjang pernikahan. Tunangan Ileana keperg...