•
•
•
•
•Jane dan Widya berjalan masuk ke kelasnya setelah melalui perdebatan karena Clarissa diberi uang empat kali lipat oleh kakak sulungnya.
"Ga adil banget dek, masa iya Kak Ica dapet dua ratus ribu," omel Jane pada adiknya. Widya cukup jengah sebenarnya, jika saja perempuan yang duduk di sampingnya ini bukan kakaknya, mungkin ia akan menyumpal mulutnya.
"Ya biarin aja sih kak, lagian kan Kak Ica paling jarang minta uang ke Kak Rain," jawab Widya mencoba tenang.
"Ya tapi kan kita juga adeknya, apalagi bungsu, harusnya dapet lebih banyak dong," lanjut Jane. Widya menghela napas lelah lalu merogoh saku nya dan memberikan selembar uang berwarna biru pada sang kakak.
"Ini dari Kak Rain tadi, udah sekarang diem, adek mau belajar dulu buat ulangan," ujar Widya lalu membuka buku catatannya.
"ULANGAN?! Dek ulangan apa? MATEMATIKA?! Kok kakak ga dikasih tau si dari kemarin?" Jane heboh sendiri dan mengambil buku catatan adiknya untuk belajar.
"Gak dikasih tau katanya, padahal aku sama kak Helena belajar di kamar, kakak malah sibuk main puzzle," ujar Widya sembari mengambil buku catatannya kembali.
"Dek siniin dulu, kakak belum belajar ini." Dan yah, buku catatan milik sang bungsu kembali pada kakaknya.
"Percuma aja belajar sekarang, ga bakal masuk juga materinya ke otak," ujar Widya santai.
"Diem dek, biarkan kakakmu ini belajar," ujar Jane sembari mencoba menghapalkan rumus. Widya memutar bola matanya jengah, kenapa sekolah menempatkan dirinya dan kakaknya menjadi satu kelas?
"Kak siniin bukunya, adek mau belajar lagi," ujar Widya mencoba mengambil buku miliknya dari genggaman tangan Jane.
"Dek kamu udah pinter, udah belajar juga, diajarin kak Helen lagi, sekarang kamu diem," ujar sang kakak tanpa melihat ke arah adiknya sedikit pun. Widya memilih mengalah, toh dirinya sudah hapal rumus-rumus yang ada di dalam buku.
Bel masuk berbunyi, Jane yang masih membaca buku adiknya itu pun panik.
"Anjir, bel jangan bunyi dulu dong, gue baru aja belajar," ujar Jane membolak-balikan lembaran kertas dan membacanya dengan cepat.
"Belajar kayak gitu, mana bisa," celetuk Widya yang dihadiahi tatapan tajam oleh sang kakak.
"Diem, jangan ganggu konsentrasi," ujar Jane yang membuat si bungsu memutar bola matanya malas.
"Baik anak-anak, silahkan masukkan buku dan catatan kalian, yang di atas meja hanya alat tulis dan selembar kertas," ujar sang guru ketika masuk ke dalam kelas.
Widya mengambil buku catatan dari tangan kakak nya itu lalu mengambil selembar kertas dan alat tulis. Jane menatap adiknya kesal. Tanpa berbicara apapun dia mengambil kertas di atas meja adiknya dan mengambil alat tulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iz Sisters
FanfictionRaina harus menjadi kepala keluarga pada usia 17 tahun untuk kesebelas adiknya ketika kedua orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat ketika perjalanan bisnis mereka. Sekar yang merupakan putri kedua dari dua belas bersaudara yang berbeda tiga...