Toxic Relationship [GEMINIFOURTH] √

fourteen

Satu bulan sudah berlalu dan Fino benar-benar tidak lagi di negara ini. Gavin frustasi, dia tidak memiliki tujuan hidup selain menangis di malam hari di kamarnya, dan pergi di siang hari untuk menanyakan keberadaan Fino kepada Ethan, Om Fino. Bahkan Gavin memohon terus menerus selama ini. Gavin selalu datang ke rumah sakit Ethan untuk bertanya keberadaan Fino, namun Ethan tidak pernah mengatakannya. Bahkan Gavin terkadang menunggu Ethan sampai Ethan selesai bekerja hingga malam, namun semuanya sama saja. Pria itu tidak mengatakan apapun, kecuali menyuruh Gavin untuk berhenti mencari tahu keberadaan Fino padanya.

Gavin berada di titik lemah dalam hidupnya. Dia bahkan tidak bekerja dan hanya menyibukkan diri untuk mencari tahu keberadaan Fino. Semua yang mengenal Fino tidak mengetahui dimana Fino berada. Hanya Ethan dan Mama Fino lah yang tahu. Gavin sudah pernah menemui Mama Fino, namun wanita paruh baya itu juga tidak mengatakan apa-apa. Gavin tentu saja sudah memohon, namun Mama Fino tidak mengatakan apapun. Mereka semua menyembunyikan keberadaan Fino.

"Gavin, makan malam dulu sayang," panggil Mama Gavin dari luar.

"Duluan aja, Ma." Jawabnya dari dalam kamar.

Mama Gavin selalu khawatir melihat anaknya menjadi seperti ini. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Gavin dan Fino, namun Gavin sendiri tidak mau menceritakannya sehingga wanita itu memilih untuk tidak bertanya lagi.

Di dalam kamarnya, Gavin hanya menatap foto foto Fino yang pernah dia ambil tanpa sepengetahuan Fino. Dia sering memotret Fino secara diam-diam, karena Gavin sangat menyukai ekspresi yang di keluarkan Fino secara alami. Fino itu tampan, cantik, manis, dan lucu secara bersamaan. Bagi Gavin, Fino adalah satu-satunya orang yang memiliki wajah dan senyum yang indah. Bahkan seorang perempuan tidak bisa menyaingi keindahan Fino.

Kemudian ketika Gavin sudah lelah menangis dia mulai tertidur dengan layar ponsel yang menunjukkan foto Fino. Gavin selalu menyesal ketika dia melihat foto Fino. Dia mengingat semua yang sudah dia lakukan pada Fino. Gavin terus menyesal, dan dia membenci dirinya sendiri sekarang. Dia selalu menyalahkan dirinya atas kepergian Fino.

Gavin kini sudah terlelap dengan kedua mata yang sembab. Dia berharap ketika dia terbangun dia bisa mendapatkan kabar tentang keberadaan Fino.

•••

Gavin baru saja sampai di rumah Ethan. Sudah menjadi kebiasaannya datang menemui Ethan meskipun pemuda itu tidak mendapatkan hasil apa-apa. Setiap hari Gavin akan mendatangi rumah Ethan dan bertanya keberadaan Fino, namun Ethan tidak memberikan jawaban apapun seperti yang di harapkan Gavin. Dari pada memberikan jawaban, Gavin sering kali di usir oleh Ethan.

Ketika Gavin berada di depan rumah Ethan, dia hanya bertemu dengan pembantu di rumah itu. Maka Gavin memutuskan untuk menunggu Ethan, namun dia tidak menunggu di rumah Ethan, dia memilih untuk menunggu Ethan di tempat lain.

Maka disinilah Gavin berada. Danau yang menyimpan kenangan di antara Fino dan dirinya. Gavin duduk di tanah. Dia menatap danau itu dengan banyak pikiran yang berkecamuk. Dia hanya memikirkan Fino. Ingatan bagaiman Fino menangis ketika bertanya tentang hubungan mereka di tempat ini membuat Gavin merasakan sesak. Setiap hari Gavin selalu menyesal. Dia bahkan tidak bisa melanjutkan hidupnya dengan benar. Dia hanya ingin melihat Fino dan mendengar kabar tentang Fino. Dia ingin meminta maaf pada Fino dan mengatakan bahwa dia sangat mencintainya. Gavin mengeluarkan air mata. Dia tahu ini adalah hukuman untuknya. Fino telah menghukumnya sangat keras dengan kepergiannya.

"... gue kangen Lo, Fin." Gumamnya sebelum air mata kembali keluar. Gavin benar-benar hancur tanpa Fino. Setiap harinya dia terus menyesal dan semakin membenci dirinya sendiri.

Kemudian setelah hampir lima belas menit di danau ini. Gavin memutuskan untuk kembali ke rumah Ethan, mungkin saja pria itu sudah datang. Tetapi sebelum Gavin bangun dari duduknya, seseorang datang menyentuh pundaknya. Kemudian orang itu duduk di samping Gavin.